025. Children's Playtime (2) 𖥔

35 5 0
                                    

———— chapter start

"...!"

Mata Thesilid melebar ketika mendengar suara teriakan ku.

Tapi berbeda dari tatapan kagetnya itu, dia mencapainya dengan cepat dan tepat.

Dan dia menebas kepala badut itu.

Ia pun menghela napas lega, aku membawa kembali topik utama yang belum pernah aku bicarakan sebelumnya, "Omong-omong, ini tidak ada habisnya! Ayo keluar dari sini."

Sangat menjengkelkan untuk bermain di sekitaran iblis, tapi ini yang terbaik untuk menaati peraturan dungeon saat berada di dalam dungeon.

Permainan saat ini adalah petak umpet, jadi kami harus bersembunyi.

Aku meraih pergelangan tangan Thesilid dan mulai berlari ke luar aula resepsi itu. Di sana juga ada boneka badut, tapi itu mudah dihancurkan saat aku yang memimpin pergerakan ini.

Saat boneka itu berjalan keluar sampai batas tertentu, kami datang ke tempat yang pintunya ada di mana-mana, seperti lorong yang dipenuhi oleh pintu.

Aku memilih satu pintu secara acak, masuk ke dalamnya, dan menarik napasku.

"Di luar, uh-uhuk-haah, kamarnya, uh-haah-hukkh, untuk para tamu, hufft-haaah—"

"Jangan berlebihan."

Tidak sepertiku, Thesilid tidak memberikan tanda kelelahan sama sekali.

[ 'Balance that Judges the Soul' berkata Anda mungkin berada di dalam novel tingkat S, tapi Ia menertawakan anda karena kekuatan fisik anda terlihat seperti level F. ]

Aku tak bisa. Saat aku pulang nanti, aku harus melatih fisikku dan membeli paket Job Change untuk bekerja dengan benar.

Aku membawa keluar botol yang ada di dalam tasku, dan meminumnya, dan aku mulai sedikit tenang.

Sedangkan, Thesilid mencoba untuk mengunci pintunya, tapi itu tak berguna. Aku melihati isi kamar ini, dan menemukan lemari, "Ada ruangan yang bisa dikunci. Ayo bersembunyi di sana."

"Ide bagus."

Lemarinya besar dan kami sama-sama 10 tahun, jadi itu sudah lumayan cukup.

Untuk berjaga-jaga kalau para boneka membuka lemarinya, baju-baju itu ditempatkan di sisi lemari yang lain untuk berkamuflase.

Saat pintu lemari itu tertutup, dalamnya menjadi sangat gelap sampai aku tak dapat melihat telapak tanganku. Karena itu, aku menahan napasku.

Ckiitt ....

Suara pintu kayu yang dibuka pun terdengar. Karena langkah kakinya tak bisa didengar, jadi sudah pasti kalau itu boneka.

Thesilid sudah bersiap untuk menyerangnya kapanpun, tapi aku ingin melewati ini dengan setenang mungkin.

Dan setelah beberapa saat ....

"Dia sudah pergi."

"Woahhh ...."

Mendengar kata-kata Thesilid, aku menarik napasku yang aku tahan sebelumnya.

"Aku tak tahu kalau itu akan datang kembali nanti, jadi ayo tetap bersembunyi di sini."

"Baiklah."

Tepat setelah Thesilid menegaskannya secara singkat, aku menggeledah tas ranselku dan membawa keluar batu bercahaya. Aku meredupkan kecerahannya untuk membuatnya setara dengan lilin, dan menggantungnya di tongkat. Karena aku harus melakukan tugas yang membutuhkan cahaya.

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang