14. Sebuah Senyum Kecil

4.9K 592 7
                                    

Atensi Winsten berpindah ke Panji, "Kalau anda ingin memesan apa?"

Panji merampas buku menu dari Singar dan membacanya serius, "Aku pesan 2 muffin cokelat, 3 potong Red Velvet cake dan minumannya aku ingin jus kiwi"

Winsten mencatat cepat pesanan Panji dan pamit pergi ke dapur, Melupakan bahwa dia telah meninggalkan bayi bersama dua pelanggan asing.

Zartin menggembungkan pipi, Dia bersedekap dada, "Hum! Kakak Winsten meninggalkanku lagi!" Ungkapnya kesal.

Panji menyeringai samar, Tanpa aba-aba dia mengangkat dan mendudukkan bayi di atas meja mereka, "Bocah, Lebih baik kamu menunggu bersama kami disini, Kakakmu pasti akan kembali sebentar lagi"

"Bolehkah? Tapi paman Panji dan paman Singal adalah pelanggan disini, Sebagai pelayan aku tidak boleh duduk belsama kalian"

"Oh? Kamu adalah pelayan disini?" Tanya Panji gemas. Bayi mengangguk singkat.

Tidak lama kemudian Winsten datang tergesa-gesa membawa pesanan, "Maaf, Bos kecil, Dan terima kasih kepada tuan-tuan karena sudah menjaga anak bos saya"

Panji menggoyang-goyangkan tangannya keatas kebawah disertai tawa kecil yang keluar dari mulutnya, "Tidak masalah, Aku ingin bertanya dimana Bosmu?"

"Bos muda berada di ruangannya"

"Apa dia cantik?"

Seketika Winsten tertawa rendah, "Hahaha... Bos muda kami adalah laki-laki, Jika anda bertanya apakah dia tampan atau tidak maka dengan sukarela aku mengatakan bahwa dia memang tampan!"

Kedua mata Panji agak terbuka mendengar ini, "Dia laki-laki? Lalu siapa namanya?"

"Namanya February Apridiano, Kami biasanya memanggilnya bos muda"

"Apa dia Papa kandung bocah ini?"

"Benar, Tuan" Winsten berkata penuh yakin tapi secara sadar menemukan kejanggalan. Berkali-kali dia memandang pria berambut pirang itu dan bos kecilnya.

Mata hijau, Rambut pirang dan terkahir wajah... Ya Tuhan mereka benar-benar sama persis!! Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa ada kebetulan semacam ini?! Apa bayi sebenarnya adalah anak pria pirang ini dan Bos muda merupakan penculik anak? Winsten terus berspekulasi di kepalanya.

Panji mengulas senyum, "Baiklah, Kamu bisa kembali"

Winsten tersadar dan sedikit membungkuk, "Silahkan menikmati hidangan kami" Sebelum buru-buru pergi dan kembali meninggalkan bayi.

Kruuuuuk...

Kontan saja Panji dan Singar menatap bayi yang tengah menunduk malu memainkan ujung bajunya.

"Hahaha...! Bocah, Apa kamu lapar? Aku akan memberikan sebagian kueku untukmu"

Namun bayi menolak, "Aku tidak suka makanan manis, Paman"

Mendadak bayi dan Panji memandang Singar.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya ke atas, "Apa?"

"Tuan Singar, Sebagai Daddy-nya kamu harus memberi anakmu makan"

Singar melirik makanannya dan bayi lalu Kemudian dia menyodorkan makanannya kepada Zartin, "Makan"

Air liur bayi hampir menetes dari mulutnya ketika melihat nasi goreng yang menggoda. Menelan ludah bayi secepatnya menggeleng dan mendorong piring kembali pada Singar, "Ini punya Paman, Zal tidak boleh memakannya"

Wajah Panji seketika datar, "Bocah, Air liurmu menetes"

Dengan pipi merah bayi menyeka liur di tepi bibirnya. Secara sembunyi-sembunyi dia mencuri pandang pada nasi goreng milik Singar. Tangannya menjulur ingin mengambil namun dia menahannya dengan tangan satunya lalu menggoyang-goyangkan kepala. Bayi mengadakan pertengkaran di hatinya, "Tidak! Kamu tangan nakal, Kamu tidak boleh mengambilnya, Itu milik Paman Singal!"

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang