093. How the Protagonist does Good Deeds (4) 𖥔

153 20 2
                                    

———— chapter start

"Ah."

Thesilid mengenali mereka dalam sekali lihat dan mengeluarkan helaan kecil.

Lalu, sang lawan bicara juga menyapa Thesilid yang bernostalgia secara 'hangat'.

Seperti berikut,

"Kau, kau ...!"

"Wahhhh ...!"

"D-Dia masih hidup ...."

"Bagaimana bisa ...?!"

Para kesatria Pillar of Light tidak bisa se-jelas itu lagi.

[ 'The World Building God' merasa tertarik. ]

[ Matanya 'Balance that Judge the Soul' bersinar dalam antisipasi. ]

Thesilid berbalik ke arahku.

"Aku ingin kau melakukan sesuatu, Ailette."

"Apa yang kau ingin aku lakukan?"

Dia tersenyum lembut dan mendekatkan bibirnya di telingaku.

"——."

Semua yang kudengar adalah permintaan yang sederhana.

"... Apa?"

Aku menatapnya dengan mata yang tidak menyembunyikan seberapa tercengangnya aku, dan sebelum dia mendengar jawabanku, dia mendekat ke arah kesatria Pillar of Light.

Thesilid menyapa mereka dengan kebiasaan senyumnya, senyumannya itu terasa agak berbeda dari sebelumnya.

"Halo, Kapten Gadville. Dan, Wakil Kapten, Lecto."

Untuk beberapa alasan, aku merasa seperti intro dari simfoni ubi jalar telah dimulai.

Kapten Gadville, yang tak memiliki kualitas untuk menjadi seorang pemimpin, tapi juga seorang narsisistik.

Wakil Kapten Lecto, sering merendahkan Thesilid karena sama-sama seorang Tank.

Dua figur pemimpin Pillar of Light di denominasi itu tidak pernah melupakan apa yang telah terjadi 15 hari yang lalu.

Di dalam dungeon kelas A yang ditemukan di dekat Desa Greenwall, yang bernama 'Atelier of the Sculptor', mereka bertemu dengan seorang pria yang setara dengan iblis tingkat tinggi.

Kekuatan dungeon pun meningkat hanya karena gestur kecil tubuhnya, dia memiliki kekuatan untuk meledakkan dungeon. Dia menggunakan sihir hitam transendental yang aktif tanpa harus casting atau mengucapkan mantra, sebuah presensi yang membuat orang-orang merasa mereka harus berlutut dan menundukkan kepala mereka.

Pria berambut hitam itu terlihat seperti perwujudan dari Dewa para Iblis.

Para Kesatria yang ketakutan itu tidak mampu mendongakkan kepala mereka untuk menatap wajahnya.

Gemetaran dalam keadaan seperti itu, mereka dengar sang pemilik dungeon, sang 'Iblis Seniman' itu membungkukkan badannya pada pria itu.

"Saya tak bisa percaya bahwa tempat pertama yang dihadiri oleh Newborn Chaos and Evil adalah wilayah saya! Untuk menghormati kemuliaan ini, saya akan membuat dan mendedikasikan sebuah karya dengan bahan-bahan segar yang datang hari ini!"

Para Kesatria, yang disebut sebagai 'bahan-bahan segar' itu gemetaran. Apakah mereka bisa hidup atau tidak itu sudah bukanlah pertanyaan lagi. Ini adalah permasalahan tentang bagaimana mereka akan mati, dan melihat ke arah 'karya' yang mendekorasi dungeon ini, mereka memiliki intuisi kalau kematian mereka pasti sangat menyeramkan.

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang