02. Impossible!

130K 14.5K 541
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa ramein komen 😙



Mendengar pintu berdecit, Ziana yang sebelumnya terlelap segera menarik kesadarannya. Ia melihat perempuan muda berpakaian maid dengan rambut disanggul rapi, baru saja berjalan masuk melewati ambang pintu.

"Anda sudah sadar?" Perempuan tersebut meletakkan nampan berisi cangkir dan buah-buahan ke meja dekat ranjang.

"Kau siapa? Dimana bibi May?" Ziana bertanya karena baru pertama kali melihat perempuan tersebut. Bibi May adalah wanita paruh baya yang telah 10 tahun bekerja di rumahnya. Rasanya ia tidak pernah mempekerjakan orang lain di rumahnya selain bibi May.

"Siapa bibi May? Di pavilliun ini tidak ada pekerja yang bernama bibi May, Selir Ziana."

Sontak, Ziana mengubah posisinya menjadi duduk. Pavilliun? Dan perempuan ini memanggilnya selir Ziana? Ia yakin pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Ziana mengedarkan pandangan ke sekitar. Mungkin karena kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya, sekarang baru ia menyadari bahwa ini bukan kamarnya.

Karpet tebal berwarna biru tua berpadu warna emas mengkilap menghiasi seluruh lantai kamar. Ranjang besar tempatnya berada memiliki empat tiang. Tiang tersebut untuk menyangga kelambu berwarna biru transparan yang indah. Seluruh ornamen hiasan serta furniture di kamar ini juga mengusung dua warna tersebut yaitu emas dan biru. Kamar ini terlihat mewah namun perabotannya terlihat kuno.

Sebenarnya ia berada dimana? Dan kenapa perempuan ini memanggilnya selir? Sungguh konyol. "Kau siapa? Dan sekarang aku berada dimana?" Tanya Ziana pada sosok yang berdiri di dekatnya.

"Perkenalkan, nama saya Lara. Saya salah satu pelayan yang ditugaskan untuk berada di paviliun Anggrek, Selir Ziana."

Ziana berdecak pelan. Perempuan bernama Lara ini selalu saja memanggilnya selir dan menyebut pavilliun. Bagaimana bisa ia tidak sadar ketika dipindahkan ke tempat ini! "Berhentilah memanggilku selir, itu menggelikan. Sebenarnya apa tujuanmu membawaku kemari? Siapa yang menyuruhmu?"

Meski perkataan majikannya aneh, Lara tetap menanggapi. "Yang Mulia Raja Dimitri memberikan pavilliun Anggrek untuk menjadi tempat tinggal Anda, Selir Ziana."

Kening Ziana berkerut dalam, menatap Lara dengan ekspresi wajah rumit. Tunggu. Raja Dimitri? Selir Ziana dan pavilliun Anggrek? Sontak, kedua bola mata Ziana melebar kaget.

Tapi tidak mungkin, bukan? Sepertinya ia sudah gila karena benaknya berpikir bahwa dirinya berada di dunia novel yang semalam ia baca. Tetapi, nama Lara beberapa kali muncul di dalam novel. Lara merupakan salah satu pelayan di paviliun Anggrek. Paviliun Anggrek sendiri adalah tempat kediaman selir Ziana di dalam istana.

Ziana menelan salivanya dalam-dalam sebelum bertanya, "Apa ini kerajaan Oriavad? Raja yang kau maksud adalah Raja Dimitri Erastus? Dan aku adalah Ziana Calluella, selir kelima Raja Dimitri?"

Lara menampilkan ekspresi sedikit bingung atas beberapa pertanyaan selir Ziana. Tak ayal Lara tetap menjawabnya, "Benar, Selir Ziana."

"Benar apanya?" Sahut Ziana dengan tidak sabar.

"Pertanyaan Anda barusan semuanya benar."

Ziana tercenung dengan tatapan kosong. Bahkan darah di wajahnya tidak mengalir sebagaimana mestinya. Wajahnya terlihat memucat. Bagaimana mungkin ia berada di dunia novel? Tepatnya di kerajaan Oriavad yang lokasinya tidak tertera di peta dunia. Tentu saja, sebab Negeri ini hanyalah Negeri fiktif karangan penulis novel yang semalam ia baca.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang