Masa SMA sudah berakhir, setelah itu kita di beri pilihan antara pergi meninggalkan teman, cinta, keluarga demi sebuah impian atau tetap berada di sana dengan orang terkasih. Waktu itu Rey dihadapkan dengan kedua pilihan tersebut, dia mencoba mendaftar di salah satu kampus internasional dan di terima. Namun, saat Kinan mengetahui hal itu, tentu saja Kinan belum bisa menerima nya karena harus menjalani hubungan jarak jauh.Rey bimbang, tentu saja. Dia tidak ingin kehilangan Kinan setelah apa yang dilalui nya. Tapi, seperti biasa dia akan melibatkan semua orang untuk membantu nya termasuk Om Haris.
"Om, itu kampus impian Rey. Tapi Rey bingung karena Kinan nggak mau LDR."
"LDR apaan?" tanya Haris tidak mengerti.
"Hubungan jarak jauh gitu Om."
"Harus nya Hjj dong bukan LDR?"
Astaga, disaat situasi seperti ini Rey harus di paksa ketawa di tengah-tengah kesedihan nya.
"Long distance relationship, Om. Hubungan jarak jauh itu bahasa Indonesianya."
"Oh gitu, Om nggak tahu soalnya." Haris menyesap kopi nya. "Jadi, Om bisa bantu apa?"
"Yakinin Kinan kalau aku akan setia nggak bakalan kepincut sama bule di sana."
Haris terkekeh geli. "Hanya masalah seperti itu?"
"Sulit Om, sulit."
"Gampang aja. Om bisa bantu asal —"
"Apa aja asal Kinan mau LDR," jawab Rey cepat.
"Setelah lulus kuliah kamu harus bekerja di perusahaan Om. Karena Kinan nggak mau, Dina juga mau buat usaha sendiri jadi kamu seperti nya bisa."
"Om, ini seperti lebih ke sebuah hadiah."
"Iya. Ini sebuah pengikat agar kamu nggak seenaknya tinggalin Kinan. Nanti Om bikinkan surat perjanjian bermaterikan."
"Ngeri juga ya !"
Libur telah usai, tapi bukan sebagai pelajar SMA lagi melainkan sebagai mahasiswa. Sebelum meninggalkan kamarnya, Rey menatap sekeliling pasti dia akan merindukan tempat ini. Tempat ternyaman setelah lelah beraktivitas seharian. Pandangan Rey terhenti pada seragam putih abu-abu yang penuhi tanda tangan dan bekas bubuk warna-warni serta warna dari pilok tergantung di dinding. Menatap nya nanar.
Masa itu telah usai. Tidak ada lagi alasan bangun pagi-pagi karena jam kuliah dan sekolah SMA itu berbeda. Tidak ada apel bendera yang harus panas-panasan di tengah lapangan. Dan tidak ada lagi itu semua.
Hari ini hari keberangkatan Rey ke Paris setelah melewati drama. Sejak tadi Kinan tidak melepaskan genggamannya, seperti masih berat melepaskan Rey untuk pergi.
"Sayang, baik-baik disini ya. Jaga mata jaga hati," tutur Rey.
"Harusnya aku yang bilang gitu. Jangan sampai kepincut sama bule disana."
Rey terkekeh geli. "Nggak bakalan, percaya sama aku!"
"Kalau nggak suruh aja belah dada lo," sahut Amir.
"Emang ada apa?" Lily bertanya dengan polosnya.
"Iya ada jantung dan kawan-kawan nya lah." Amir meledakkan tawa, merasa lucu melihat wajah masam teman-temannya karena dengan serius menanggapi ucapan nya.
"Si Udin ...." Ziva menjewer telinga Amir.
Rey melihat jam di pergelangan tangan. "Sayang, aku pamit iya. Kamu jangan chatting sama cowok lain selain sama mereka." Rey menunjuk Amir, Galih dan Randi. "Karena aku udah sadap hp kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Charming Girlfriend
Teen FictionDyah Ayu Kinanti Lo itu pahit sama kayak nama lo Pare. Farey Arsya Pramudya Nama gue Farey bukan Pare. Gue akan bikin lo jatuh cinta sampai lo nggak bisa jauh dari gue ! Cover By : Pinkcery Original story by : pinkcery Star : 31 Agustus 2021 #1 on...