~000~

139 6 0
                                    


Ulfa Eliza, sekolah dipesantren anak yang pencicilan

" Ulfa nanti Lo gue habisin " ujar Andina temannya Ulfa

Andina itu kembar tapi Karna sikapnya sama dengan Eliza dia dimasukkan kepesantren sedangkan kembarannya dimasukan ke SMA Karna ortunya percaya kepada Andini dari pada andina

" Kejar gue " ejek Eliza berlari kelapangan

" Gue capek manusia " ujar Andina menarik baju eliza

" Eh itu apa " ujar Andina menunjuk sebuah rumah yang berada didalam pesantren

" Apanya, itu mobil " ujar andina

" Buka blok, perempuan itu " ujar Eliza

" Oh itu anaknya umi lisma, elo sudah lama sekolah disini masa tidak tahu" ujar Andina membuat Eliza menggeleng

" Lo tahukan, gue gak peduli " ujar Eliza berjalan

" Eh ngomong ngomong Lo tahu gak anak umi lisma " ujar Andina membuat Eliza menggeleng

" Untuk apa gue tahu, gak penting juga " ujar Eliza

" Lo ini ya " geram Eliza

" Makanya Lo disekolah kan dipesantren sampai sekarang " ujar Andina

" Eh Lo juga ya " ujar Eliza

" Kita sama hanya saja wajah yang berbeda " ujar Eliza

" Iya deh, yang paling sama " ujar Andina membuat Eliza melotot

" Jangan baperan, kalau baperan dirumah aja Sono main Berbie " ujar Andina lagi

" Gue lempar Lo, dasar teman laknat" ujar Eliza kesal

" Lo kapan tobatnya sih Eliza " ujar Andina

" Nanya tanya gue tobat kalau Lo juga gak tobat " ujar Eliza membuat Andina diam

" Iya juga, kadang gue bingung kapan gue dapat hidayah buat tobat" ujar Andina tiba tiba

" Iya sih, gue juga pengen tapi gak asik kalau gak buat masalah " ujar Eliza membuat Andina mangguk

" Eh siapa tuh " tunjuk Eliza saat seseorang itu lewat disampingnya dengan refleks orang itu malah menatap se santriwati tersebut

" Gak tahu, tapi kok ganteng " ujar Andina membuat dia tersenyum tipis

" Iya sih ganteng, masih mudah apa om om kali " ujar Eliza mengamati orang tersebut

" Ngapain dia masuk keruangan Buya" tanya Eliza

" Gak tahu " ujar Andina

" Nguping yuk " ujar Eliza membuat Andina menoyornya

" Dia mau melamar pekerjaan kali " ujar Andina membuat Eliza mangguk

" Iya juga sih, harap harap masuk kelas kita " ujar Eliza




Pelajaran yang diajarkan Buya membuat mereka fokus apalagi ini sejarah, tapi tidak ada satu santri yang berani tidur seperti kelas sepuluh

" Kenapa enak ya, diajar Buya " ujar Eliza

" Iyalah enak, kita diajak becanda apalagi Buya gak terlalu fokus ke kitab" ujar Andina membuat Eliza mangguk

" Kalian tahu gak makanan terenak" ujar buya, inilah hebatnya Buya Karna dia bisa menyesuaikan bahasa ketika mengajar dan lainnya

" Makan steak " ujar santriwan

" Bukan " balas Buya

" Nasi Padang " ujar yang lain membuat semua tertawa tapi tidak terbahak bahak

" Makanan terenak yaitu masakan istri " ujar Buya membuat semua diam

" Kalian perempuan harus bisa masak, agar suami kalian betah dan laki laki harus menghargai apa yang dimasak perempuan" ujar Buya menjelaskan

Inilah enak belajar dengan Abuya, selain memberi motivasi Abuya juga membuat semua santri mengerti apa yang disampaikan nya

Kata Abuya ' biarlah sedikit tapi sedikit itu mengerti '

Guru sejarah lainnya berbeda dengan Abuya

" Baiklah, insyaallah ini terakhir Buya mengajar dan akan diganti oleh seorang ustad " ujarnya membuat semua santri mendesah tak terima

" Kenapa gak Buya" tanya santriwati lain

" Abuya mau fokus sama pesantren dan istri Abuya dulu " ujarnya

" Tapi kami lebih suka diajar Abuya " ujar mereka

" Iya, lagian ustadnya kami gak kenal," ujar Andina

" Iya Abuya, bagaimana nanti Ustad nya pemarah, garang, dan kami susah fokus " ujar mereka

" Gak kenal maka tak sayang, Ustad nya itu insyaallah baik " ujar Abuya

" Assalamualaikum" pamit Abuya

Beberapa santriwati duduk didekat tangga, sambil mencari bahan untuk mereka cerita

" Ternyata sikap umi lisma beda banget dengan Abuya " ujar salah satu santri

" Iya sih, kalian lihat saja sikap umi lisma " ujar yang lain










_________






Sudah beberapa bulan, guru sejarah sudah diganti, nama ustad pengganti ustad Ali yang dilihat Eliza dan Andina ditaman dekat ruangan Buya

" Dia menjabat sebagai ketua yayasan disini " ujar salah satu santri

" Benar Lo, tapi gue dengar dari kelas sebelah dia anak umi lisma " ujar yang lain

" Pantas saja kemarin gue lihat dia keluar masuk rumah umi Lisma" ujar Eliza

" Benar Lo " tanya santri lain

" Iya, berani bersumpah gue " ujar Eliza

Sudah beberapa lama bercerita mereka mendengar suara ambulans yang berada didalam pesantren,

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, telah berpulang ke Rahmatullah Abuya kita, Buya Muhammad Hadi Abdillah yang sekarang tengah berada dilapangan utama"

Setelah pengumuman berbunyi semua santri langsung berlari dan benar ada ambulans dan dikeluarkan Abuya, banyak santri yang tak menyangka, seperti kemarin Abuya mereka baru membuat mereka tertawa dan sekarang terbujur kaku didepan mata


Banyak yang mengikuti pemakaman Abuya dan malam ini semua santri mengadakan tahlilan dirumah dan ada yang dilapangan dengan membentang sebuah karpet saking banyaknya orang







Bulan berganti, pesantren masih ada luka yang belum kering, setiap sore banyak santri yang datang ke rumah Abuya yang baru untuk mendoakan nya

Pelajaran sejarah tidak mereka lanjutkan, Karna ustad Ali yang ternyata anak Abuya dan umi lisma masih menemani sang umi beserta adiknya

" Kasihan umi lisma, pasti sakit " ujar Eliza

" Iya seperti yang kita lihat, Abuya selalu manjain umi lisma, selalu romantis" ujar Andina

" Kalau gue diposisi umi lisma, bisa gila ini " ujar Eliza membuat Andina tersenyum

" Gila apa gila " ujar Andina

Dari sikap ustad Ali kepada keluarga bisa mereka lihat, bahwa ustad Ali sangat menjaga perempuan

" Ya Allah ternyata masih ada laki laki yang menjaga perempuan" batin Eliza

" Betapa beruntungnya yang mendapatkan ustad Ali " batin Eliza tersenyum

" Tuhan aku mengagumi salah satu ciptaan mu " batin Eliza

" Izinkan hamba mencintai nya Karna engkau ya Allah" batin Eliza tersenyum dan pergi

Membayangkan wajah ustad Ali bisa membuat Eliza tersenyum, apalagi ustad Ali yang cool, bersih dan dada yang bidang, siapa yang tidak kagum akan dirinya

" Saingan gue banyak amat" ujar Eliza saat melewati beberapa santriwati












| Ulfa Eliza | •End•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang