13. Pria Yang Kaku

5.2K 600 8
                                    

Usai kekacauan tadi kini Singar telah berganti pakaian baru. Dia bertanya, "Apa?"

Tanpa menjawab, Panji langsung memperlihatkan foto bocah pirang bersama seorang wanita yang sedang memeluknya.

Singar menatap sekertarisnya penuh tanya, "Apa ini?"

Adik sepupunya membelalakkan mata, "Sungguh! Apa kamu masih belum mengerti? Ini Dannis karyawanmu sendiri! Dan bocah yang dipeluknya ini adalah anakmu yang kita temui kemarin!"

"Lalu?"

Panji menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan, "Aku tidak sengaja melihat postingan ini jadi aku bertanya kepada Dannis dimana dia bertemu bocah pirang itu. Dannis berkata bahwa dia bertemu dengannya di sebuah restoran bernama R. Apridiano, Dan kamu tahu? Bocah ini merupakan anak dari pemilik restoran itu!"

Mengangguk singkat, Singar kembali menyibukkan dirinya pada tumpukan map di mejanya.

Si sekertaris hampir gila melihat kelakuan atasannya. Lalu menyambar tumpukan map di meja bahkan kertas yang ingin Singar tanda tangani juga tidak lepas dari penjarahannya, "Apa kamu tidak senang sama sekali? Restoran itu cukup dekat dari perusahaan kita, Ini berarti peluang kita untuk bertemu mama bocah itu semakin mudah!"

Lagi-lagi pria berambut pirang menjawab semua perkataan panjangnya hanya dengan satu anggukan, "Hmm..."

Hela nafas, Panji meletakkan kembali tumpukan map yang dirampasnya kemudian merebahkan diri ke sofa yang ada di ruang kantor kakak sepupunya, "Aku khawatir tentang Kakek"

"Khawatir?" Singar bertanya ditengah-tengah pekerjaannya.

"Meskipun dia sering membohongi kita demi cicit tapi penyakit asma Kakek memang sudah ada sejak lama, Dan seringkali penyakitnya itu kambuh, Haih... Jika saja aku memiliki anak, Pasti kakek akan bahagia"

"Maka menikahlah"

Dia melirik sinis pria blasteran Amerika yang duduk fokus membaca dokumen di meja seberang sana, "Daripada menyuruhku menikah mengapa bukan kamu saja yang melakukannya? Aku akan mempertimbangkan tentang keluarga kecilku jika kamu sudah menikah"

"Nanti"

"Sampai kapan kamu akan mengatakan itu? Menunggu pria tua itu wafat? Kamu pasti bercanda!"

Ting!

Notifikasi pesan membuat Panji menggulirkan matanya ke layar ponsel. Dia mengeryit dan merubah posisi tidurnya menjadi duduk, "Tuan Singar, Sepertinya pemuda yang bocah itu sebut Papa juga dekat dengan Tuan Johan, Baru saja anak buah yang aku perintahkan untuk membuntuti mereka mengirimkanku foto ini"

Agaknya Singar tertarik akan pembahasan Panji. Dia lalu memutar kursi kantornya menghadap sofa dimana adik sepupunya duduk, "Johan?"

"Benar, Bahkan dari foto ini saja aku memiliki kesimpulan jika Tuan Johan punya hubungan istimewa dengan pemuda ini, Apa kita perlu menyelidikinya juga?" Panji menanti jawaban Singar.

"Tidak perlu"

"Baiklah jika kamu berkata seperti itu, Ngomong-ngomong ayo makan di luar, Aku sungguh bosan makanan kantin kita" Bujuk Panji.

"Tidak" Singar kembali memeriksa dokumen di mejanya.

Panji cemberut, "Ayolah! Aku tebak kamu pasti lapar dan aku tahu dimana tempat yang tepat untuk menemukan nasi"

"Dimana?" Spontan Singar bergumam.

Hati Panji bersorak gembira. Segera menetralkan ekspresi wajahnya dan membalas, "Ekhem! Kita akan ke restoran yang Dannis datangi sebelumnya"

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang