104. Promise with The World Building God (6) 𖥔

182 20 4
                                    

———— chapter start

Sidang yang dilakukan empat hari kemudian itu melayani keadilan yang brilian.

Dengan menyampingkan fakta bahwa terdakwa menuangkan pengakuan mereka karena disiksa, itu semua berkat fakta kalau koin emas itu, bukti dari sebuah kontrak bersama iblis, ada sebagai bukti di atas semuanya.

Para kesatria Pillar of Light tak bisa berpura-pura kalau mereka tak bersalah. Wakil kapten Lecto, yang menjadi orang pendiam, juga tak ada bedanya.

Pada saat yang sama, rumor tak hormat tentang Thesilid, 'Mempercayai Pedang Suci dan memasuki dungeon sendirian, dan menyebabkan ledakan' telah bersih.

Namun, ada beberapa kesakitan dalam prosesnya.

Para kesatria mencoba untuk menahan Thesilid sampai akhir, entah mereka percaya kalau tak akan mati sendirian, atau faksi Doktrin yang menghasut mereka.

Mereka bersikeras secara fanatik meskipun tubuh mereka acakadul karena siksaan.

"The-Thesilid Argent menyebabkan ledakan dungeon dengan tangannya sendirian!"

"Dia benar! Saya bersumpah atas nama Dewa kalau itulah faktanya!"

Situasi dimana mereka yang telah dihukum sebagai bid'ah membicarakan tentang Dewa, itu benar-benar konyol.

Mereka menggigit lidah mereka, dan tawa pun meledak dari penjuru sidang terbuka.

"Sir Thesilid, apa anda keberatan?"

Itu adalah saat ketika Kardinal yang menjadi Hakim memberikan Thesilid hak untuk berbicara, dengan perasaan yang penuh kasih, berkata 'Kau pasti benar-benar tak nyaman pada omong kosong orang-orang gila itu, jadi mengumpatlah sebanyak yang kau mau'.

"... Tidak."

Inilah! Si Pendorong Kebaikan! Dia memberi kita santapan ubi jalar!

Aku merasa tercengang saat aku diam-diam menonton dari tempat rahasia yang mirip seperti tempat duduk teater.

Kau akan diam saja di sini? Pasti akan terjadi kesalahpahaman.

Tanpa sengaja, keributan agitasi yang dibuat oleh para penonton semakin membengkak. (* agitasi = perasaan jengkel, cemas, gelisah)

Aku menolehkan kepalaku. Di arah yang mataku tuju, Clovis sedang berdiri tegak.

"Bagaimana dengan saksi yang kuminta?"

"Pendeta Hestio dan pendeta Ephael akan membawa mereka."

Tepat di waktu itu, sang hakim, yang memerintah aula untuk diam, membawa saksi ke sidang itu.

Tiga orang yang terlihat baru saja sampai dari negara tetangga itu pun memperkenalkan diri mereka.

"Kuh-hum. Nama saya Dennis Brahm, Kepala dari Desa Greenwall ... begini kan caranya??"

"Iya, Pak, kerja bagus. Saya Joan Lyle, presiden dari Asosiasi Wanita."

"P-Presiden dari Asosiasi Muda! Dion Rixter! Salam!"

Mereka adalah penduduk dari Dewa Greenwall, tempat kejadian ledakan dungeon. Wajah para kesatria yang mengenali mereka pun merenung.

"Ba-Bagaimana ...!"

"A-Ada le-ledakan, bagaimana bisa, ada yang selamat ...?"

Itu bukanlah pertanyaan yang murni penasaran. Dari perspektif para Kesatria Pillar of Light, mereka adalah orang-orang yang sudah mati.

Testimoni itupun dimulai.

"Baik, baik. Kardinal. Saya mengingat semua yang terjadi di hari itu. Karena itu adalah waktu dimana saya hampir saja mati. Di subuh hari, para Paladin melewati desa dan mendaki gunung."

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang