70. It turns out

52.7K 8K 2.8K
                                    

Malam....upload tengah malam karena vote chapter sebelumnya sudah target 5k 👏🏻

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Super duper panjang > 3400 kata untuk chapter ini. Belum sempat revisi, klo ada penulisan yang salah mohon diingatkan 😊

SELAMAT MEMBACA!




"Selamat, Yang Mulia. Saya turut berbahagia." Ujar Jenderal Leon setelah Kaisar Arslan berkata bahwa Ziana sedang mengandung.

Jenderal Leon sempat penasaran, kebahagiaan apa yang sedang melingkupi Kaisar Arslan. Sebab, Kaisar Arslan juga memberi titah untuk membagikan 10 kg gandum, 5kg kentang, 1 kg telur, serta 50 koin perunggu pada masing-masing keluarga. Pantas saja Kaisar Arslan merasa perlu berbagi kebahagiaan kepada rakyatnya.

"Anda tidak memberi selamat pada saya, Jenderal?" Kata Ziana yang saat ini duduk di samping Kaisar Arslan. Mereka bertiga saat ini berada di peraduan Kaisar Arslan, menikmati teh dan kudapan sembari mengobrol.

Jenderal Leon mengalihkan tatapannya pada Ziana. "Selamat, calon ibu. Perjuanganmu masih panjang. Kau harus menjaga keberadaannya dan berikan yang terbaik selama dia dalam kandungan."

Ziana tersenyum mendengar perkataan Jenderal Leon barusan. Meski saat berkata wajah Jenderal Leon terlihat datar tanpa ekspresi, tapi Ziana yakin jika pria itu tulus dan ikut berbahagia atas kehamilannya.

"Kehamilan Ziana baru diketahui beberapa orang saja termasuk kau. Kupikir, semakin sedikit yang mengetahui kabar ini maka akan lebih baik." Kaisar Arslan berkata pada Jenderal Leon sembari menyuapi Ziana buah apel.

"Saya mengerti, Yang Mulia. Apakah saya perlu memilih pengawal baru untuk Anda?" Jenderal Leon bertanya demikian karena mungkin saja Kaisar Arslan akan memberhentikan Ziana dari statusnya sebagai pengawal pribadi.

"Ya. Kau perlu mencari pengganti Ziana." Balas Kaisar Arslan menanggapi perkataan Jenderal Leon barusan.

Ziana menatap Kaisar Arslan kemudian menggeleng sebagai bentuk ketidaksetujuan. "Jangan menggantikan saya, Yang Mulia. Saya masih ingin menjadi pengawal Anda."

"Saat sedang bertugas, kau akan berdiri terlalu lama dan itu akan membuatmu kelelahan." Kaisar Arslan masih terus menyuapi Ziana, dan tanpa bantahan Ziana melahapnya.

"Lantas apa yang harus saya lakukan jika tidak lagi menjadi pengawal Anda?" Ujar Ziana dengan mulut yang masih mengunyah.

"Makan dan beristirahat." Ringan Kaisar Arslan menanggapi.

"Yang Mulia, saya serius. Saya tidak mungkin menghabiskan waktu saya dengan hanya makan dan beristirahat." Ziana tidak dapat membayangkan bagaimana kebosanan akan melandanya seandainya ia tidak lagi menjadi pengawal Kaisar Arslan.

"Pilih aktivitas lain, Ziana. Selain menjadi pengawalku. Lagipula setelah kita menikah, kau juga tidak mungkin menjadi pengawalku lagi. Sibukkan dirimu dengan kegiatan feminim seperti menyulam, menjahit, merajut atau kegiatan lainnya yang tidak akan membuatmu lelah." Kaisar Arslan kekeuh pada pendiriannya yang ingin memberhentikan Ziana sebagai pengawalnya.

Ziana mendengus pelan. menyulam, menjahit, merajut bukanlah sesuatu yang menyenangkan baginya.

"Atau sibukkan dirimu dengan belajar bersama tabib Alli. Aku sudah memerintahmu untuk belajar memahami racun, bukan? Selain itu aku juga sudah menyiapkan pengajar untuk mengajarimu tata krama atau kesopanan." Ujar Kaisar Arslan kemudian.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang