23. Pemilik cafe misterius

157 23 0
                                    

(23)

•H A P P Y  R E A D I N G•


"Selamat malam. Mau pesan apa?" Tanya Aqeela tersenyum manis.

Segerombolan laki-laki itupun menatap Aqeela kagum. Sangat cantik, itu satu kata yang ada di otak mereka.

"Waiters baru ya mbak?" Tanya salah satu dari mereka.

Aqeela mengangguk.

"Boleh minta nomor handphone nya mbak?"

Aqeela hanya menanggapinya dengan senyuman, walau hatinya kini kesal, rasanya ia ingin menabok satu persatu mulut mereka menggunakan buku menu itu.

"Saya gak punya nomor handphone mas, adanya nomor rekening, mau?" Jawab Aqeela masih dengan senyum manisnya.

"Kalau gitu saya pesan capuccino satu, mbak."

"Bwahahahahaahaa, kesian amat Lo Dha ditolak. Gak denger Lo, katanya punyanya nomor rekening. Bwahahahahaahaa." Ledek satu temannya, yang disambut gelak tawa oleh teman-temannya.

Yudha yang tadi meminta nomor pada Aqeela itupun meringis, malu. "Diam Lo semua!"

"Samain aja deh mbak semua." Ucap salah satu temannya.

"Eh bentar-bentar, gue gak sama. Gue pengin Hazelnut latte."

"Gue Matcha latte."

"Yang lain cappucino ya mbak."

"Baik, jadi totalnya, Capuccino 3, Hazelnut latte 1, matcha latte 1, ya kak?"

"Iya mbak."

"Silahkan tunggu, saya permisi."

"Gila coii, mbaknya ramah banget."

"Ramah lah, orang lagi kerja, itu mah dalam batinnya udah mau ngegantung Lo Lo pada."

Aqeela pun lantas memberikan catatan itu pada temannya, temannya itupun mulai membuatkan minumannya.

Temannya itupun tertawa melihat wajah kesal Aqeela. "Sabar Qeel, mereka emang gitu. Jadi harus siap mental."

Aqeela duduk disalah satu kursi. "Iya nih Mand, kayaknya gue harus ekstra sabar. Lagian gatel amat si jadi cowok."

Manda lagi-lagi tertawa. "Walaupun mereka gitu, mereka masih tau batasan kok. Mereka gak bakal sentuh-sentuh kamu, mereka cuma ngegoda aja."

"Eh iya Mand, katanya cafe ini yang ngelola anaknya ya?"

Manda yang sedang membuatkan kopi itupun mengangguk. "Iya, tapi baru beberapa hari. Tapi misterius banget orangnya."

"Oooo......"

"Nih udah, kamu anter ya."

Aqeela mengangguk, lalu berjalan menuju meja tadi, Aqeela pun tersenyum manis.

Lalu meletakkan satu persatu cangkir keatas meja.

"Selamat menikmati. Saya permisi."

Saat Aqeela berbalik badan, tak sengaja ia menubruk seseorang. Ia mendongak. Mata itu mengingatkannya pada seseorang.

Seseorang yang Aqeela tabrak itupun menjulurkan tangannya, lalu diterima oleh Aqeela. Tanpa permisi orang itupun pergi. Lantas Aqeela berjalan menuju kursi tadi.

"Eh Qeel, kamu tau gak, siapa yang kamu tabrak tadi?"

Aqeela menggeleng, "Enggak, lagian nih ya, jalan masih luas loh."

"Yang kamu tabrak tadi anaknya pemilik cafe ini, Aqeela. Duhh, bisa gawat nih."

Aqeela memelototkan matanya, untung tidak keluar. "HAH? Beneran? Duhh, gue baru pertama kali kerja udah bikin masalah aja. Gimana ini Mand gue takut, nih. Mana tadi gue nyalahin dia lagi."

kesayangan AQEELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang