MCG ~ 45

16 1 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading

🌼🌼🌼

"Di paksa usai disaat kisah kita belum dimulai," gumam Kinan. Setelah itu dia memutuskan untuk pulang, suasana hatinya kacau. Dia marah, kesal tapi tidak tahu harus melampiaskan kepada siapa. Setelah semua hartanya hilang, kenapa kisah cinta nya juga ikut serumit ini. Kinan menangis sepanjang jalan tidak peduli tatapan heran yang dia dapatkan.

Setiba di rumah, pintunya terbuka Kinan berlari kecil memastikan bahwa Mami tidak jadi menginap di rumah ibunya.

"Mi, Mami ...," teriak Kinan.

Bukan Mami yang keluar tapi Dina yang sepertinya sedang memasak, dia terlihat panik sampai tidak sadar membawa sutil.

"Astaga, Kinan ..., Lo kenapa nangis kayak gini?"

"Din, gue —" Kinan nangis sesenggukan sambil memeluk Dina.

"Tenang, ayo kita duduk dulu," ujar Dina. Lalu Dina mengambil segelas air di berikan kepada Kinan. "Minum dulu."

Kinan sesenggukan, sulit sekali rasanya untuk berbicara. "Ma-makasih."

"Udah tenang?"

"Din ... kenapa sih kisah cinta gue nggak semulus jalan tol?"

"Ekspetasi kita yang terlalu tinggi sehingga membuat kita sulit menerima keadaan yang sebenarnya." Dina terkekeh kecil.

"Apa yang kemarin belum cukup? Gue lelah."

Dina mengelus punggung Kinan. "Jangan pernah merasa sendiri. Disini ada Papi, Mami dan juga gue."

"Gue nggak tahu akan seperti apa kalau kalian benar-benar pergi. Pasti gue akan kesepian dan nggak ada teman berbagi."

"Udah, yang lalu biarlah berlalu. By the way, lo kenapa nangis kayak gini, kayak anak kecil yang nggak di ajak main tahuuu," cibir Dina.

Kinan melotot tajam. "Bisa lo ya ngomong kayak gitu."

"Iya, maaf." Dina membentuk jarinya huruf V seraya cengengesan.

"Din, makasih malam ini lo udah pulang. Setidaknya gue nggak merasa kesepian." Kinan mengalihkan topik.

"Tadi pas Mami kasih kabar kalau dia mau nginep jadi gue inisiatif untuk pulang."

"Tenang nanti gue ganti ongkos nya."

Plak ... Dina menjitak kening Kinan. "Nggak perlu."

"Eh, lo udah move on dari Andrew?"

"Dih, kok lari ke gue sih?"

"Randi deketin lo?" terka Kinan.

"Iya. Akhir-akhir ini kami sering bertukar kabar."

"Kok bisa?"

My Charming GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang