36. Si Harimau (18+)

1.3K 49 0
                                    

Erik bersedekap dada. Dia menggeleng melihat Panji saat ini berdiri di depan rumahnya dalam keadaan mabuk berat. Wajahnya memerah, Tubuh Panji juga berkeringat.

Dia membuang nafas berat, "Mana mobilmu?" Pertanyaan ini terlontar ketika tidak ada satupun kendaraan yang Erik temukan di halaman rumahnya.

Panji menopang tubuhnya dengan satu tangan di dinding terus tertawa bodoh, "Hehe... Hik! Halo hehe... Dokter cabul hik! Peluk aku" Panji seketika menghamburkan diri ke Erik yang hanya dilapisi baju mandi terbuka pada bagian dada.

"Jawab pertanyaanku" Erik masih belum menyerah untuk meminta penjelasan.

Lawannya mendongak, "Hik! Aku ja-jalan kaki kesini hehehe..."

Erik mengendus-endus badan Panji, "Kamu tidak mencium pria lain di Bar?"

Panji kegelian karena hembusan nafas yang mengenai kulitnya, "Haha... Hik! Tidak! Aku adalah pria terhormat! Tidak hik! mungkin akan menjajahkan diriku pada hehehe... Orang bejat!"

Erik merasa senang sebab tidak mencium bau pria lain tapi bibirnya tidak bisa menahan untuk mencebik, "Jadi Aku yang merupakan pria pertamamu kamu anggap bejat?"

"Bukannya memang hik! seperti itu?" Imbuh Panji, Ekspresinya lugu. 

"Bisakah kamu tidak menunjukkan wajah menggoda itu kepadaku?" Dokter spesialis genetika lagi-lagi menggeleng kepala. Sejurus kemudian memanggul Panji, Menutup pintu dan berjalan ke arah kamar.

Gerakannya lembut saat membaringkan pria itu di tempat tidur. Dia melepas jas, Kemeja, Celana dan terakhir sepatu Panji. Kesabaran Erik sangat besar disini.

"Mmm... Kamu cabul! Hik! Kenapa kamu membuka hik! pakaianku?" Panji meracau sambil menggeliat sana sini.

Erik benar-benar masa bodoh akan ocehannya. Dia beranjak dari kasur untuk duduk di kursi seraya mengamati setiap inci tubuh telanjang Panji yang cuma dilapisi celana bokser ketat. Segera senyum miringnya hadir, "Sempurna! Hanya saja kamu bau alkohol, Jadi biarkan Dokter yang kamu sebut cabul ini memandikanmu"

Panji bangun lalu membentangkan kedua tangannya, "Kakiku lemas"

Orang bodoh mana yang bisa menolak pesona pria ini? Erik bahkan tertawa lepas memikirkan hal ini.

"Ada masalah apa?" Tanyanya setelah berhasil meredakan tawanya. Menjadi teman semasa kuliah membuat Erik hapal kebiasaan pria satu ini.

Meskipun Panji tidak mendapat kekangan seperti apa yang dialami oleh kakak sepupunya, Namun pria ini tetap menjaga diri. Hanya minum ketika dia mendapat masalah atau merasa sedih. Dan setiap kali minum Panji akan datang ke rumah Erik entah sadar ataupun tidak.

Kedua tangan itu pelan-pelan turun disusul perubahan raut muka Panji, "Kakak ipar dan keponakan kecilku dihina pagi ini"

"Aku sudah tahu, Lalu?" Berita pagi hari benar-benar viral sehingga satu rumah sakit mungkin sudah tahu kecuali Kakek Darta dan Geremi.

"Semua orang yang hadir ataupun tidak, Melihat mereka diperlakukan seperti itu. Aku benar-benar bodoh membiarkan wartawan masuk"

"Apa yang membuatmu kesal? Bukankah kamu sudah menyelesaikan acaranya?"

Panji menegakkan wajah, "Benar, Tapi aku tidak puas!" Dia memamerkan tinjunya yang sedikit gemetar, Menahan kemarahannya.

"Lalu apa yang ingin kamu lakukan?" Erik tahu bahwa satu-satunya hal yang bisa dia perbuat sekarang hanyalah bertanya dan bertanya.

"Mereka harus membayar mahal karena berani mempermalukan kakak ipar dan keponakanku!!"

Senyum Erik mengembang lagi, Dia pun berdiri menghampiri Panji, "Baiklah, Sudah cukup bicaranya"

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang