041. Filial Piety Trip (4) 𖥔

29 5 0
                                    

———— chapter start

Untungnya di sini ada sebuah gua saat berjalan beberapa langkah untuk kabur dari badai pasir asin itu.

Mungkin ini sebuah terowongan yang kakek paruh baya berotot itu gali untuk bersembunyi demi kelangsungan hidupnya.

Aku merebahkan kakek itu ke kasur dan mengeluarkan potion pemulih stamina dan pil gizi dari tas ransel ku.

*kasur utk traveling gitu, sleeping bag

"Kakek. Bangunlah."

"Euh ... ugh ...."

Dia terlihat tak sadarkan diri.

Aku menuangkan potion ke mulutnya yang cuma mengeluarkan helaan dan memasukkan pil. Aku merasa khawatir apa dia akan menelannya atau tidak.

"Hmm ...!"

Glek, Glek! Nyam, nyam. Glukk.

"Anda memakannya dengan baik ...."

Itu di sekitaran waktu saat lima botol potion dan sepuluh pil telah menghilang ke dalam perutnya Kakek.

Bulu mata panjang milik pria paruh baya itu mulai bergetar.

"Humm ...."

"Apa anda sudah bangun, Kakek?"

"Siapa kau .... El-Elthea?!"

Seperti yang diduga, efeknya luar biasa karena potionnya dibuat oleh Ayahku dan aku.

Kakek itu, yang sedang sekarat sampai beberapa saat yang lalu, menegakkan badannya dalam beberapa detik.

Tapi cara dia ....

"Elthea! Sudah kuduga, kau masih hidup!"

"Uh, uh .... Maaf, apa?"

Kakek itu tenggelam dalam tangisannya dan memelukku. Dalam poin ini, aku merasa kebingungan, tapi merasa sangat penasaran juga.

Siapa Elthea sebenarnya?

Aaron Jake Hisvenril menggigil dan otot-otot di tubuhnya bergetar.

Sudah dua bulan yang lalu sejak dia memasuki dungeon untuk mencari jejak putrinya yang kabur dari rumah 13 tahun yang lalu. Ia kehilangan kesadarannya dalam badai pasir asin, dan saat Ia membuka matanya, dia melihat anaknya tepat di depannya.

Tepatnya, anaknya di saat masih kecil.

"Elthea! Sebagaimana kerasnya kau bertahan hidup sampai menjadi muda begini!"

"Um, umm, hey, saya bukan Elthea."

"Apa?"

Pangeran Hisvenril melihat ke arah gadis cilik itu sekali lagi.

Saat Ia melihat wajahnya yang malu-malu, dia kembali pada akal sehatnya lagi.

Apa yang Ia lihat di depannya adalah anak berusia 10 tahun. Bukan anaknya, yang sudah menjadi dewasa dari waktu Ia kabur.

"Nama saya Ailette. Sepertinya anda salah paham kalau saya orang lain, Kakek."

"...."

Bahu pangeran Hisvenril pun terjatuh seperti balon kempis.

Iya, tidak mungkin itu Elthea.

Mengetahui bahwa itu akan menjadi susah sejak awal, dia mencoba untuk menenangkan perutnya yang keroncongan. Meskipun Ia tahu kalau dia gadis kecil itu bukanlah putrinya, Pangeran itu tidak melepaskan pandangannya dari Ailette.

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang