17. Sword fight

72.4K 10.5K 635
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca. Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit...jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya ☺️
Dan jangan lupa ramein komen 😙



Ekspresi wajah Ziana tampak semringah karena saat ini Jenderal Leon mengajaknya berlatih pedang. Pria ini berkata jika Kaisar Arslan mengutus untuk mengetahui sejauh mana ia menguasai ilmu pedang.

Tangan Ziana sedikit gemetar ketika memegang pedang sungguhan. Dapat dikatakan ia ahli dalam pertarungan tangan kosong dan terlatih dengan bermacam jenis senjata. Namun pedang bukanlah keahliannya.

Lantas menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, meyakinkan diri jika menggunakan pedang tidaklah sulit karena dimasa lalu ia pernah mengikuti seni bela diri pedang, meskipun yang digunakan hanyalah pedang yang terbuat dari bambu. Yang membedakan, pedang bambu paling hanya menimbulkan goresan atau memar namun pedang logam ini dapat mencabik-cabik tubuhnya. Tapi Jenderal Leon tidak akan tega melakukannya, bukan?

"Kenapa? Kau gugup?" Ujar Leon setelah mengamati ekspresi Zion.

"Tentu saja saya gugup, Jenderal. Dihadapan saya adalah Jenderal tertinggi di Kekaisaran Siriande. Kemampuan berpedang Anda pasti tidak diragukan lagi. Saya harap Anda tidak menebas kepala saya karena Anda tidak begitu menyukai saya." Balas Ziana asal-asalan.

"Kita mulai sekarang." Basa-basi adalah hal yang tidak disukai Leon. Apalagi berbasa-basi dengan bocah ini.

Ziana mulai memposisikan kaki selebar bahu, merilekskan diri, fokus dan berkonsentrasi penuh. Jenderal Leon terlebih dahulu mengayunkan pedang padanya. Pun Ziana menangkis serangan menggunakan pedang ditangannya.

Ziana menjaga kontrol dan fokus setiap saat atas serangan yang diberikan Jenderal Leon. Sejauh ini Ziana telah mampu membentuk pertahanan terbaik yang bisa dilakukan dengan hanya mengelak serangan lawan ke samping atau menggeser kaki ke samping, dan mengelak dengan menggerakkan tubuh ke belakang.

Setelah memahami ritme gerakan Jenderal Leon, dan juga mulai percaya diri dengan pedang ditangannya, Ziana mulai melancarkan serangan pembuka. Keduanya saling menyerang, bertahan, dan menerapkan taktik pedang yang paling mereka kuasai.

"Dimana kau belajar menggunakan pedang?" Tanya Leon disela pergerakannya.

"Saya pernah mengikuti bela diri Kendo dan Kenjutsu." Jawab Ziana sembari fokus dengan gerakan pedangnya.

"Kendo dan Kenjutsu?" Ulang Leon keheranan sebab baru kali ini mendengarnya.

Menyadari kebodohannya, Ziana meralat kembali perkatannya, "Bercanda, Jenderal. Ayah saya mantan prajurit Kerajaan Oriavad. Beliau yang melatih saya."

Ziana berkata asal. Ia sendiri tidak tahu apa profesi orangtua selir Ziana yang asli. Sebab, didalam novel tidak pernah dijelaskan tentang kehidupan bahkan keluarga selir Ziana secara terperinci. Lagipula di dalam novel yang sempat ia baca, selir Ziana hanyalah tokoh antagonis. Tentu lebih banyak adegan yang memperlihatkan sang protagonis atau pemeran utamanya dibanding sang antagonis.

"Lalu kenapa kau tidak meneruskan profesi ayahmu, menjadi prajurit di Kerajaan Oriavad?"

"Karena saya memiliki keinginan menjadi prajurit Kerajaan Siria, bukan Kerajaan Oriavad." Balas Ziana seadanya.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang