53. Ujian

109 13 0
                                    

(53)

•HAPPY READING•

Hari ujian telah tiba...

Kini Aqeela dan Rassya tidak satu kelas, karena setiap kelas hanya terisi oleh 16 orang kelas sebelas dan 16 orang kelas sepuluh. Aqeela pun tak satu kelas dengan sahabat-sahabatnya, namun ia sekelas dengan Clay. Ia juga tidak satu kelas dengan Farrell, karena Farrell anak pindahan sama seperti Rassya, absen mereka dinomor terakhir.

"Kita nggak satu kelas, nanti gue pas ujian bahasa Inggrisnya nyontek siapa?" Ucap Sandrinna lesu.

"Nyontek Kia, atau Ratu kan bisaa sayangku." Ucap Aqeela lalu ia tertawa. Ia geli sendiri dengan nada bicaranya.

"Eh Aqeela, jagain ayang gue ya, jangan sampe digodain sama adek kelas!" Pesan Ratu.

Aqeela menyilangkan tangannya didepan dada, lalu menyenderkan punggungnya pada tembok. "Gak ah, biar aja digodain. Kan pacar Lo, bukan pacar gue."

Ratu melotot. "Wah parah Lo ya! Gini aja deh, gue buat kesepakatan. Untuk sementara ini, Lo jagain pacar gue, dan begitu sebaliknya gue jagain pacar Lo, gimana?"

"Yaudah-yaudah, terserah Lo aja deh. Buruan balik kekelas sono kalian." Usir Aqeela pada mereka bertiga.

"Ciahh, ngusir Lo?" Ucap Saskia.

"Iya niehh." Ucap Aqeela lagi.

"Oke deh, kita juga mau belajar."

Mereka bertiga lantas pergi.

Dari arah kanan, mata Aqeela melihat siluet sosok Rassya. Sosok sang pacar. Menit berubah sosok itu semakin berjalan mendekati Aqeela.

"Gak sekelas nihh. Jaga tuh mata. Liat cewek bening dikit langsung ngelirik awas aja Lo!" Ucap Aqeela pada Rassya.

Rassya tertawa. "Ngapain ngelirik, orang lo aja udah cantik gini."

"Biar apa Lo, dari kemarin senyum mulu, kalau enggak ketawa?! Tebar pesona??!" Ucap Aqeela lagi.

"Kenapa sih? Orang gue gak ngapa-ngapain, kesel aja lo. Pms ya?" Tebak Rassya.

"Enggak! YA IYA LAH!" Ucap Aqeela ngegas.

"Yaudah. Semangat ujiannya, jangan lupa doa dulu sebelum ujian biar lancar nanti ujiannya. Jangan mikirin gue mulu nanti jadi nggak fokus."

Aqeela berekspresi seperti ingin muntah. "Gr banget Lo anjir! Siapa yang mikirin Lo! PD banget ih! Udah sana pergi!"

"Demi keamanan dunia, gue pergi dulu deh. Pokoknya semangat ujiannya, kerjain yang bener!" Pesan Rassya menatap Aqeela.

Aqeela yang kesal itu memalingkan wajahnya. Apa-apaan ini kenapa perasaannya masih saja begini. Kenapa mendadak perutnya menjadi mulas. "Iya iya bawel amat! Lo juga semangat ujiannya, biar nilai Lo ngebanggain bunda Karin." Ucap Aqeela masih dengan raut wajah kesal. Entah karena apa ia kesal, tidak ada yang tau selain Aqeela sendiri.

Rassya mengangguk. Lantas ia mengusak puncak kepala Aqeela. Membuat poni Aqeela berantakan. Lantas Aqeela segera menyingkirkan tangan Rassya dengan kasar.

"Rapihin NGGAK?!" Tekan Aqeela menatap tajam Rassya.

Dengan otomatis tangan Rassya bergerak untuk merapihkan poni rambut Aqeela seperti semula. "Nah udah rapi, makin gemes aja sih Lo." Ucap Rassya mencubit pipi Aqeela, membuat pipi sang empu memerah. Sedikit sakit, namun memerahnya bukan karena sakit, ia salting. Sungguh, kalau kata neneknya tapasya demi dewa, Aqeela benar-benar salting. Saat ini ia hanya terdiam. Menatap kearah lain, yang penting matanya tidak bertubrukan dengan mata Rassya.

Rassya tertawa pelan melihat reaksi yang ditunjukkan Aqeela. Lalu ia mengusap kedua pipi Aqeela pelan. "Utututu sakit ya? Kok merah gitu." Goda Rassya.

Aqeela menyingkirkan tangan Rassya yang masih berada di pipinya dengan kasar. "Gak usah sentuh-sentuh!" Ucap Aqeela lalu memasuki kelas, meninggalkan Rassya yang terkekeh. Ahhh, manis sekali.

*****

Ujian sudah berlangsung dari tadi. Suasana kelas tempat ujian Rassya hening. Hanya ada suara jarum jam dinding yang berjalan. Guru yang sedang menjaga ruang itu pun berkeliling. Sesekali beliau melihat jawaban ujian beberapa murid. Guru dengan kacamata mengganggu di hidungnya itu menatap Rey tajam.

"Kenapa dengan kepala kamu? Sakit?" Ucap guru itu santai namun mengintimidasi.

Rey tersenyum kikuk, ia kepergok melihat jawaban teman didepannya. "Enggak buk, kebetulan kepala saya lagi pegel. Hehe."

Semua teman sekelas Rey dan juga adek kelas itu spontan tertawa. Membuat guru itu panas seketika. "Diam! Kalian lagi ujian! Jangan berisik!" Seketika semua pun terdiam, dan fokus lagi untuk mengerjakan.

Saat guru itu sudah berjalan ke depan Rey pun mendorong kursi yang diduduki Sandrinna. Namun Sandrinna juga tidak merespon. Rey menatap Sandrinna kesal.

Rey menyuruh adek kelas disebelah kirinya untuk memanggil Kiesha. "Sst sst..." Adek kelas itu menoleh, adek kelas itu menaikkan sebelah alisnya. "Tanyain sama orang disamping Lo nomor 2 Rom 3." Ucap Rey dengan tidak bersuara, hanya gerakan mulutnya saja.

Namun adek kelas itu tidak begitu jelas melihat gerakan mulut Rey, "Nomor berapa kak?"

"Nomor 2 Rom 3, Cok!" Ucap Rey kesal dengan sedikit bersuara. Membuat guru satunya, yang tidak berkacamata menoleh pada Rey. "Ada apa dengan kamu??!"

Rassya tersenyum melihat Rey yang kesulitan, lalu dengan santainya ia mengumpulkan kertas ujian melewati Rey. Tiba-tiba ia memberi sebuah kertas pada Rey, lalu ia melanjutkan langkah kakinya untuk mengumpulkan kertas ujian itu kedepan.

"Kamu sudah yakin dengan jawaban kamu? Tidak ada perubahan?"

"Yakin buk!" Ucap Rassya dengan yakin. Lantas guru itu hanya tersenyum, lalu mempersilahkan Rassya untuk keluar.

Rey lantas membuka kertas yang sudah di lipat-lipat menjadi kecil oleh Rassya. Senyum Rey belum luntur karena ia berpikir bahwa kertas itu ada jawabannya.

Namun senyumnya perlahan luntur melihat tulisan yang ada di kertas itu.

**

Berbeda dengan ruang ujian Aqeela, kini sangat rame. Semua murid mengapit hidungnya.

"Anying! Kalau kentut tuh bilang-bilang! Gak gini caranya!" Ucap Bayu kesal.

"Kak, kalau bilang-bilang ya malu lah." Sahut adek kelas pada Bayu.

"Ya kan demi kebaikan bersama!" Ucap Clay menimbrung.

"Pasti Lo kan yang kentut!" Tuduh Bayu pada adek kelas yang tadi berbicara.

"ENAK AJA KAKAK NUDUH SAYA!"

Aqeela yang sudah selesai itu berjalan menuju kedepan untuk mengumpulkan jawabannya. Ia sudah tidak tahan dengan bau diruang itu, guru pun sudah keluar dari 2 menit lalu.

Lalu Aqeela berjalan keluar.

"Buk, saya sudah selesai boleh keluar kan?" Tanya Aqeela.

"Boleh. Apakah bau didalam sudah reda?"

Aqeela mengangguk. "Sudah buk."

Dan guru itupun mengangguk, lalu m
Kembali memasuki kelas. Betapa terkejutnya saat beliau melihat suasana kelas. Ternyata sudah tenang seperti semula.

"Alhamdulillah." Ucap guru itu bersyukur.

•BERSAMBUNG•

Aaalloooowww temann...

Kasian amat yang satu kelas sama Aqeela, harus memcium bau busuk wkwk...

05-06-23
KA

kesayangan AQEELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang