(38)
•HAPPY READING•
"Kerja bagus! Sorry juga kalau muka Lo jadi bonyok. Gue gak menduga kalau dia bakalan mukulin Lo sebrutal itu amnjay."
"Santai-santai. Gak pa-pa yang penting uangnya ada udah."
"Pasti itumah."
Seorang laki-laki menghampiri seseorang yang sedang berada dirooftop sekolah. Rooftop SMA Lentera.
"Lo Farrell kan?"
Orang yang dipanggil Farrel itu menoleh. Mendapati seorang pria berpostur tubuh besar.
"Lo siapa? Kenapa bisa tau nama gue?"
Orang itu terkekeh. "Gue tau semuanya. Gue mau to the point aja, Lo ikutin semua permainan gue atau Lo rela kalau mantan Lo bahagia sama cowoknya?"
"Gue udah rela dia bahagia sama pacarnya. Gue udah lama gak liat dia senyum semenjak kejadian gue putusin dia. Gue gak tau kalau dia udah gak punya ortu, kalau tau dia udah gak punya ortu gue gak bakal putusin, demi cewek yng lebih menarik dari dia."
"Yakin? Lo rela gitu, kalau nanti dia bahagia selamanya sama cowoknya?"
Farrell menoleh. Ia meresapi setiap kata yang keluar dari mulut cowok didepannya. Ia kemudian menghela nafas. "Gue gak bisa."
"Lo gak dendam? Ajakan balikan Lo gak diterima sama dia karena cowok itu loh? Dan bukan cuma itu gue juga bakal kasih Lo uang sesuai yang Lo minta. Asal Lo, mau kerjasama sama gue, gimana, deal?"
"Oke deal!"
Mereka berdua bertos ria.
"Lo pasti tau alamat Aqeela kan?"
"Tau, Lo mau?"
"Kasih tau gue."
"Lo sebenarnya bisa cari sendiri kan? Terus ngapain nanya gue."
"Kalau yang udah tau ada di sini ngapain gue susah-susah nyari lagi?"
***
Alio tersenyum misterius kala mengingat awal pertemuan dengan Farrell. Ia tak akan membiarkan siapapun yang pernah membuatnya terluka fisik maupun batin, bahagia begitu saja. Pasti bakal ia buat semenderita mungkin. Pendendam emang beda ya gess yaa. Wkwk.
"Lo pergi kedokter juga, biar luka Lo diobatin sama dokter." Ucap Alio pada Farrell yang duduk dikursi tunggu.
"Gak usah. Gue khawatir sama Aqeela."
"Katanya Lo mau ngehancurin dia, ngapain Lo khawatir?"
"Udah ya, gue gak bisa ngelanjutin kerjasama kita. Gue ikut sakit kalau dia digituin. Dia dibentak sama pacarnya, dicaci maki sama orang-orang bikin gue ikut sakit." Ucap Farrell dengan jujur.
"Cemen Lo. Oke gak pa-pa. Terimakasih untuk kerjasamanya. Gue pergi dulu." Ucap Alio lalu pergi.
Farrell yang masih duduk itupun menatap pintu IGD. Ia menatap sendu kearah pintu IGD. Ada rasa menyesal karena telah melakukan ini.
"Lo bodoh banget ya? Lo kenapa lakuin ini?!" Salahnya pada dirinya sendiri.
Setelah menunggu beberapa menit dokter keluar dari IGD.
Farrell langsung menghampiri dokter itu dengan perasaan cemas. "Gimana dok? Temen saya gak pa-pa kan?"
Dokter itu tersenyum menenangkan. "Dia tidak apa-apa, dia hanya kelelahan. Dia juga sudah siuman. Tadi saya ingin memindahkan ke ruang rawat, namun dia tidak mau. Katanya mau pulang saja. Mau tidak mau saya harus menurutinya."
"Begitu ya dok, yasudah terimakasih dok."
Dokter itu mengangguk. "Ikut saya. Biar saya obati luka kamu. Kalau tidak segera diobati, saya takut nanti infeksi."
"Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. Saya boleh masuk dok?"
"Yasudah, baiklah. Kamu boleh masuk."
"Sekali lagi terimakasih dok atas perhatiannya."
Farrell pun masuk keruang IGD. Ia menghampiri Aqeela yang berbaring diatas ranjang. Ia berjalan menuju Aqeela dengan perasaan bersalah.
"Qeel, maaf in gue ya."
Aqeela menatap Farrell penuh amarah. "GUE GAK MAU LO DI SINI! PERGI! GUE GAK MAU PUNYA HUBUNGAN SAMA ORANG BIADAB KAYAK LO!" Teriak Aqeela keras, membuat Farrell tersentak.
Farrell mencoba maju lagi. "Q-qel--"
"GUE BILANG PERGI! GUE GAK MAU LIHAT WAJAH LO! GARA-GARA LO SAMA ALIO, SEMUA ORANG JADI BENCI SAMA GUE! RASSYA JADI KECEWA SAMA GUE, TEMEN-TEMEN GUE JUGA... HIKSS LO JAHATT..." Pecah, pertahanan Aqeela untuk tidak menangis lagi kini pecah. Cairan bening itu mengalir begitu saja.
Farrell mendekat lalu memeluk Aqeela tanpa aba-aba, karena sekarang posisi Aqeela sedang duduk. "Gue tau, maaf in gue ya. Gue janji bakal selalu nemenin Lo. Gue gak jahat lagi sama Lo, gue bakal jadi temen sekaligus sahabat cowok buat Lo."
Aqeela terisak dalam pelukan Farrell, ia membalas pelukan Farrell. "Gue gak percaya! Gue gak percaya kalau Lo gak buktiin ucapan Lo."
"Gue bakal buktiin ucapan gue. Lo butuh pelukan kan? Saat begini biasanya cewek itu butuh tempat curhat, perhatian, bahkan pelukan, tempat yang nyaman?" Ucap Farrell lembut.
Aqeela mendongak, ia menatap Farrell. Lalu kembali memeluknya. "Oke gue pegang ucapan Lo, gue gak suka sama pembohong!"
Farrell terkekeh, lalu melepaskan pelukannya, ia juga mengusak puncak kepala Aqeela. "Gak suka pembohong, tapi dirinya sendiri aja bohongin semua orang."
Aqeela menatap tajam Farrell lalu menangis histeris. "DIEMM..."
Tak disadari dibalik pintu rumah sakit itu ada seseorang yang sedari tadi menyaksikan interaksi keduanya. Orang itu tersenyum miris. Hatinya terasa sakit saat orang yang ia cintai berinteraksi berlebihan seperti itu, apalagi pelukan. Hatinya berdenyut. Itu sakit. Pantaskah orang yang masih menjalin hubungan berpelukan dengan pria lain didepan mata seperti itu?
"Sorry atas perkataan gue. Gue kecewa sama Lo. Hari ini lo banyak membuat gue kecewa, Aqeela. Lo bikin hati gue sakit. Lo tega."
"Emang pantes, pelukan sama cowok lain didepan cowo Lo sendiri?" Lirih Rassya.
Kembali pada Aqeela dan Farrell.
Aqeela yang tak sengaja melihat pintu itupun, tak asing dengan orang yang berada dibalik pintu itu. Detik kemudian ia turun dari ranjang, lalu menghampiri pintu itu. Ia membukanya, namun tak ada orang sama sekali.
"Lo lihat ya?" Guman Aqeela.
"Maaf in gue Sya, gue banyak buat Lo kecewa."
•BERSAMBUNG•
HAII, TEMAN...
MUNGKIN AKU SEMINGGU BAKAL 2× UP,
HARI GAK MENENTU YA...
ITU JUGA BIAR KALIAN ENGGAK BOSEN BACANYA, HEHE. KALAU AKU KESERINGAN UP PASTI BOSENIN PART NYA.
Terimakasih atas pengertiannya 🥰
28-03-23
KA
KAMU SEDANG MEMBACA
kesayangan AQEELA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] [Vote dan komen, juga yaa!!] JANGAN JADI SILENT READER, OKE? Aqeela Auresdya, gadis dengan tiga luka di masa lalu, bertemu dengan Rassya Argamahendra, cowo yang cuek dan dingin jika bersama orang lain. Jika ia sudah menganggap...