67. Tidings

55.3K 9.1K 2.5K
                                    

Hallo....Ada yang belum tidur?

Ada yang kangen gak karena udah beberapa hari author gak update?

Btw....Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 2200 kata untuk chapter ini. Belum sempat revisi, klo ada penulisan yang salah mohon diingatkan 😊

SELAMAT MEMBACA!



Ziana merasa lega karena rombongan Raja Isaac, dan tentunya termasuk juga Putri Davira telah berpulang ke asalnya. Lega karena tidak harus mendapatkan tatapan sinis penuh kebencian yang ditujukan Putri Davira padanya. Sebenarnya wanita itu tidak memiliki alasan mengapa harus membencinya. Kecuali jika ia merebut Kaisar Arslan, barulah Putri Davira berhak membenci bahkan mengutuknya. Terkadang cinta itu membutakan hati dan pikiran seseorang, Putri Davira contohnya.

Kaisar Arslan sedang berada di ruang kerjanya. Penguasa tertinggi di Kekaisaran Siriande tersebut sedang sibuk dengan pekerjaannya, dan Ziana kini tampak berjaga di depan ruang kerja Kaisar Arslan.

"Paman?" Sapa Ziana.

Wajah Darwis menampakkan ekspresi ketidaksetujuan ketika Ziana memanggilnya paman. "Kau harus memanggilku dengan sebagaimana mestinya, Ziana."

Ziana tersenyum dan mengangguk kecil. "Anda usai bertemu Jenderal Leon, Ayah?" Sebelumnya Darwis telah meminta untuk memanggil dengan sebagaimana mestinya, sebab status Ziana yang saat ini merupakan anak angkat mereka. Namun sungguh, pertemuan dirinya dengan Darwis baru beberapa kali, Ziana belum terbiasa memanggil Darwis dengan sebutan 'ayahanda'.

"Ya. Ada beberapa hal yang perlu aku bicarakan dengan Leon."

"Apakah ada hubungannya dengan ibunda?" Terselip nada kecemasan dari pertanyaan Ziana barusan.

Ziana pernah bertatap muka dan mengobrol dalam waktu yang tidak singkat dengan Diana. Dalam pertemuan pertama mereka, Ziana langsung dapat menarik kesimpulan bahwa Diana merupakan sosok wanita yang baik dan ramah. Ia sungguh merasa prihatin atas penyakit yang dimiliki ibunda Jenderal Leon tersebut.

"Bukan." Balas Darwis karena tujuannya menemui putranya karena perihal lain, bukan tentang istrinya.

"Kondisi Diana justru lebih baik dari sebelumnya. Pagi ini dia sudah sibuk menyirami taman bunga kesayangannya." Lanjut Darwis disertai senyum. Perkembangan kesehatan Diana yang signifikan sungguh membuatnya senang.

"Itu merupakan kabar yang sangat baik. Saya turut senang mendengarnya." Ziana ikut tersenyum ketika menatap wajah Darwis yang terlihat bahagia.

Darwis dan Ziana melanjutkan obrolan ringan mereka.

*****

Begitu membuka mata, rintihan yang sarat akan kesakitan terdengar keluar dari bibirnya. Tanpa dapat dicegah, air mata menetes membasahi wajahnya. Kesakitan tersebut berasal dari tubuh bagian atasnya yang terasa panas dan nyeri. Baru sekali ini dalam seumur hidup ia merasakan sakit yang luar biasa seperti sekarang.

"Kau sudah sadar?" Raja Isaac yang duduk di hadapan Putri Davira terdengar bersuara.

Tidak hanya mendapatkan luka fisik setelah menjalani hukuman cambuk, tubuh Putri Davira juga tampak lemas tidak berdaya. Pelayan yang duduk di sampingnya, membantunya untuk minum. Air tersebut terasa menyegarkan ketika melewati kerongkongannya.

The Amazing FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang