80. The last

86.8K 8.7K 1.5K
                                    


SELAMAT MEMBACA!


Kaisar Arslan dalam posisi duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Ziana yang belum sadarkan diri hingga sekarang. Dapat ditebak bagaimana suasana hatinya sekarang. Dari perasaan campur aduk yang melingkupi, yang paling menyeruak tentulah perasaan sedih. Saat mendapatkan informasi jika Ziana terkena anak panah, seketika napasnya menderu dan jantungnya berdebar kencang karena terkejut dan terlalu khawatir.

Lalu ketika melihat kondisi Ziana yang bersimbah darah dengan kulit yang pucat pasi, reaksi yang nampak di tubuh Kaisar Arslan lebih gila lagi. Jantungnya berdebar kencang, keringat dingin, napas menderu, bahkan tidak mampu menopang tubuhnya dengan benar karena kakinya terasa lemas. Kaisar Arslan sudah terbiasa melihat darah, namun saat melihat wanita yang ia cintai bersimbah darah, baginya terasa sangat mengerikan.

"Kau bilang anak panah itu tidak mengandung racun dan tidak melukai organ vital. Tapi kenapa hingga sekarang Ziana belum sadarkan diri, Tabib Alli?" Kaisar Arslan menuntut penjelasan.

"Begini, Yang Mulia. Sebelumnya calon permaisuri kehilangan banyak darah. Saat pasokan darah tidak terpenuhi dengan baik, organ tubuh dan jaringan tidak berfungsi secara optimal." Tabib Alli menjelaskannya menurut ilmu medis.

Kaisar Arslan bangkit dan berdiri tepat di hadapan tabib Alli. "Setelah menjahit lukanya, kau mengatakan jika Ziana akan segera sadar beberapa jam kemudian karena lukanya tidak fatal. Tapi ini sudah 2x24 jam! Katakan yang sebenarnya, Tabib Alli. Kenapa Ziana belum sadar juga hingga sekarang?!" Nada bicara Kaisar Arslan terdengar dalam dan dengan aksen diseret yang membuat siapa saja yang mendengarnya akan bergidik ngeri.

Kaisar Arslan marah karena sebelumnya tabib Alli menjelaskan bahwa kondisi Ziana tidak terlalu serius. Ini sudah dua hari tapi Ziana masih saja memejamkan mata, tentu saja ini kondisi yang serius! Detik demi detik Kaisar Arslan lalui dengan kepala yang terasa pening dan dada yang terasa sesak karena tidak sabar menunggu Ziana sadarkan diri.

"Saya sudah memberikan penjelasan secara medis, Yang Mulia. Saya juga usai memberikan ramuan penambah darah alami untuk calon permaisuri, semoga ramuan tersebut segera memulihkan kondisi calon permaisuri." Hanya itu yang mampu tabib Alli utarakan.

Sebenarnya tabib Alli sendiri juga keheranan mengapa calon permaisuri belum sadarkan diri hingga sekarang. Namun mau bagaimana lagi jika perkiraannya keliru? Hal tersebut sungguh di luar kuasanya.

Kaisar Arslan kembali menghampiri Ziana, menatap perut Ziana yang tertutup selimut. "Lalu bagaimana dengan calon bayiku jika Ziana tidak segera sadarkan diri?"

"Saya telah memberikan ramuan dengan asupan dan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil, Yang Mulia," jawab tabib Alli.

"Aku ingin berdua saja dengan Ziana." Kaisar Arslan mengusir mereka yang kini berada di dekatnya.

Ya, mereka. Selain tabib Alli, terdapat juga beberapa tabib lain serta asisten tabib, Jenderal Leon dan juga Putri Leora. Kini mereka semua beranjak dari sana untuk memberikan ruang bagi Kaisar Arslan berdua bersama Ziana yang belum sadarkan diri.

*****

"Terkutuklah orang jahat yang telah melukai ibu hamil! Semoga saat dia mati nanti arwahnya tersesat, terus gentayangan, tidak diterima oleh alam!" Putri Leora mengeluarkan kata-kata mutiara untuk pelaku yang menyerang Ziana.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang