Malam hari tiba begitu saja, Tamu-tamu undangan pun banyak yang belum pulang dikarenakan tetesan air hujan yang tidak henti-hentinya turun diluar hotel. Jarum pendek sudah menunjuk ke angka 9 tetapi tanda-tanda berhentinya hujan tak kunjung mereka jumpai. Akhirnya mereka yang tidak bisa pulang memilih untuk bermalam di hotel saja, Tak terkecuali Singar dan Panji.
"Kami ingin memesan kamar VIP untuk dua orang" Kata Panji ke penjaga resepsionis yang berjarak meja didepannya.
Remaja itu menggaruk belakang kepalanya, "Maaf tuan-tuan tapi kamar VIP sudah habis dipesan oleh orang lain sementara yang tersisa hanya dua kamar biasa, Apa kalian mau?"
Lantas Panji menoleh pada atasannya, "Bagaimana?" Dia meminta jawaban.
Wajah dingin Singar terlihat sedikit keberatan, Kemudian dia mengarahkan matanya keluar kaca dinding hotel yang transparan, Hujan masih deras, pikirnya. Tidak ada pilihan lain, Dia pun mengangguk singkat.
Panji kembali menghadap resepsionis, "Baiklah kami pesan dua-duanya"
Sang resepsionis mengulas senyum ramahnya, Kemudian memberikan kunci kamar kepada Panji, "Ini kunci dan nomor kamar kalian adalah 499 dan 500 lantai 6, Semoga kalian betah dengan pelayanan di hotel ini~" Mendadak dia gugup saat secara kebetulan bersitatap dengan pria bermata hijau dibelakang Panji... Diam-diam dia meneguk ludah kasar, Sangat kaku juga dingin, Kata hatinya.
Rupanya Panji menyadari kegugupan resepsionis muda tersebut. Dia pun menyenggol atasannya yang berada dibelakang, "Tuan Singar, Lain kali tersenyumlah kepada anak-anak, Lihat akibat melihat wajahmu yang datar itu dia jadi takut, Nak jangan takut dia tidak akan berani macam-macam denganmu selama ada aku disini" Sambil mengedipkan sebelah matanya lalu terkikik mendapati si remaja dihadapannya menunduk canggung.
"Maaf" Ucap Singar singkat, Padat dan jelas.
"Ah! Tidak apa-apa tuan, Maaf saya baru 1 bulan bekerja di sini jadi belum terlalu mahir hehehe..." Sanggah resepsionis sambil menggeleng-gelengkan tangannya.
Berselang 30 menit Ary datang ke meja resepsionis bersama bayi didekapannya, "Saya mau mengambil kunci kamar, Teman saya Sammy sudah memesannya, Apa kamu masih ingat?" Kata Ary langsung.
"Oh, Baik Tuan, ini silahkan ambil kunci anda, Kamar anda berada di nomor 498 lantai 6, Semoga anda juga anak anda betah dan nyaman di hotel kami~" Dia gemas melihat bayi dipelukan pemuda didepannya.
Ary mengulas senyum tipis, "Terima kasih, Kami pergi dulu" Sang resepsionis mengangguk pelan.
Hampir saja dia ketinggalan lift jika tidak buru-buru masuk, "Huh... Hampir saja" Monolognya bernafas lega.
Tanpa diduga sebuah tisu mendarat di keningnya dan disusul suara si bayi, "Papa itu sudah tua jadi tidak boleh lali-lali, Papa" Zartin mengelap bintik-bintik keringat pada dahi Papanya. Akan tetapi nasehat cadel yang keluar dari mulutnya malah membuat Ary malu sebab orang-orang dibelakang keduanya tertawa geli.
Dia membalas dengan mencubit pipi anak semata wayangnya, "Aku ini baru berumur 24 tahun bocah! Itu masih dikatakan usia muda!" Sangkalnya tidak terima atas penghinaan halus bayi kepadanya.
Pria kecil tersebut terpaksa harus merelakan pipinya ditarik-tarik oleh Papanya, "Itu sudah tua! Bila Papa seumulan Zal balu lah Papa masih muda"
Ary mendengus, "Aku tidak tua!" Bantahnya lagi.
Namun si bayi sepertinya belum mau mengalah, "Papa sudah tua!"
"Aku tidak!"
"Papa tua!"
Gelak tawa dari belakang mereka semakin besar, Tertarik akan pertengkaran ayah dan anak tersebut. Dan setelah perdebatan kecil di lift, Mereka pun sampai di depan kamar hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)
Dragoste(TAMAT DI PDF DAN BISA JUGA BELI DI APLIKASI KARYAKARSA!)😁 Malam setelah merayakan Anniversary yang ke 4 tahun dengan kekasihnya, Paginya Ary menemukan dirinya di kamar asing dalam keadaan bugil dan keperjakaanya hilang!! Hatinya hancur lebur menge...