04. Eagerness

115K 13.2K 781
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa ramein komen 😙



Terhitung sudah tiga hari ini Ziana berada di Kerajaan Oriavad. Ternyata para selir Raja Dimitri diwajibkan untuk mengikuti beberapa kegiatan. Diantaranya adalah, menjahit, menyulam, merajut, melukis, bahkan berlatih dansa. Secara otomatis saat mengikuti beberapa kegiatan, Ziana bertatap muka dengan selir-selir Raja Dimitri yang lain.

Selir pertama adalah Selir Xeenia yang menempati pavilliun mawar. Selir kedua adalah Selir Hera yang menempati pavilliun Lily. Selir ketiga adalah Selir Zoya yang menempati pavilliun Dahlia. Dan selir keempat adalah Selir Ester yang menempati pavilliun Aster.

Mereka semua memesona, itu sudah pasti. Apalagi Selir Hera, selir Raja Dimitri yang kedua. Selir Hera memiliki kelebihan fisik dibanding yang lain. Ukuran dada Selir Hera sungguh menakjubkan. Bahkan mata Ziana sampai melotot saat pertama kali bertemu selir Hera. Wanita itu sengaja mempertontonkan kelebihannya dengan mengenakan gaun yang memperlihatkan jalur dadanya.

Raja Dimitri dapat dikatakan telah memiliki segalanya, tentu tidak akan mengambil perempuan sembarangan untuk dijadikan selir. Selain memiliki paras yang dapat dikatakan nyaris sempurna, keempat selir memiliki pesonanya tersendiri. Mereka juga terlihat ramah karena selalu menebarkan senyum. Namun entah jika yang terlihat dari luar berbeda dengan yang di dalam.

Bukankah seharusnya para selir bersaing satu sama lain untuk mengambil hati Raja? Apalagi Raja Dimitri belum memiliki Ratu. Dirinya tentu saja tidak ingin bersaing dengan mereka. Apalagi seperti yang dilakukan selir Ziana di dalam novel, yang rela melakukan cara apapun agar setiap malam Raja Dimitri mengunjunginya.

Sebenarnya hari ini Ziana beralasan sakit agar tidak mengikuti kegiatan. Ia bisa gila jika setiap hari harus menjalani kegiatan-kegiatan yang membosankan tersebut. Demi membunuh rasa bosannya, kini Ziana mengendap-ngendap kabur dari pavilliunnya untuk menyaksikan prajurit berlatih di tanah lapang yang terletak di belakang istana.

Sekarang Ziana berada dibalik pohon besar yang mampu menyembunyikan keberadaannya. Melihat prajurit berlatih pedang dan memanah tentu saja jauh lebih menarik daripada menjahit, menyulam, merajut, melukis, dan berlatih dansa.

Dulu saat di sekolah menengah, Ziana mengikuti beberapa seni bela diri diantaranya adalah pedang dan juga memanah. Namun yang digunakan saat berlatih pedang tentu saja hanya pedang yang terbuat dari bambu. Jiwa penasarannya meronta, ia ingin berlatih menggunakan pedang asli seperti yang dilakukan prajurit saat ini. Pasti akan sangat menarik.

Ziana menghembuskan napasnya kasar. Posisinya di istana ini menghalanginya melakukan sesuatu yang sesuai dengan passionnya. Ia memutuskan untuk kembali ke pavilliunnya. Lara pasti mencarinya karena ia pergi tanpa berpamitan.

Namun niatnya untuk kembali ke pavilliun sepertinya akan mendapatkan hambatan. Di depan sana Raja Dimitri bersama pengawal pribadinya sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Salam hormat saya, Yang Mulia." Sapa Ziana dengan sopan. Tidak lupa membungkukkan badan.

"Selir Ziana. Sedang apa kau disini?" Dimitri bertanya demikian karena tempat ini adalah tempat berlatih para prajurit. Pertanyaannya jelas berdasar, bukan?"

"Saya tersesat, Yang Mulia." Ziana menampilkan ekspresi penuh kesungguhan. Ia berharap Raja Dimitri percaya dengan alasannya.

"Dan kau keluar dari pavilliunmu seorang diri? Apa pelayan disana begitu sibuk hingga membiarkanmu pergi sendirian?" Ziana baru beberapa hari berada di istana ini. Tidak seharusnya pelayan yang bertugas di pavilliun Anggrek membiarkan Ziana pergi seorang diri.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang