———— chapter start ✣
"Hey, apa yang kau bicarakan dengan Tuan muda?"
Nelly, yang telah diracuni oleh kejadian kemarin dan hari ini, menatapku seperti ia akan melahapku habis-habisan.
Aku berdiri sambil mengibas-ngibas rokku, "Ada apa, Nelly? Apa kau datang ke sini untuk bertengkar denganku?"
"Aku bertanya duluan! Apa yang kau bicarakan dengan Tuan muda! Apa kau mengatakan sesuatu, jadi Tuan muda berlagak seolah dia tidak melihatku, dan mengabaikanku begitu saja?!"
Aku tak tahu kenapa si idiot ini begitu terobsesi dengan bajingan itu. Tapi jawabanku sudah kutentukan.
"Aku tak mau memberitahumu."
"Hey! Kau benar-benar—!"
Nelly yang merasa marah mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Aku mempersiapkan diri akan sebuah tamparan, tapi dia malah menarik kerahku.
[ 'The World Building God' tidak dapat ikut campur secara langsung dari situasi krisis penganutnya, jadi Ia hanya bisa menatap dengan mata yang berapi-api. ]
Di saat ini, Nelly menggeram, mendorong wajahnya ke titik beban (mengerahkan seluruh kekuatannya).
"Terkadang, aku tahu dari momen saat kau tiba-tiba berkata kalau kau sedang belajar menyajikan teh! Tujuanmu pasti Tuan muda, 'kan?"
"Apa?"
"Jangan mimpi!"
"Jangan pernah bermimpi dengan wajah jelekmu itu!"
"....."
Aku menebak kenapa dia membuat tanda yang sangat absurd?
"Apa si Idiot ini suka si Bangs*t itu?"
Namun, cahaya materialistis dan persaingan di mata Nelly terlihat sangat gelap untuk dipahami sebagai kata 'benar-benar suka'.
Lalu, kemudian ....
[ 'The World Building God' merelaksasikan matanya, dan tersenyum sebagai antisipasi. ]
[ 'The Eyes that Watch Over the Chaos of All Things' membuat bentuk mata ala bulan-sabit dan membalikkan kursinya untuk melihat agedan itu dengan baik. ]
Hah? Tiba-tiba saja?
Mungkin bagi para dewa yang menonton ini dari pandangan para pembaca merupakan hal yang seru.
"Oh, sudah pasti."
Aku mengerti kenapa dua Dewa itu tertawa.
"Hey, kenapa kau tak menjawabku! Apa yang kau tertawakan?"
"Oh, maaf, Nelly. Jadi, apa yang kau ingin katakan adalah, apa kau ingin aku tidak mengganggumu karena tujuanmu adalah menggoda Tuan muda?"
"Benar! Kau itu idiot, tapi akhirnya kau mengerti apa yang kukatakan."
Di saat itu, kaki dua orang yang sedang melangkah itu terhenti. Aku berlagak seolah aku tak tahu dan melanjutkan obrolanku dengan Nelly.
"Tapi, Nelly. Bukankah itu merupakan hal yang sulit? Tuan muda adalah pria bangsawan, dan kita hanyalah rakyat biasa."
"Hey, apa masalahnya dengan itu! Nyonya saat ini adalah rakyat biasa juga. Jadi, pasti ada jalan juga untukku menjadi nyonya selanjutnya, 'kan?"
Helaan napas kecil terdengar dari suatu tempat, tapi ini masih kurang. Aku menggali bibit jahat mereka sekali lagi untuk terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges by The World Building God
AdventureATTENTION PLEASE! ⚠️ Jangan sebut-sebut nama translator di medsos atau site manapun agar translate ini tidak kena takedown! Mohon bantuannya, readers-nim!! This story is NOT MINE. And translated in BAHASA 🇮🇩 Translate enggak 100% akurat -! ⚠️ WARN...