Selamat membaca! 🧡_______________
Galen merapikan kemejanya kemudian duduk di tepi ranjang. Ia menunggu beberapa menit lagi hingga akhirnya akan berangkat menjemput Jana. Ia ikuti permintaan gadis itu agar Jana mau membawanya ke tempat Ria. Sebenarnya ia tidak begitu peduli terhadap Ria, ia memiliki kepentingan lain.
Semua ini terjadi karena tugasnya di geng adalah mengurus pengedar obat-obatan terlarang. Setelah masuk ke dunia itu, ia sulit melepaskan diri. Bukan menjadi pengguna tentu saja, tetapi menjadi pemburu mereka. Kemudian aksi balas membalas terus berlangsung. Jaringan gembong narkoba dan pengedarnya sangatlah luas. Ia tidak cukup membinasakan satu atau dua saja, tetapi banyak. Hal itu menjadi bumerang atau bisa disebut konsekuensi. Ia tidak hanya mengincar mereka, tetapi ia juga diincar.
Seharusnya Galen membiarkan saja semua itu dan melepaskan urusannya. Akan tetapi, ia merasa tetap bertanggung jawab. Tugasnya bukan tugas mudah, sekalinya ia berhenti, tetap saja banyak yang mengincarnya. Ia sudah menjadi musuh para gembong, pengedar, dan mungkin sebagian besar pengguna. Hidupnya juga tidak akan aman dan tenang sekali pun ia memilih angkat tangan dari tugasnya. Sekali lagi, ia tetap dimusuhi oleh para pengedar.
Galen memastikan bahwa Ciara sudah tidur dan tidak lagi membalas pesannya. Setelah itu ia bangkit dan berjalan keluar kamar. Suasana ruang depan markas sangat sepi, ia membuka pintu dan keluar. Di luar ia melihat Dehan dan Gerald tengah duduk-duduk sembari merokok. Ia pun menghampiri sang adik.
"Sejak kapan lo ngerokok?" tanya Galen langsung.
Gerald tampak terkejut, tetapi tak sedetik kemudian kembali bereaksi tenang.
"Kadang aja kalau butuh, Kak," sahut Gerald sopan.
"Dia udah gede, Gal. Sebenernya dia lebih baik dari lo dalam hal kontrol emosi. Pas dia ngerokok gini, berarti dia emang lagi butuh banget. Gue bersumpah enggak ngehasut dia. Hanya saja, dia seringnya sama gue kalau ngerokok gini. Dia aman sama gue," balas Dehan.
Galen menghela napas. Selama ini ia sibuk mengurus Ciara dan Gavin. Gerald memang selalu tampak baik-baik saja. Ia sendiri juga yang menitipkan Gerald pada Dehan. Ia tidak bisa terlalu keras pada Gerald.
"Kalau ada kesulitan, cerita sama Kakak," ucap Galen melembut.
Gerald mengangguk pelan. "Kakak mau ke mana?" tanyanya kemudian.
"Ada urusan sama temen-temen kampus. Gue mau pergi ke suatu pesta," sahut Galen.
"Lo enggak maksud selingkuh dari Ciara 'kan, Gal?" celetuk Dehan.
Galen menatap tajam ke arah Dehan yang membuat Dehan nyengir. Gerald terkekeh pelan dan mencairkan ketegangan di antara keduanya.
"Kalau Kakak butuh bantuan, nanti kabari kami!" pesan Gerald.
Galen tersenyum kecil dan mengangguk. "Gue bahkan lupa kalau lo sekarang udah bocah lagi meski usia lo juga belum seberapa," komentarnya.
"Gue udah tujuh belas tahun, Kak," sahut Gerald dengan cengiran di bibirnya.
Galen mengangguk. Ia mengusap puncak kepala sang adik sejenak sebelum akhirnya menarik tangannya kembali.
"Gue enggak, Gal?" tanya Dehan.
"Mau gue pukul?" tawar Galen ketus.
"Ya Tuhan, galak sekali. Lo enggak pernah berubah." Dehan geleng-geleng kepala.
Galen tidak memedulikannya, kemudian pamit pergi.
__________
Galen mengemudikan mobilnya menuju tempat pesta yang dimaksud oleh Jana. Baru saat Galen menjemputnya, Jana mau memberitahu. Galen pun langsung memberikan alamatnya pada Gerald melalui pesan singkat. Ia datang seorang diri, sebenarnya hanya untuk melihat-lihat terlebih dahulu, bukan melakukan penyergapan. Namun, ia tetap berjaga-jaga dengan memberitahu anggota lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...