Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕
Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥
> 1900 kata untuk chapter ini.
•
•Jenderal Leon dan Ziana yang kini berjalan di belakang Kaisar Arslan, tampak keheranan dengan aura kemarahan yang menyelubungi penguasa tertinggi Kerajaan Siria tersebut.
"Kau melakukan kesalahan?" Bisik Jenderal Leon.
"Tidak." Balas Ziana menanggapi.
"Biasanya kau yang bertanggung jawab jika suasana hati Yang Mulia buruk." Jenderal Leon memberikan tuduhan demikian karena suasana hati Kaisar Arslan sering memburuk karena adik palsunya tersebut.
"Kali ini bukan karena saya." Ziana sendiri juga penasaran kenapa Kaisar Arslan terlihat horor seperti sekarang. Bahkan setelah perdebatan mereka yang berakhir dengan ciuman memabukkan, suasana hati Kaisar Arslan terlihat sangat baik.
Sosok Maliqa yang kini berada di depan peraduan Kaisar Arslan tampak membungkuk hormat. "Salam dari saya, Yang Mulia Kaisar." Kedatangan Maliqa sendiri kemari atas permintaan Kaisar Arslan.
"Periksa keadaannya." Kaisar Arslan menoleh pada Ziana dan menggedikkan dagu.
"Di dalam." Perintah Kaisar Arslan sambil membawa langkahnya masuk ke peraduan. Kaisar Arslan juga memerintah Jenderal Leon untuk masuk ke dalam.
Kaisar Arslan memang mengutus prajurit untuk memanggil tabib Maliqa. Tabib yang ikut dalam perjalanan kali ini masih terserang flu, ia tidak ingin Ziana tertular. Selain itu, tabib tersebut berjenis kelamin laki-laki dan usianya berkisar 30-an. Tentu saja ia tidak berkenan Ziana disentuh oleh lelaki lain.
Jenderal Leon, Ziana dan Maliqa ikut masuk ke dalam. Kaisar Arslan dan Jenderal Leon duduk dibangku yang terletak di dekat pintu. Sedangkan Ziana kini duduk di ranjang, Maliqa mulai memeriksa kondisinya. Sebuah tirai menjadi penghalang agar apa yang dilakukan Ziana dan Maliqa saat ini tidak terlihat oleh Kaisar Arslan dan Jenderal Leon.
Ziana sendiri tidak mendapatkan luka yang berarti setelah mengikuti pertandingan tadi siang. Namun dirinya bisa apa jika Kaisar Arslan memanggil tabib untuk memeriksa kondisinya.
Setelah memeriksa kondisi denyut nadi Ziana yang tergolong normal, Maliqa meminta Ziana untuk melepas pakaiannya. Pun Ziana mematuhinya, ia hanya melepas pakaian atasnya, menyisakan kain yang menutup dadanya.
"Memar yang kau dapatkan cukup banyak." Ujar Maliqa setelah mengamati beberapa ruam yang mulai menggelap di beberapa bagian tubuh Ziana.
"Hanya memar biasa." Balas Ziana seadanya.
Itu hanya sebuah pertandingan, bukan ajang saling membunuh. Oleh sebab itu saat beradu pedang, peserta wajib mengenakan pelindung dari kepala hingga kaki layaknya pakaian zirah, agar terlindung dari tajamnya pedang yang dapat memberikan luka fisik. Dan ruam yang Ziana peroleh disebabkan oleh pukulan dan tendangan dari lawan.
"Bagiku ini cukup mengerikan." Seloroh Maliqa seraya mengeluarkan alat tumbuk serta dedaunan dari dalam tasnya.
Ziana mengamati Maliqa yang kini sedang menumbuk ramuan herbal. "Kau cantik. Bola matamu juga sangat indah." Ujarnya memberikan pujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Amazing Fate
FantasyDi Garda Nasional Angkatan Darat, sejak usia 18 tahun Ziana telah berjuang untuk Negaranya. Ziana telah berperang beberapa kali demi menegakkan kedaulatan Negaranya, serta mempertahankan keutuhan wilayah Negaranya. Selain lihai dalam pertarungan ta...