~034~

50 3 0
                                    


Rintikan hujan mulai turun sekitar setengah sembilan, rencananya Eliza akan pergi cepat kepesantren bersama Andina

" Hujan Andina, " ujar Eliza menatap Andina disampingnya

" Kita nunggu hujan aja, " ujar Andina

" Gue mau lihat ustad Ali dihias" sendunya

" Tunggu " ujar Andina menelpon seseorang

" Ya Allah apa ini ujian bagi hamba, agar tidak bisa melihat ustad Ali " sedih Eliza











Dipesantren semua orang sedang bahagia,

" Huft baju ini " ujar ustad Ali tersenyum saat melihat uminya dari pintu

" Umi " panggil ustad Ali dan memeluknya

" Sini putra ku, maafkan umi terlalu memaksa kan kehendak umi, seharusnya umi memikirkan kebahagiaan kamu juga" ujar umi Lisma

" Umi, Ali bahagia umi, Ali sangat bahagia dengan pernikahan ini " ujar ustad Ali memperlihatkan senyumnya

" Bibir kamu bisa menunjukkan senyum tapi mata kamu nak, tidak bisa membohongi umi " ujar umi lisma membuat ustad Ali terdiam

" Umi siapa yang umi maksud " tanya ustad Ali

" Kemaren umi membersihkan ruangan kamu, disana diatas surat abi kamu umi menemukan curhatan hatimu " ujar umi lisma

" Maafkan umi nak hiks " ujar umi lisma menangis

" Kamu pasti memiliki beban yang banyak, masalah pesantren sampai masalah pribadi " ujar umi lisma

" Kenapa kamu tidak cerita nak " ujar umi lisma

" Ali ingin kebahagiaan umi, jika umi bahagia percayalah Ali akan bahagia, karna ridho itu ada kepada ortu " tegar ustad Ali agar tidak mengeluarkan air mata

" Nangis la nak, jangan paksakan bibirmu untuk senyum " ujar umi lisma membuat cairan bening dari mata ustad Ali

" Umi ini hari bahagia, jangan sedih " ujar ustad Ali mencoba kuat, tapi sekuat kuatnya ustad Ali jika dia mendapatkan pelukan sang umi semuanya akan luluh dan ustad Ali akan bercerita isi hatinya

" Maaf nak " ujar umi Lisma, untung saja kamar ustad Ali kedap suara dan dikunci

" Ya Allah maafkan hamba, suamiku maafkan aku hiks, aku hanya tidak ingin anak kita memilih istri yang tidak baik tapi hamba salah hiks " batin umi lisma saat mendengar suara ustad Ali yang mengeluarkan isi hatinya

" Umi egois nak " ujar umi lisma membuat ustad Ali menggelang

" Umi Ali akan menjaga dan mencintai Aliana seperti Ali menjaga keluarga kita dan akan mencintainya melebihi rasa cinta yang pernah Ali rasakan dulu " ujar ustad Ali tersenyum

" Apa keinginan kamu untuk hari ini nak," tanya umi Lisma

" Ali ingin melihat Ulfa datang dan memastikan dia melihat Ali menikah dengan perempuan lain" ujar ustad Ali

" Ali tahu itu sakit, tapi Ali hanya ingin buat dia sadar, batin kami saling terikat tapi tidak akan pernah berjodoh " ujar ustad Ali membuat umi lisma memeluk nya

" Umi tenang bentar lagi acaranya dimulai " ujar ustad Ali menghapus air mata nya

" Maaf kan umi nak " ujar umi lisma lagi

" Umi ini sudah takdir mi, dan ini juga pengalaman bagi Ali " ujar ustad Ali

" Ini gak salah umi, " ujar ustad Ali

" Hiks nak hiks " tangis umi lisma

" Apa mimpi kamu sewaktu kamu berteriak itu " tanya umi Lisma membuat ustad Ali diam

| Ulfa Eliza | •End•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang