"Baiklah, apakah kalian mengerti?" Ujar wanita paruh baya, ia guru pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan"Bu, Indonesia merdeka tanggal berapa?" Tanya salah satu siswa.
Guru itu menurunkan kacamata nya, lalu menatap siswa itu. "Tanggal tujuh belas, bulan Agustus, tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima."
"Yapss ibu benar sekali, itu juga sama kayak tanggal dan bulan jadian saya. Tapi cuma beda tahun, hehe." Ucap nya lagi sembari menyengir.
"Kamu ini! Sudah kelas sebelas jangan kebanyakan bercanda."
"Sebenarnya saya sekolah buat dapat uang saku doang si Bu." Sambung, Eza, siswa yang tadi berbicara.
Gelak tawa memenuhi kelas sebelas IPA dua.
"Anjir, Lo kaya, tapi sekolah cuma nyari uang saku doang?" Celetuk Rey.
"Sudah-sudah diam semua. Dan untuk kamu, Eza. Tobat nak tobat! Orang tuamu punya harapan besar untuk kamu. Kamu anak pertama bukan?"
"Saya tahu Bu. Makanya saya serius sekarang, jadi tolong dilanjutkan lagi mengajarnya Bu." Ucap Eza, dan guru itupun hanya menggeleng.
Sementara dipojok sana, Rassya sedang melirik tajam Farrell, manusia satu itu memang masih saja mencari-cari pandang Aqeela, membuat ia joueles saja.
"Gak usah ngelirik-ngelirik. Mau gue colok tuh mata pakai pulpen?" Sinis Rassya.
"Najis ngelirik-ngelirik Lo." Jawabnya melenceng.
Rassya semakin menatap tajam Farrell, "Jangan pura-pura gak tau Lo! Gue bilang jangan lirik-lirik Aqeela!"
"Songong amat Lo! Dia juga mantan gue, asal Lo tau."
Rassya berdecih. "Cuma mantan. Sampah aja, belagu!"
"DIEM LO SETAN!" Sentak Farrel menggebrak meja.
"Ada apa dibelakang sana??! Farrell kenapa kamu berdiri? Mau gantiin saya ngajar?"
Farrell meringis, ia menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. "Enggak buk. Ini buk dari tadi Rassya gangguin saya terus."
Rassya yang disebut namanya pun memelototkan matanya, ia berdiri langsung menarik kerah seragam sekolah yang dikenakan Farrel.
"MAKSUD LO APA??!"
"KALIAN BERDUA, KELUAR DARI KELAS SEKARANG! LARI 20 KALI MENGELILINGI LAPANGAN TENGAH! CEPAT LAKUKAN, ATAU SAYA GANTI MENGELILINGI LAPANGAN BELAKANG??!" Teriak guru itu.
Keduanya keluar kelas tanpa membantah. Namun sebelum mereka menuruni tangga untuk menuju lapangan, keduanya masih saja sempat-sempatnya adu mulut.
"Gara-gara Lo gue juga ikut dihukum!" Dumel Rassya.
"Diem anjing! Lo dulu yang mulai!"
"Terserah Lo!" Rassya berjalan mendahului Farrel.
Kini keduanya mulai mengelilingi lapangan, kini jam menunjukkan pukul sebelas. Pasti matahari sangat menyengat bukan?
Beberapa menit berlalu, kini keduanya sudah menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh guru PPKn tadi. Keduanya duduk dipinggir lapangan, mereka menselonjorkan kakinya. Nafas mereka terengah-engah, peluh membanjiri dahi mereka.
"Ngapain ngikutin gue?"
"Gak punya teman gue, disini." Jujur Farrell.
Rassya mengernyitkan, namun ia langsung meledakkan tawanya. "Hahaaha."
"Ngapain Lo ngetawain gue, Jamet??!"
"Kalau gue jamet, Lo apa? Makhluk tak kasat mata?"
"Nggak juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
kesayangan AQEELA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] [Vote dan komen, juga yaa!!] JANGAN JADI SILENT READER, OKE? Aqeela Auresdya, gadis dengan tiga luka di masa lalu, bertemu dengan Rassya Argamahendra, cowo yang cuek dan dingin jika bersama orang lain. Jika ia sudah menganggap...