068. Architect-nim, Please Write an Apology Letter (9) 𖥔

93 12 1
                                    

———— chapter start

Tepat setelah kuberi petunjuk, matanya melebar sampai ujung.

Hanya pada saat itulah dia baru menyadari kalau benang berkilauan terbungkus di lehernya.

Identitas dari benang itu adalah 'Benang Harpa-nya Raja Spirit', senjata kawat yang diperoleh dengan mengalahkan boss lantai ke-298 di Menara Percobaan.

Memiliki Agnes—Master senjata, sebagai instruktur ku, aku bisa menangani semua senjata di tingkat yang layak.

Pada saat aku sedikit menarik kawat itu sambil memainkan jari jemariku seolah sedang menari-nari.

"Kuh. Uhuk!"

Ash, yang tenggorokannya tertekan pun terbatuk.

Kalau aku memikirkannya, aku bisa memotong arteri karotis-nya beserta tulang-tulangnya juga.

Melihat mata Ash yang bergetar, dia terlihat mengetahui segala hal, jadi ini tidak menyia-nyiakan waktuku untuk menjelaskannya dengan belibet.

Meskipun dia berkeringat dingin, dan pita suaranya ditekan, dia berbicara dengan teguh.

"S-Seramnya ... kau membawa senjata. Kau bahkan ... bisa bekerja sebagai assassin."

"Bisa tidak kau jangan mengumpat di depanku?"

"Kau kejam sekali. Tidak seharusnya ... ada diskriminasi pekerjaan."

Tepat setelah dia menyelesaikan candaannya, ekspresinya benar-benar berubah.

"Hentikanlah. Aku tahu kau belum pernah membunuh orang. Mata seorang pembunuh itu berbeda."

"Semua orang ada 'pengalaman pertama'. Sepertinya aku akan begitu, iya 'kan?"

"Membunuh itu tidak pernah mudah. Aku berbicara karena pengalaman, jadi tolong didengar."

"Bisakah aku hidup di dunia yang keras ini tanpa sebuah ketentuan seperti itu?"

Ini tulus.

Aku pun memasukkan aura ke benang harpa raja spirit itu. Benang itu mengikis dagingnya sedikit, dan lehernya Ash pun berdarah.

"... Kalau aku mati, aku akan menggentayangi mimpinya Kakak setiap hari."

"Bukankah kau melihatku menghempas semua hantu itu tadi? Aku akan meyakinkan kalau jiwamu tidak musnah karena Exorcism. Kalau kau bereinkarnasi, hiduplah sebagai lalat kecil yang baik!"

"...."

Pada akhirnya, sepertinya pertarungan ini sudah selesai. Setelah diam beberapa saat, Ash mengubah strateginya.

Crganggg.

Sebuah belati jatuh dari tangannya. Itu merupakan tanda menyerah.

"Kak ... aku bersumpah atas nama Dewa kalau targetku bukanlah Frish. Sedari awal, aku cenderung mengambil misi dimana aku tak perlu menyentuh anak-anak. Bisakah kau melepaskan ku, kumohon, yaa yaa?"

Aku hampir tertawa pada wajahnya yang meminta belas kasihan itu dan nada suaranya yang bersungguh-sungguh.

"Aku takut, aku sedikit tersinggung karena kau mengayunkan belati padaku duluan."

"Kau juga tahu, 'kan? Aku menyerang karena tahu kau akan menghindarinya."

"Jadi, bagaimana kalau aku tahu? Serangan itulah masalahnya."

"Ah, Kakak, tolonglah. Aku cuma berpura-pura, tidak ada niat membunuh sama sekali. Aku masih belum cukup menyerah pada hidupku sampai menyerang penyelamat hidupku dengan serius, 'kan?"

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang