21. Dihukum

205 22 0
                                    

(21)


H A P P Y R E A D I N G•



"AQEELA! KENAPA SEKARANG KAMU JADI MURID YANG TIDAK TAAT DENGAN ATURAN? SAYA LIHAT KAMU DULU SANGAT DISIPLIN!"

Rasa sesak menyeruak didada Aqeela. Jujur, sekarang rasanya ia ingin pingsan. Ini kali pertamanya ia telat, Aqeela memang tidak pernah telat. Namun kali ini?

"Maaf pak, saya tadi terlambat bangun."

Pak gugung yang diketahui guru BK itupun yang mendengar jawaban Aqeela tertawa sinis. "Terlambat bangun, atau sibuk pacaran dulu sebelum sekolah?"

Rassya yang mendengar itupun lantas angkat bicara, namun sebelum bicara ia melirik Aqeela, gadis itu menduduk.

"Mohon maaf pak atas ketidak sopanan saya. Tapi saya tidak pacaran dengan dia pak. Saya tau batasan pacaran. Jika sekolah ya sekolah. Saya tadi hanya menjemput dia. Dia memang terlambat bangun. Kemarin dia juga sakit loh." Alibi Rassya. Karena faktanya ia menginap dirumah Aqeela. Namun, ia tidak berdua melainkan bertiga. Cek part 17.

"Baiklah saya terima alasan kamu. Tapi jalankan hukuman ringan yang saya kasih."

Aqeela yang mendengar itupun mendongakkan kepalanya. "Bapak serius?"

Pak gugung mengangguk. "Berdiri dilapangan tengah sambil hormat sampai nanti jam 8."

Senyum yang semula terpatri diwajah Aqeela itupun luntur. "Yaudah gakpapa deh pak."

Sebelum pergi pak gugung memberi pesan kepada mereka berdua.

'Jangan ada niatan kabur dari hukuman yang saya berikan. Dan jangan diulangi lagi kesalahan yang kalian perbuat.'

Disini lah mereka berada, dilapangan yang biasanya digunakan untuk upacara bendera setiap hari Senin.

"Selasa yang menyebalkan." Batin Aqeela.

Mereka berdua berdiri dengan tangan hormat kepada sang bendera merah putih.

Kini jam menunjukkan pukul 07.40 sudah terhitung setengah jam mereka berdiri. Peluh mulai bercucuran pada wajah mereka. Kini hormat Aqeela sudah tak setegak tadi. Ia sudah mengeluh. Ia ingin segera pergi dari sana. Ini kali pertama ia dihukum.

"Capek, ya?"

Aqeela menoleh. "Banget."

"Maaf in mabun ya, yang telat bangunin kita." Ucap Rassya tersenyum manis.

"Gak kok, gue udah bersyukur dibangunin bunda tadi, dari pada gak dibangunin, bisa-bisa gue tidur untuk selamanya kan?"

"Dijaga bicaranya. Jangan ngomong yang aneh-aneh. Omongan adalah doa."

"Iya, iyaa. Khilaf doang tadi."

Pritttttt

Suara peluit itu memekik gendang telinga Rassya dan Aqeela.

Kini waktunya anak kelas sebelas IPA 2 jadwal olah raga. Semua siswa-siswi yang sudah berganti baju berhamburan ke lapangan. Mereka diberi waktu untuk jam pertama ganti baju. Jadi mereka masih bisa santai-santai.

kesayangan AQEELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang