109 - 111. When the Snow Queen Kisses (4) - (6) 𖥔

274 26 17
                                    

--- chapter 109, start 𖥔 When the Snow Queen Kisses (4) 𖥔 ---

"B-Bersiaplah!"

Tepat saat Clovis dan Rex merasakan sesuatu akan datang dan berteriak pada kesatria masing-masing.

"Kai ku."

Ekspresi pun mekar pada wajahnya Ratu itu yang keras seperti masker plaster. Itu merupakan rasa gembira yang gila.

"Aku akan menaruh pecahan kaca dari Cermin Buruk Rupa di mata dan jantungmu lagi! Dengan ciuman ku!"

Whoosh!

Ratu itu merusuh ke arah sini.

"Arghhh!"

Wajah para Kesatria Suci memucat karena takut pada Ratu yang cantik tapi gila yang sepertinya datang untuk mencium mereka.

Suara melengkingnya Agnes pun datang dari kalung milikku.

<Gila! Cara dia masukin pecahan kacanya itu ciuman?!>

Pada saat itu, ada seseorang yang melangkah maju dengan tenang.

"....."

Thesilid pergi ke sana, tidak terganggu bahkan di angin yang ganas.

"Ah, Kai!"

Ratu itu merasa senang pada Thesilid, yang datang padanya dengan patuh.

Saat angin menari-nari dengan lebih ganas, Ratu itu terbang ke arah Thesilid.

Wajah mereka perlahan-lahan bertambah dekat. Di sisi satu mabuk oleh kegilaannya yang gembira, di sisi yang lain tidak berekspresi apapun tanpa setitik pun emosi, karena pengalamannya yang berulang-ulang.

"......"

"...."

Pada saat Ratu itu mencoba mencium makhluk berambut perak yang paling indah di dunia ini.

Tok!

"Euph?!"

"...."

Tanganku menyela dan memblokir bibirnya Ratu itu.

Dua pasang mata yang terkejut tertuju padaku. Di antara dua itu, aku pun berbicara pada sepasang mata yang punya butiran salju di pupilnya.

"Baginda Ratu, tolong jagalah martabat anda. Ini adalah pelecehan seksual."

"Be-Beraninya kau ...!!"

Tangan kananku, yang menutup mulutnya Ratu itu pun merasakan sakit bersamaan dengan ketenangan. Itu bukan karena sang Ratu menggigitnya. Aku punya firasat kalau itu adalah salah satu pecahan kaca yang berada di mulutnya berpindah ke tanganku.

Tapi aku tak memedulikan itu, dan menggunakan tangan kiri ku, aku menarik kerahnya Ratu itu. Itu gampang dikontrol karena dia hanyalah alter ego.

"Uhuk!"

Ratu itu bisa membuat ekspresi yang lebih berwarna daripada yang ku pikirkan. Wajahnya yang memucat itu sedikit manusiawi.

"Le-Lepaskan ...! Lepaskan aku ....!"

Tentu saja, tidak ada rasa kasihan sama sekali.

Aku benar-benar menariknya dari Thesilid dan membuat dia melihat ke arahku.

"Baginda, biarkanlah saya bertanya mengenai satu hal. Daripada mata dan jantungnya dia, anda hanya mencoba untuk menaruh pecahan itu di mulutnya dia, 'kan?"

Aku bertanya karena aku penasaran akan alasan mengapa dia mengubah peraturan di cerita aslinya.

"Ka, Kai menginginkan itu!"

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang