14. Ge ef

248 27 2
                                    

(14)

•H A P P Y R E A D I N G•


Bintang berkelap-kelip diatas sana, yang ditemani bulan. Mereka memancarkan sinarnya. Sungguh indah. Tapi mengapa, disini sangat gelap sekali? Gelap. Seorang gadis berbaring diatas rerumputan, halaman rumahnya. Ia melihat kelangit.

Entah mengapa, hatinya campur aduk. Pikiran yang sangat banter, itu membuatnya pusing. Terlalu banyak yang menganggu pikirannya. Andai saja ada riset pikiran, mungkin gadis itu akan mendaftar?

Ia sangat ingin terbang, supaya bisa menepis sebentar saja pikiran-pikiran yang tidak berguna, tapi mengapa ia tetap saja memikirkannya.

"ARGHHHH, PALA GUE MO PECAHH RASANYA!!"

"Disisi lain gue kangen buyah, disisi lain lagi gak rela bu Inem pergi, disisi lainya lagi, kenapa gue mikirin satu cowok itu,"

"Apa itu yang namanya jatcin?"

Gadis itu menjadikan tangannya sebagai bantalan ia pun baringan diatas rerumputan itu "Yang pasti gak mungkin secepat itu!"

"Jangan dipikirin Mulu, pliss lah Qeel." Ujar Aqeela pada diri sendiri.

"ARGHHH GAK BISAA! DIA UDAH MASUK PIKIRAN GUE!!"

"LO KENAPA BISA SECEPAT INI BIKIN LO HINGGAP MULU DIPIKIRAN GUE, HAHH??!"

"Bisa dong, apasii yang gak Rassya Argamahendra gak bisa??!"

"R-r-rassya,"

"Udah jangan sedih. Lo masih ada gue, temen-temen Lo juga."

Pipi Aqeela memanas, jantungnya berdegup kencang "K-kenapa kesini? Lo buta apa gimana? Ini udah malam!"

Rassya ikut berbaring diatas rerumputan, disamping Aqeela "Emang kenapa, kalau udah malam?"

"Ya waktunya tidur! Lo kok bego banget sihh hah?" Ujar Aqeela ngegas.

Rassya hanya tersenyum "Gue cuma bego didepan lo doang Qeel."

"Perasaan gitu-gitu mulu kata-katanya, bosenin!!"

"Terus gue harus gimana? Kayang sambil joget?"

Aqeela tersenyum antusias "Boleh.....bolehh......bolehh....cepet Sya, gue ada lagu dangdut asoyy nihh,"

"Gue gak bisa jogett!"

Aqeela mengerucutkan bibirnya "Pendusta!"

Keduanya terdiam cukup lama. Menikmati angin semilir malam ini. Sebenarnya Rassya kesini semata-mata hanya ingin mengecek gadisnya itu. Dan tidak sengaja mendengar ucapan kedua pasutri tadi dan Aqeela. Ia sebenarnya ingin mencegah bu Inem untuk pergi, namun ia tidak boleh terlalu ikut campur dalam hal ini. Tetapi, disisi lain ia kasian pada gadisnya itu.

"Besok kita gak masuk," ujar Rassya.

Aqeela yang semula masih berbaring diatas rerumputan itu pun, merubah posisi menjadi duduk "LO GILAA? LO TAU KAN GUE PALING BENCI BOLOSS, APALAGI GUE HARUS KEJAR CITA-CITA GUE."

"Lo gak bakal tau Sya. Dulu sebelum ayah dan bunda gue gak ada, dia pernah bilang sama gue. Gue harus ngejar cita-cita gue sampai tergapai. Dan ya cita-cita gue pengin bahagiain ayah dan bunda gue. Tapi mereka malah pergi. Padahal mereka sendiri yang bilang kejar cita-cita gue sampai tergapai. Dan sampai sekarang gue gak punya cita-cita selain itu." Lirih Aqeela.

Rassya pun ikut duduk "Maaf Qeel sebelumnya, Lo tau besok hari apa?"

Aqeela berpikir sejenak. Saat itu juga ia memelototkan matanya. Ia malu "M-minggu," ujarnya lalu membuang arah mukanya kesembarangan arah.

kesayangan AQEELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang