13. Sudah Akan Sembuh

1K 70 5
                                    


Note: bisa baca lebih banyak chapter terlebih dahulu di karyakarsa.


Selamat membaca! 🧡

__________


Ciara memeluk sesuatu yang ada di sebelahnya dan merasakan nyaman luar biasa. Ia menempelkan wajahnya ke bagian bidang yang cukup keras. Ia dapat menghirup aroma maskulin yang sangat familiar. Aroma yang sangat ia rindukan beberapa hari terakhir ini. Ciara pun menggerakkan tangannya menyentuh tubuh di sebelahnya. Kemudian kedua matanya terbuka.

Ciara menatap dada bidang milik laki-laki yang sangat ia rindukan. Ia memang belum melihat ke atas, ke arah wajah Galen. Namun, ia sudah yakin bahwa laki-laki yang tengah memeluknya ini adalah Galen, sang kekasih. Ciara pun menengadah, melihat Galen yang tersenyum lembut menatapnya.

"Sudah bangun?" tanya Galen dengan suara seraknya yang seksi.

Ciara tidak dapat menahan senyumnya. Ia pun kembali memeluk tubuh Galen dan membenamkan wajahnya di dada laki-laki itu. Ia sangat merindukan Galen, dan suasana hatinya berubah ceria saat melihat Galen bersamanya, tidur berdua dengannya. Ia mengeratkan pelukannya sambil menggumamkan kata-kata rindu. Air mata bahagia tidak dapat dibendung. Ia merasa lega luar biasa, tubuhnya terasa ringan sekarang. Kehadiran Galen menjadi obat yang mujarab bagi rasa sakitnya.

"Kakak enggak bilang kalau mau dateng," ucap Ciara kembali menengadah menatap Galen.

"Kejutan." Galen tersenyum dan mengusap lembut pipi Ciara. Ia menghapus air mata yang mengalir di pipi sang kekasih.

Ciara balas tersenyum. Matanya dan mata Galen saling bertatapan. Ia dapat merasakan kehangatan dari sorot mata Galen. Begitu menenangkan, ia ingin bersama Galen selamanya dan tidak ingin pisah lagi. Akan tetapi, ia tahu hal itu tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Ia tidak ingin berpikir terlalu jauh, seharusnya ia hanya perlu menikmati waktunya bersama Galen saat ini. Sesuai kesepakatan dulu, mereka memang harus menjalani hubungan jarak jauh untuk beberapa saat yang belum bisa ditentukan.

Beberapa saat kemudian ia ingat beberapa hal. Hal yang paling membuatnya takut adalah Yuzuru. Yuzuru merawatnya semalaman, dan sekarang Galen pasti melihat Yuzuru. Jantungnya berdetak kencang, ia takut Galen marah karena melihatnya berduaan dengan Yuzuru.

Namun, tunggu! Ia melihat sekitar dan menyadari bahwa ia sudah berada di kamarnya di lantai dua. Ia masih terdiam, memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. Siapa yang membawanya pindah kamar? Kemudian di manakah Yuzuru sekarang?

"Kakak yang bawa aku ke sini?" tanya Ciara takut-takut.

"Ya, aku cuma mau berdua sana kamu," balas Galen tenang.

"B-bagaimana dengan Kak Yuzuru?" tanya Ciara ragu.

Galen menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Ciara. "Dia enggak penting, enggak perlu ditanyakan," sahutnya.

Ciara mengangguk kecil. "Apa Kakak marah?" tanya Ciara.

"Mungkin... tapi aku enggak marah sama kamu." Galen menyentuh leher Ciara, memeriksa apakah demamnya sudah turun.

Ciara menggigit bibir bawahnya. Ia tidak berani bertanya lagi mengenai Yuzuru. Galen mungkin saja marah, tetapi ditahan karena dirinya sedang sakit. Ciara pun tersenyum kecil dan kembali melingkarkan tangannya pada tubuh Galen.

"Terima kasih sudah datang, Kak. Aku seneng banget," ucap Ciara.

"Tentu saja, aku sangat khawatir sama kamu. Segera sembuh, aku udah di sini." Galen mengecup kening Ciara.

Ciara tidak tahu akan beraksi seperti apa lagi. Yang jelas ia sangat senang Galen datang. Bebannya seperti terangkat, dan rasa sakit di tubuhnya seperti lenyap. Sekarang yang ada hanyalah rasa gembira yang membuncah. Ia sudah tidak memikirkan apa-apa lagi setelah mengetahui kehadiran Galen di sisinya.

"Kakak tiba jam berapa?" tanya Ciara penasaran.

"Pagi tadi, sekitar jam empat." Galen mengangkat dagu Ciara, membuat kekasihnya itu mendengak menatapnya. Ia pun perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Ciara. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, tiba-tiba Ciara menjauhkan wajahnya.

"Nanti, Kak, aku belum gosok gigi." Ciara menggeleng dan menempelkan telapak tangannya pada mulut Galen.

Galen tertawa pelan. Ia menurunkan tangan Ciara dan dengan cepat mengecup singkat bibir Ciara.

"Aku udah kangen banget," ucap Galen setelah menarik wajahnya.

"Ih, dibilang nanti." Ciara mendorong dada Galen dan berusaha bangkit. Tubuhnya terasa lengket karena keringat. Ia bahkan tidak habis pikir kenapa Galen masih mau mendekapnya seperti tadi.

"Oke, oke. Mau mandi?" tawar Galen.

Ciara mengangguk. "Tapi aku mau minta air hangat dulu buat minum," ucapnya.

Galen melirik ke atas meja dan melihat gelas air yang dibawa July tadi. Tentu saja air itu tidak hangat. Ia akan turun untuk mengambilkan Ciara minuman hangat.

"Aku turun dulu buat ambil air minum yang hangat. Kamu tunggu di sini, ya!" pesan Galen.

Ciara mengangguk kecil. Ia merapikan kemeja Galen yang ia kenakan dan beralih duduk di tepi ranjang.

"Kamu pakai kemejaku?" tanya Galen sebelum pergi.

"Selama rindu Kakak, aku selalu pakai barang-barang Kakak. Aku harap Kakak enggak keberatan," sahut Ciara.

Galen terkekeh dan menggeleng. "Kamu selalu pakai pakaianku, Sayang. Dan tentu saja aku enggak keberatan. Aku turun dulu." Galen mengacak puncak kepala Ciara pelan dan berjalan keluar kamar.

Galen berjalan menuruni tangga, kemudian berjalan ke arah dapur. Ia melihat pintu dapur terbuka, berarti sudah ada orang di sana. Saat ia tiba di ambang pintu, ia melihat July dan Yuzuru di sana. Tiba-tiba saja emosinya kembali naik.

July menyadari keberadaannya dan melihat ke arahnya. Ia pun mengangguk kecil pada July. Kemudian Yuzuru juga menoleh ke arahnya. Ia tidak bisa beramah tamah terhadap Yuzuru. Alih-alih menyapanya seperti teman, ia justru kesal. Ia tatap tajam Yuzuru yang melihat ke arahnya tanpa dosa.

Galen berjalan pelan ke arah meja pantry dan mengajak July bicara.

"Ciara mau minum air hangat," ucapnya pelan.

"Ah, begitu. Apa dia sudah membaik?" tanya July.

"Demamnya sudah turun dan dia tampak lebih ceria. Terima kasih sudah merawatnya, Jul," ucap Galen.

"Tentu saja aku harus merawatnya, Gal. Aku yang berterima kasih karena kau langsung datang saat aku kabari. Dia mungkin akan sembuh lebih cepat saat bersamamu," balas July.

Galen mengangguk pelan. Setelah selesai mengambil air minum, ia pun pamit untuk kembali ke kamar.

"Gal!" panggil Yuzuru dan bergerak menghalangi jalan Galen.

Mereka berdua saling berhadapan. Tentu saja tatapan Galen tidak ada kesan ramah sama sekali.

"Aku mau bicara nanti," ucap Yuzuru.

Galen tidak menjawab, hanya menatap datar pada Yuzuru.

"Aku sungguh-sungguh, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Yuzuru lagi.

Galen tersenyum sengit. Ia melanjutkan jalannya, dengan sengaja menabrak pundak Yuzuru. Sengaja tidak ingin mencari ribut, tetapi juga tidak ingin berdamai.

"Kau seharusnya tidak sombong begitu!" ucap Yuzuru dengan cukup keras.

"Nanti malam pukul sebelas di arena balap seperti biasanya!" balas Galen tenang yang masih bisa didengar oleh Yuzuru mau pun July.

"Oke!" sahut Yuzuru.

Galen kembali tersenyum sengit dan bergegas meninggalkan dapur. Ia tidak mau membuat Ciara menunggu terlalu lama. Setelah ini, ia juga bermaksud memandikan Ciara dan memanjakannya. Tidak ada waktu untuk meladeni Yuzuru.

______________

To be continue...


Terima kasih bagi yang udah baca dan dukung aku. Jangan lupa vote, komen, dan share, ya!!!

Sampai jumpa! 🧡



MeloPearl

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang