Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥
> 1600 kata untuk chapter ini.
•
•Rombongan Kaisar Arslan telah memulai perjalanan menuju Kerajaan Oriavad sejak dini hari. Kereta kuda mewah tersebut tidak hanya berisi Kaisar Arslan, namun juga Ziana. Kaisar Arslan mengatakan bahwa Ziana harus berada sedekat mungkin dengannya untuk menjaga keamanannya. Padahal Ziana tahu bahwa itu hanyalah bualan semata.
Sosok Ziana dalam posisi merebah dengan kaki sedikit ditekuk karena kakinya tidak memungkinkan untuk terjulur lurus. Wajah Ziana tertutup selembar kain, matanya terpejam.
Sedangkan Kaisar Arslan tampak duduk disisi lain, menaikkan kedua kakinya, perhatiannya terpusat pada buku yang sedang ia baca. Namun ia membaca buku ini hanya untuk membunuh rasa bosannya karena Ziana sedari tadi terus tertidur.
Kaisar Arslan menutup bukunya, meletakkannya kasar. Lantas menggoyang-goyangkan lengan Ziana. "Ziana! Sebenarnya yang Kaisar disini aku atau kau?"
Tidak butuh waktu lama untuk Ziana menarik kesadarannya. Ia menghela napas pendek sebelum membuka kain yang menutupi seluruh wajahnya. Lantas memiringkan tubuhnya, menatap Kaisar Arslan dari posisinya. "Ada apa, Yang Mulia? Anda memerlukan sesuatu?"
"Kau tidak sopan." Cibir Kaisar Arslan.
"Anda sendiri yang mengizinkan saya untuk bebas bersikap di dalam sini." Balas Ziana seraya mengubah posisinya menjadi duduk.
"Temani aku mengobrol." Sebenarnya Kaisar Arslan tidak peduli dengan sikap lancang Ziana. Ia hanya kesal karena diabaikan Ziana. Padahal ia meminta Ziana berada disini karena berpikir bahwa mungkin saja mereka dapat menjalin keromantisan.
"Baik, Yang Mulia. Apa yang ingin Anda obrolkan?" Ujar Ziana setelah mengusap-usap wajahnya, berharap rasa kantuknya menghilang. Ini karena semalam Ziana tidur larut malam. Ia menemani Jenderal Leon ke kediamannya untuk melihat kondisi ibundanya. Karena perannya sebagai adik Jenderal Leon, tentu saja membuat Ziana juga harus terlihat khawatir dengan kondisi ibundanya.
"Kau saja yang duluan bicara." Kaisar Arslan berpindah posisi untuk duduk di samping Ziana.
Ziana menggeser tubuhnya agar Kaisar Arslan mendapatkan tempat yang senggang. Namun Kaisar Arslan justru bergeser mendekatinya, mengikis jarak antara mereka. Kini lengan mereka saling bersentuhan karena tidak adanya jarak antara mereka. Ziana tampak pasrah dengan kelakuan Kaisar Arslan. Pria berusia 30 tahun ini terkadang bersikap absurd, seolah memperlihatkan bahwa kelakuannya persis seperti remaja yang sedang kasmaran.
"Ayo, mulai bicara." Perintah Kaisar Arslan.
"Yang Mulia, saya tidak ingin bertemu dengan Yang Mulia Raja Dimitri." Ziana memilih menyampaikan keluh kesahnya.
"Aku ingin kau menyelesaikan urusanmu dengan Raja Dimitri." Kaisar Arslan menumpukkan sisi kepalanya ke pundak Ziana.
"Urusan saya dengan beliau telah selesai, Yang Mulia. Justru jika saya bertemu dengan beliau, urusan ini menjadi tidak selesai." Ziana tampak tidak peduli dengan perilaku Kaisar Arslan yang kini menyandarkan kepala ke pundaknya. Intensitas kedekatan mereka selama ini, membuat Ziana telah terbiasa dengan sikap beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Amazing Fate
FantasyDi Garda Nasional Angkatan Darat, sejak usia 18 tahun Ziana telah berjuang untuk Negaranya. Ziana telah berperang beberapa kali demi menegakkan kedaulatan Negaranya, serta mempertahankan keutuhan wilayah Negaranya. Selain lihai dalam pertarungan ta...