48. Keberadaan ponsel yang dicari

129 16 0
                                    

(48)


•HAPPY READING•



"Bimm, apa motif itu orang nyulik sepupu gue? Sepupu gue gak mungkin macam-macam, dia orangnya luguu." Ucap Rassya berteriak kepada Bima, karena posisinya mereka sedang berada dijalan.

"Gak tau pasti sih ya gue. Tapi, mungkin aja gak sih, kalau sepupu Lo tau sesuatu tentang si penculik itu?"

Rassya yang mendengar itupun mengerem mendadak, membuat wajah Bima menubruk helm yang Rassya pakai. "SABARKAN HAMBA MU INI, YA ALLAH." Ucap Bima pasrah, namun penuh penekanan.

Rassya melirik Bima dari spion, lalu memutar bola matanya malas.

"Bisa jadi! Kalau gitu, kita harus parkir jauh dari gedung itu. Supaya nanti, gak ketahuan penculiknya." Ucap Rassya.

Bima mengangguk setuju. "Kalau tiba-tiba ada begal, terus motor Lo dibawa, gimana?"

"Yaudah, bukan rezeki gue. Yang penting sepupu gue selamat! Paham?"

"Iye iyee, sipaling kalau udah sayang apa aja dikorbanin. Sampe rela nubruk pedagang kaki lima gara-gara nyari orang beberapa belas tahun gak ketemu." Sindir Bima bercanda.

"Lo ngomong lagi, gue gibeng Lo!"

Motor mereka berdua terparkir jauh dari gedung. Dan jadilah mereka berdua berjalan kaki menuju gedung itu. Mereka berjalan, sambil celingak-celinguk, sebagai tanda waspada.

Bima menyipitkan matanya, lalu ia menepuk pundak Rassya. Rassya yang mendapat tepukan itu kesal. "APA??!"

"Itu mobil kenapa disana?" Ucap Bima heran sembari menunjuk mobil itu.

"Bim, Lo satu pemikiran sama gue gak?" Ucap Rassya melirik Bima, Bima pun juga melirik Rassya. "Mobil yang nyulik Zia?"

"Yaa, itu yang gue pikirin."

"Jangan teri-"

"WOIII LO NGAPAIN TENGAH MALEM DIHUTAN?!!" Teriak Bima.

Rassya menghela nafas pasrah. "Lo kenapa teriak, hah?! Yang ada tu mobil jalan kan?!"

Bima nyengir. "Hehe."

Pada saat mereka berlari menuju tempat mobil yang sudah pergi tadi terparkir, tiba-tiba Bima menginjak sesuatu, Bima rasanya ingin menangis saja, ditempat itu sangat gelap, membuat ia keringat dingin. "Ya Allah, Bima belum mau mati ya Allah..." Ucap Bima berujar, ia menutup matanya sembari menautkan kedua tangannya, meminta ampun.

Rassya yang melihat itupun memutar bola matanya malas. Lalu ia menjitak kepala Bima. "Ngapain sih Lo anying! Ayo buruan! Kalau sampai sepupu gue tambah parah, Lo yang gue mutilasi!" Ucap Rassya geram. Ia sangat panik sekarang, namun Bima? Ia malah... Ah sudah lah Rassya sangat frustasi dengan tingkah Bima.

"Gue nginjak sesuatu. Gimana kalau yang gue injak sekarang jari manusia? Kan gak lucu!!" Ucap Bima, rasanya ia pingin pipis di celana saja. Ia kebelet.

Rassya menjambak rambutnya, pertanda ia sangat frustasi sekarang. Ia panik, tapi mengapa malah terjadi masalah yang membuatnya ingin membuang sahabatnya yaitu bima ke samudera Hindia. "ARGHH! GAK ADA YANG BILANG LUCUU, BIMANJING!"

Namun detik berikutnya Rassya melihat kebawah, sesuai apa yang Bima cemaskan. Ia mengernyitkan dahinya, lalu ia berjongkok, dan mengambil sesuatu yang Bima injak. "Tas?"

Bima yang semula memejamkan matanya itupun perlahan membukanya. "Alhamdulillah. Untung tas." Bima menghela nafas lega.

Rassya membolak-balikkan tas itu, seperti tak asing. "Gue kayak pernah lihat tas ini, tapi dimana?"

kesayangan AQEELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang