38. Wretched

69.2K 11.5K 3.5K
                                    

Malam....
Baru up soalnya baru kelar ketik.

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥



Ziana berada di peraduan Kaisar Arslan. Duduk bersila dilantai yang beralaskan karpet, dan berhadap-hadapan dengan Kaisar Arslan. Sebuah meja menjadi pemisah antara mereka. Sudah beberapa menit lamanya keheningan tercipta. Ziana hanya mampu menundukkan kepala karena ia yakin Kaisar Arslan sedang menatap tajam ke arahnya.

Bahkan Ziana masih canggung atas ciuman mereka kala itu. Kini ia harus dihadapkan dalam situasi demikian. Bukankah perasaan suka Kaisar Arslan padanya terlalu berlebihan? Apakah seseorang yang menyukai sesama jenis akan bersikap posesif seperti ini? Contohnya saja sikap Kaisar Arslan padanya.

BRAK!

Ziana terperanjat oleh perbuatan Kaisar Arslan yang menggebrak meja. Dengan ekspresi terkejut yang belum luntur, Ziana memberanikan diri untuk menatap Kaisar Arslan. Tangannya bergerak mengusap dadanya. Apa pria ini ingin membuatnya mati jantungan!

"Kenapa kau hobi sekali membuatku kesal?" Tukas Arslan dengan nada penuh penekanan.

"Saya tidak mungkin berani membuat Anda kesal, Yang Mulia." Ziana menjeda perkataannya, "mungkin saya tidak sengaja melakukannya." Ralatnya.

Arslan tampak menghela napas panjang, menetralkan segala rasa yang melingkupinya. Ternyata rasa cinta mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Rupanya rasa cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Hanya makhluk di depannya ini yang mampu membuatnya merasa demikian.

"Sebenarnya apa yang membuatmu sulit membuka diri untukku? Kau selalu menjaga batasanmu ketika denganku. Saat ingin mengobrol, aku harus bertanya terlebih dahulu agar bibirmu mau berbicara. Kenapa kau bisa akrab dengan pria lain tapi tidak denganku?" Nada bicara Arslan terdengar mengintimidasi.

Ziana menelan salivanya dalam-dalam sebelum menjawab. Sikap dan perilaku Kaisar Arslan sungguh membuatnya terintimidasi. "Yang Mulia, saya demikian karena cukup sadar diri dengan posisi saya. Anda adalah sosok yang Agung dan saya tidak mungkin bersikap melewati batas. Saya sangat menyegani Anda, Yang Mulia."

"Aku sendiri yang memberi titah padamu untuk menanggalkan kesopananmu saat berdua denganku." Jengkel Arslan. Lantas menatap bibir perempuan di depannya, "bahkan setelah ciuman hebat kita kemarin, kau masih saja menaruh hormat yang berlebihan padaku."

"Anda yang mencium saya, Yang Mulia." Sergah Ziana melakukan pembelaan.

"Dan kau menikmatinya." Tukas Arslan. Perempuan ini tidak mendorongnya seperti saat ciuman mereka di rumah hiburan tempo lalu. Tentu perkataan Arslan barusan jelas berdasar.

Ziana meringis dalam hati, tebakan Kaisar Arslan barusan sangat tepat. Dirinya wanita normal jadi wajar jika terbuai oleh pesona yang dimiliki oleh Kaisar Arslan. "Maafkan saya jika saya terkesan menikmati ciuman dari Anda, Yang Mulia. Karena saya, Putri Calista juga menjadi salah paham."

Entah mengapa Ziana merasa bersalah. Ah, kenapa ia lupa minta maaf pada Putri Calista? Seharusnya ia minta maaf karena telah berciuman dengan calon suami beliau.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang