61. Intention

54.2K 9K 4.8K
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 1800 kata untuk chapter ini. Belum sempat revisi, klo ada penulisan yang salah mohon diingatkan.

SELAMAT MEMBACA!



Ziana sedang bersedekap dada, menatap puluhan kotak perhiasan yang tergeletak di ranjangnya. Kotak-kotak berbahan kayu, berornamen keemasan tersebut berisi beragam perhiasan yang nampak indah dan tersemat batu permata yang berkilauan. Mulai dari kalung, cincin, gelang tangan, gelang kaki, dan aksesories kepala, semuanya tampak mewah dan sudah jelas bernilai tinggi.

Entah sejak kapan barang-barang ini diletakkan, ketika ia keluar dari kamar mandi, semuanya sudah tergeletak di atas ranjangnya. Kaisar Arslan benar-benar serius dengan perkataannya yang ingin memberikannya hadiah.

Lantas menutup semua kotak perhiasan tersebut dan memindahkannya ke atas meja. Ia menghargai niat baik Kaisar Arslan. Namun, ia tidak membutuhkan perhiasan untuk menunjang penampilannya karena seorang prajurit tidak mungkin mengenakan perhiasan mencolok seperti demikian.

Setelah mengenakan seragam prajuritnya, serta menyisir rambut dan mengikatnya, Ziana keluar untuk berjaga di depan peraduan Kaisar Arslan. Keningnya berkerut saat melihat keberadaan dua prajurit berdiri di dekat pintu peraduannya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Ziana yang penasaran memilih bertanya.

"Jenderal Leon yang memerintah kami untuk berjaga di depan peraduan Anda." Jawab salah satu dari mereka.

Mendengar perkataan formal penuh hormat dari prajurit tersebut, membuat Ziana tidak enak hati. Padahal statusnya sekarang sama halnya dengan mereka yaitu sebagai prajurit tingkat rendah.

Ziana lantas menuju peraduan Jenderal Leon untuk memprotes keberadaan dua prajurit tersebut.

*****

"Jenderal, mengapa ada dua prajurit yang berjaga di depan peraduan saya?" Tanya Ziana setelah Jenderal Leon membukakan pintu.

"Karena aku yang memberi perintah." Jenderal Leon menjawabnya seraya mengancingkan seragamnya.

"Bisakah Anda meminta mereka pergi? Saya pikir, saya tidak memerlukan penjagaan."

"Tidak." Setelah mengucapkan kata singkat tersebut, Jenderal Leon berniat menutup pintu. Tetapi Ziana menahan pintu tersebut agar tetap terbuka. Jenderal Leon hanya melirik wanita itu singkat sebelum mengambil atribut untuk disematkan ke seragamnya.

"Keluarlah. Yang Mulia Kaisar tidak akan senang melihat kita berduaan seperti sekarang." Kata Jenderal Leon ketika Ziana ikut masuk ke dalam peraduannya.

"Yang Mulia Kaisar sedang berada di peraduannya bersama Yang Mulia Raja Isaac. Lagipula tidak ada yang salah, seorang kakak dan adik berduaan seperti sekarang." Ujar Ziana seraya membawa langkahnya berkeliling. Kini matanya terpusat pada pedang yang terpajang di dinding.

Pada ujung gagang bagian bawah pedang terdapat ornamen berbentuk kepala singa. Bagian atas gagang pedang terukir kepala singa dengan mulut terbuka, dan dimulut singa tersebut tersemat batu permata berwarna merah. Pedang tersebut sangat indah, membuat Ziana berdecak kagum.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang