MCG ~ 35

27 2 0
                                    

Happy reading 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🤗

Tandai typo 🙏🏻

🌼🌼🌼

Rey bersenandung kecil sambil bercermin merapikan dasi yang melingkar di kerah bajunya. Sebelum keluar Rey merapikan lagi rambut klimis nya seperti kata Amir, lalat pun bisa main prosotan saking licinnya.

"Rey, gue— eh, pagi banget?" ujar Galih saat melihat sang adik sudah rapi sedangkan dia masih menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.

"Iya, kan gue harus ke Rawa Teratai dulu. Udah ya ... byeee!"

"Dasar bucin," cibir Galih. "Rey Pomade lo mana?"

"Kebiasaan deh." Rey kemudian membuka tasnya mengambil satu pot Pomade. "Nih, pulang sekolah lo harus beli."

"Ketinggalan di kelas punya gue."

Pintu rumah Kinan masih tertutup rapat, lampu di teras pun belum padam. Terdengar samar suara bising di dalam, entah apa yang terjadi. Baru hendak mengetuk tapi secara bersamaan pintunya terbuka mendapati Haris dengan sebelah tangannya membawa secangkir kopi.

"Pagi banget ya!" goda Haris.

"Ah ya, Om. Hari ini UTS jadinya masuk lebih awal."

Haris melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. "Biasanya Kinan juga jalan jam segini kalau nggak bareng kamu. Tapi kamu masuk aja dia lagi nyetrika kayaknya."

"Rey, izin masuk ya, Om!"

Ketika masuk tidak lupa mengucapkan salam namun hanya hening yang menyambut nya. Biasanya dua bocah tersebut menyambutnya antusias tapi sekarang tidak ada tanda kehadiran mereka. Walaupun terkesan lancang Rey mengayunkan langkah nya menuju kamar Kinan.

"Ini kamar nya yang mana ya?" gumam Rey saat menemukan dua pintu yang saling berhadapan tak lama terdengar suara Rena menginterupsi.

"Rey !"

Rey tersenyum tipis lalu menyalami punggung tangan Rena. "Pagi Tante, tadi Om sudah izinin aku masuk."

"Iya, nggak apa-apa. Kamu kenapa bingung gitu?"

"Oh ya, ini aku cari kamar Kinan tapi nggak tau yang mana."

"Rey ... tuh kan bener, ya kali gue halu," ujar Kinan pada diri sendiri.

"Karena di samperin sampai kamar ya?"

"Iya ... biasanya kan lo nunggu di teras."

"Udah kamu siap-siap aja, biar Rey nggak nunggu lama." Rena memperingati.

"Udah siap kok, ini tinggal pasang sepatu doang."

Rey sengaja memelankan laju motornya, ingin berlama-lama merasakan tangan Kinan yang melingkar di perutnya entah sejak kapan Kinan pegangannya berubah dari pundak ke perut.

My Charming GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang