54. Paket Misterius

347 30 11
                                    

Selamat membaca! 🧡

Jangan lupa vote sebelum baca!
Early access ada di karyakarsa MeloPearl (atau klik link di bio)!

_______________


Ciara mengejar Galen dengan cepat, ia bahkan melepas sepatunya. Langkah Galen yang panjang hampir tak bisa diimbangi dengan larinya. Meskipun begitu, ia berhasil menangkap lengan Galen, kemudian memeluknya dari belakang.

"Kakak enggak boleh pergi!" Ciara menggeleng sembari menahan Galen.

Galen menghela napas panjang. Ia lepaskan kedua tangan Ciara yang melingkar di perutnya, lalu melanjutkan langkahnya. Namun, Ciara masih bersikeras menahannya. Gadis itu berdiri di hadapannya dengan kedua tangan direntangkan.

"Kakak boleh marah dan omelin Ciara, tapi jangan pergi," ucap Ciara memohon.

"Minggir, Ciara!" ucap Galen singkat.

Ciara menggeleng. "Lalu Ciara bagaimana kalau Kakak pergi? Ciara enggak mau sendiri. Bagaimana kalau ada orang jahat yang menculik Ciara?" tanyanya.

"Kamu bahkan udah mau diculik, Ciara! Kamu enggak mau dengerin aku dan membahayakan dirimu sendiri. Sekarang, percuma aku di sini, percuma aku bersamamu kalau kamu susah dibilangin. Kamu sudah membahayakan dirimu sendiri. Aku berusaha keras melindungimu, tapi kamu enggak pernah ngerti. Sekarang terserah kamu, kamu bebas!" pungkas Galen.

Tangis Ciara pecah. Ia cukup terpukul dengan perkataan Galen. Hanya saja, ia memang bersalah. Ia tidak bisa membela diri karena memang tidak bisa.

"Jangan pergi! Ciara minta maaf," ucap Ciara disela isakannya.

"Aku bingung mau bagaimana lagi menghadapimu," balas Galen.

Ciara menggeleng. Ia mendekat ke arah Galen dan memeluknya erat. Besok Galen sudah akan pergi, ia tidak mau berpisah dalam keadaan bertengkar. Sejujurnya, ia masih bertanya-tanya kenapa Galen begitu khawatir terhadapnya hingga marah besar.

"Aku akan nurut mulai sekarang," ucap Ciara meyakinkan.

"Kamu selalu ngomong gitu setelah membuat kesalahan. Kemudian kamu mengulanginya di lain kesempatan," sahut Galen.

"Kali ini beneran enggak." Ciara menengadah menatap Galen.

Galen tidak kuasa melihat air mata Ciara yang keluar deras. Bagaimanapun, ia sangat menyayangi gadis itu. Meskipun Ciara sering membuat masalah dan melawannya, tetapi ia tetap sayang. Terlebih, ia tidak akan tega melihat Ciara menangis dan menahannya seperti sekarang. Mungkin itu juga yang membuat Ciara sering melanggar aturan yang dibuatnya. Ia terlalu memanjakan Ciara.

Satu tangan Galen bergerak mengusap air mata Ciara yang turun di pipi. Tatapannya melembut dan kemarahannya menguap. Namun, kali ini ia tidak akan cepat luluh.

"Kalau gitu buktikan, aku akan pergi beberapa saat. Kamu di sini, boleh ke ruangan mana pun tapi jangan keluar! Oke?!" ucap Galen.

Ciara mengangguk cepat. "Ciara akan lakuin," sahutnya.

"Bagus. Kamu boleh tidur atau melakukan apa, terserah. Ada beberapa makanan di kulkas, kamu bisa ambil dari sana kalau lapar. Kalau mau makanan dari luar, nanti bilang ke Mark. Dia akan di sini jagain kamu sama anak buah lain," ucap Galen lagi.

"Kakak enggak balik pas makan siang?" tanya Ciara.

"Aku belum bisa memastikan. Jadi, jangan tunggu aku buat makan siang. Seharusnya ini emang hari kita, tapi semuanya kacau. Aku enggak bisa berdiam di sini, terlebih saat Louis juga ikut mengancam. Aku akan bicara dengan Anthony dan yang lain mengenai insiden di toko bunga tadi dan bicara dengan Paman tentang Louis," ucap Galen.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang