10. Bertemu Masa Lalu

7.2K 660 28
                                    

"Kakek, Makan" Singar dengan gerakan kakunya menyuapi pria tua yang duduk di ranjang rumah sakit tersebut.

"Jangan tawarkan aku sampah menjijikkan itu!" Dia menepis benda yang hampir mencapai mulutnya hingga makanan di sendok tumpah ke lantai.

Singar hanya menatap sekilas ceceran bubur sebelum kembali mengambil yang baru dan menawarkannya kepada Kakeknya.

"Kakek, Makan"

"Aku tidak mau memakannya, Mengapa kamu masih memaksaku hah?!" Pria tua itu mulai darah tinggi akibat cucunya sendiri.

"Kakek, Makan" 

Kakek Darta sakit kepala mendengar kata bujukan cucu sialannya yang terus diulang-ulang, "Bisakah kamu mengucapkan beberapa kata lagi selain itu? Kemana hilangnya semua kata yang aku ajarkan kepadamu saat masih bayi?!"

"Kakek, Makan" 

Melihat Pria tua yang hendak meledak Panji secepatnya merampas mangkuk juga sendok dari Singar dan meletakkannya di meja samping ranjang, "Kakek, Apa yang ingin kamu nikmati di siang hari ini?" Panji mencoba meredam kemarahan kakeknya.

Wajah merah penuh amarah Kakek Darta seketika lenyap berganti senyum masam, "Kamu cucu berbakti, Aku tidak ingin apapun, Hanya... berapa umur kalian sekarang?"

"31"

"Aku baru saja berulang tahun ke 30, Hey ayolah Kakek, Kamu bahkan menyaksikan detik-detik kelahiran kami, Apa penyakit pikunnmu kambuh lagi?" Tanya Panji ragu.

"Aku masih mengingatnya jelas dasar cucu sialan! Yang aku pertanyakan adalah kalian sudah setua ini dan belum memberikan aku cicit?!! Mati pun tidak akan tenang jika aku belum menggendong cicit dari kalian! Terutama kamu Singar, Siapa yang akan meneruskan SERSA bila kamu belum memiliki keturunan!" Dengan marah dia memukuli cucu-cucunya menggunakan bantal.

Dua pria dewasa tersebut pasrah dihakimi oleh Kakek mereka. Seperti dugaan Singar, Pasti Kakeknya akan menagih cicit lagi. Ada sedikit penyesalan datang kesini, Lebih baik dia ke perusahaannya saja.

Ingatannya seketika membawa bocah pirang itu ke memori otaknya. Dia kemudian melirik adik sepupunya.

Panji mengeryit, "Apa? Kenapa menatapku seperti itu?"

"Bocah pirang"

Kelopak mata Panji melebar, Bisa-bisanya dia melupakan bayi itu! Meskipun mereka masih perlu bukti tes DNA tapi melihat dari ciri fisik hingga wajahnya yang serupa kakak sepupunya maka tidak diragukan lagi bayi itu adalah anak Singar sekaligus keponakannya!

"Kakek, Kami sudah mendapatkan cicit yang Kakek inginkan!" Seru Panji disela-sela kepasrahannya menerima pukulan bantal dari sang kakek.

Ajaibnya gerakan Pria tujuh-puluhan itu kaku, Lalu menatap curiga kedua cucunya, "Sekarang kalian berani membohongiku?" Kakek Darta bersedekap dada di ranjangnya.

"Tentu saja tidak! Kami baru bertemu anak itu di acara pernikahan saingan bisnis Singar, Kakek tahu? Anak itu benar-benar duplikat sempurna dari Singar!" Panji menyanggah tuduhan Kakeknya.

Kulit mata yang telah keriput itu tertarik ke atas, Kakek Darta terkejut, "Kalau dia benar anakmu lalu dimana bocah itu? Kenapa kalian tidak membawanya kehadapanku?" Dia bertanya tidak sabar pada Singar.

"Tidak bisa"

"Kenapa tidak bisa?"

"Tidak bisa" Lagi-lagi Singar menjawab sama.

Panji yang takut Kakeknya akan terserang asma akibat stres berbicara dengan Singar, Buru-buru menjelaskan, "Kami tidak bisa mendapatkannya tanpa bukti tes DNA"

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang