15. Anak Kandung?

5.8K 671 21
                                    

Pemandangan itu tanpa sadar membuat rasa gelisahnya tercipta. Jantung Ary berdegup kencang, Nafasnya naik turun dengan irama cepat dan kasar, Seolah-olah yang dilihatnya saat ini adalah ayah dan anak yang sebenarnya sedangkan dirinya hanyalah orang lain.

Ary memejamkan mata dan mengatur pernapasannya. Merasa cukup tenang, Ary memajukan satu kaki kanannya ke depan lalu disusul kaki kirinya, Melangkah pelan ke meja yang ditempati dua pria dewasa bersama satu bayi yang duduk di meja itu.

Panji yang menyadari kehadiran Ary segera menyapa, "Halo Tuan, Kita bertemu kembali, Sungguh kebetulan yang tidak terduga!"

"Halo juga tuan Panji" Ary membalas sapaan akrab pria itu.

Sambil mengunyah makanannya bayi menoleh, "Pwapa!" Serunya dengan mulut penuh.

Ary menggelengkan kepala, "Kamu tidak ingat dengan adab ketika makan? Apa aku perlu menjelaskannya lagi?"

Zartin segera menunduk dan menelan nasi dimulutnya, "Maaf Papa"

Mendesah panjang lalu tatapan Ary jatuh pada Singar.

Deg!

Perasaan tidak enak ini... lagi-lagi singgah padanya. Ary memaksakan senyum ramah di bibirnya, "Ha-halo Tuan Singar" Ucapnya tergagap.

Singar mengangguk sebelum menurunkan wajah dan kembali menatap intens sang bayi yang masih menunduk. Sekali lagi dia melirik pemuda didepannya, Apa bocah ini sangat takut kepada pemuda itu?

Pintu masuk yang terbuat dari kaca itu terbuka lalu muncul pasangan suami istri beserta anak mereka yang tampaknya masih berusia 6 bulan. Mereka langsung duduk pada salah satu meja yang kosong.

Ary terkesiap kemudian mencari karyawannya namun nihil, Tidak tahu kemana perginya mereka. Dia mendengkus, "Kamu duduk yang baik disini, Aku akan melayani pelanggan disana, Kamu paham?"

Zartin mengangguk antusias, "Baik Papa!!" Ary menggeleng dan mengacak-acak rambut putranya. Satu helai rambut Ary jatuh ke lengan bayi tanpa disadarinya.

Hal ini terus menerus Singar perhatikan. Kedekatan bayi dan pemuda ini terlihat seperti bukan sekedar hubungan Papa dan anak tiri, Tampaknya lebih dalam lagi dari perkiraannya... Mereka seperti Papa dan anak kandung!

Ary berlalu dari meja Singar dan Panji menuju ke tempat dimana pelanggan barunya berada.

"Halo, Apa yang ingin kalian pesan?"

Begitu pelanggan wanitanya menoleh, Ary langsung merasa dirinya sedang ditebas menjadi dua bagian.

Ania menajamkan penglihatannya dan kemudian menunjuk, "Ary? Kamu Ary?"

Mendengar nama 'Ary' disebutkan, Johan juga ikut mengalihkan perhatian dari bayi didekapannya, "Ary..." Ucapnya lirih. Rasa rindu kembali menyeruak di hatinya.

Ingin sekali Ary berteriak keras kepada Tuhan, Mengapa mempertemukannya lagi dengan dua mahkluk biadab ini?! Dua mantan sahabat terbaik yang pernah menggores hatinya, Menghasilkan luka yang begitu sukar disembuhkan sekalipun Ary tidak pernah jenuh mengobatinya. Kini setelah lukanya mengecil dan beranjak sembuh, Mengapa harus terbuka lebar lagi hanya karena melihat dua manusia ini?!

Dia menggigit bibirnya berusaha mengendalikan emosi dalam tubuhnya karena bagaimanapun dua orang ini tetaplah pelanggannya, Mari kesampingkan dulu rasa bencimu Ary!

"Apa yang ingin kalian pesan?" Ary kembali bertanya bersama senyum ramah di bibirnya.

Namun selera makan Ania hilang ketika dia memandang mantan sahabatnya ini. Seulas senyum remeh muncul di bibirnya, "Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Kamu pasti berpikir bahwa aku tidak akan mengenalimu sebagai pelayan bukan? Sayangnya dugaanmu salah! Aku masih tahu seperti apa rupamu sekalipun kamu berdandan sebagai badut!"

HOT YOUNG PAPA, WILL YA MARRY ME? (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang