Dyah Ayu Kinanti
Lo itu pahit sama kayak nama lo Pare.
Farey Arsya Pramudya
Nama gue Farey bukan Pare. Gue akan bikin lo jatuh cinta sampai lo nggak bisa jauh dari gue !
Cover By : Pinkcery
Original story by : pinkcery
Star : 31 Agustus 2021
#1 on...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ingin hilang sejenak dari hiruk pikuk masalah yang menghampiri"
—Dyah Ayu Kinanti—
Tandai typo 🙏🏻
Happy reading 🤗
🌼🌼🌼
Tersisa satu hari lagi acara konser, tapi Kinan dan lainnya memilih untuk pulang karena mereka harus kembali bersekolah hari Senin. Walaupun tidak belajar tapi absensi tetap berjalan, jadi tidak ada alasan untuk tidak masuk sekolah.
"Sebelum pulang kita ke PIK yuk, pengen banget biar nggak liat di hp mulu," usul Alena, padahal dia meriang sejak pulang nonton konser dan masih ada koyo yang menempel di pelipisnya.
"Walaupun sakit tetap harus jalan ke PIK ya, Len," ujar Kinan.
"Betul kata Ale, kita cuma liat lewat hp aja. Selagi di Jakarta gas lah walaupun badan meriang," sahut Lily.
"Tergantung yang mulia Ziva dan kak Amar," cetus Seya.
"Boleh aja sih kalau kalian nggak capek nanti, kan siang kita harus balik."
"Gampang itu mah."
"Iya, gampang. Nanti gue tinggal minum Paracetamol." Alena meyakinkan.
"Udah jompo sekali anda ini, cuma sampai jam sepuluh udah keok," cibir Lily.
"Eh, wajah gemoy tapi badan sapu lidi, diem ya nggak usah ngatain gue jompo deh walaupun sebenarnya ya. Tapi demi ke PIK gue nggak apa-apa." Alena tidak terima.
Lily mengerucutkan bibir, Alena sungguh sadis mengejeknya. "Mulai deh body shaming."
"Udah, udah. Cepat kalian siap-siap gue gampang tinggal cuci muka." Seperti biasa Amar akan menjadi penengah perdebatan antara mereka.
"Sayang, serius kamu nggak mandi?"
"Nggak lah, kan aku harus tetap ganteng setiap saat."
Ziva melotot tajam yang di balas cengengesan oleh Amar. "Berani ya kamu tebar pesona aku tinggal disini."
"Jadi nak Citayam deh," sahut Lily.
"Udah bubar," ujar Kinan.
Saat melewati Grand Indonesia, Kinan terdiam teringat sesuatu. Kinan menelan pitza nya dengan susah payah. Menatap tempat itu penuh kerinduan karena ada kenangan yang pernah di ciptakan disana.
"Kin, kenapa?" tanya Seya. Dia mengikuti arah pandang Kinan "Mau ke sana dulu?"
Kinan menggeleng. "Nggak, kok."
"Palingan cuma keinget sama Rey, waktu itu mereka pernah kesana," sahut Amar.
