073. Is It a Holy Sword or a Demonic Sword? (5) 𖥔

82 7 1
                                    

———— chapter start

Aku pun pergi ke tempat aku muncul di sini. Destinasinya adalah tempat Thesilid bertarung dengan master dari Pedang Iblis.

Saat aku mendaki bukit, aku bisa melihat pemandangan tragedi dalam sekali tatapan. Ribuan mayat yang bergeletakan di tanah itu menjadi merah.

Sudah kuduga, Thesilid berada di tengah-tengah bukitan mayat.

“Ya Dewa ....”

Agnes melanjutkan seolah-olah Ia sedang melihat orang hal yang sangat aneh sedang Ia tonton.

“Saint seperti apa dia? Bagaimana bisa dia tetap melakukannya di situasi seperti ini?”

Thesilid membaringkan mayat-mayat itu tegak lurus, dan menutup mata mereka satu per satu.

Itulah yang dia putuskan tepat setelah dia terbangun dengan tubuh yang masih belum pulih sepenuhnya. Jadi, itu cuma pemandangan yang natural untuk membuat Agnes tercengang.

“Pasti ada yang salah dengan kepribadiannya. Sepertinya akan jadi lebih baik kalau dia menjadi orang munafik.” (tl/n: Agnes kaget sma sifat unrealnya Thesy, makanya biar ngebuktiin klo thesy tuh manusia, agnes bilang ttg 'munafik')

"Dia tidak se-tidak manusiawi itu. Dia melakukan itu karena dia membutuhkannya."

“Membutuhkannya?”

Apa yang dilakukan Thesilid sekarang adalah 'Charity' (amal) diantara Seven Good Virtues. Sekarang, dia sedang merawat kekuatan suci dengan caranya sendiri.

Aku kira-kira menyimpulkan itu.

"Dia memiliki buff yang membuatnya menjadi lebih kuat saat dia melakukan hal-hal baik."

Tanpa menginterupsi, aku bersandar di pohon di sisi bukit dan menunggu Thesilid. Dia datang padaku setelah dia telah memanjatkan doa yang dibutuhkan untuk jiwa yang tersesat.

"Ailette."

Dia melanjutkan pembicaraannya dengan wajah yang merasa bersalah, "Aku akan segera kembali sebelum kau terbangun, tapi kau datang mencariku duluan. Apa kau sudah lama mencariku?"

"Aku langsung menemukanmu."

Aku menatap ke arah pemandangan mayat-mayat yang teratur itu, lalu, Thesilid memasang wajah yang kebingungan.

Dia merasa khawatir akan reaksiku karena dia waspada kalau perilakunya tidak bisa dipahami secara universal.

"Ini ...."

"Itu benar-benar karena tugasmu. Kerja bagus. Minumlah ini."

"...."

Aku pun mengulurkan potion untuk meredakan kehausannya dan meningkatkan energinya. Dia menerimanya dengan kebingungan dan membuka mulutnya.

"Kalau dipikir-pikir lagi, aku telat mengatakan sesuatu."

"Apa?"

"Terima kasih karena telah menyelamatkanku, Ailette. Aku bisa bertahan hidup berkatmu, terima kasih."

"Tidak apa-apa."

"Aku juga menikmati Ciabatta Sandwich yang kau taruh di sampingku. Kemampuan memasak mu semakin berkembang."

"Apa kau mau lagi? Aku punya banyak."

Saat aku sedang merogoh-rogoh tasku, Thesilid tersenyum.

"Kau masih mencoba untuk terus-menerus memberiku sesuatu."

Aku membersihkan tenggorokanku dengan ringan.

"Apa aku begitu?"

"Kau begitu. Terima kasih untuk potion ini juga. Dengan senang hati aku akan menerimanya."

Privileges by The World Building GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang