17. Pagi Yang Buruk

822 62 3
                                    


Note: bisa baca terlebih dahulu lebih banyak part di karyakarsa, ya.



Selamat membaca! 🧡

___________


Ciara berguling ke sisi tempat tidur. Satu tangannya meraba bagian hampa di sebelahnya. Seingatnya ia tidur bersama Galen tadi.

"Kak Galen enggak pulang, 'kan?" gumamnya parau.

Setelah itu Ciara beralih duduk. Jantungnya berdetak kencang karena memikirkan Galen sudah pergi. Atau bahkan Galen hanya ada dalam mimpi?

Tidak!

Ciara menggeleng cepat. Ia menepuk kedua sisi pipinya pelan dan melihat ke segala arah. Ciara melihat tas ransel Galen yang ada di atas meja belajarnya, kemudiaan helaan napas lega keluar dari mulutnya. Galen benar-benar datang, bukan di mimpi. Mungkin sekarang Galen berada di kamar mandi atau tempat lain.

Ciara berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi, tidak mendapati Galen di sana. Kemudian ia berbalik, berjalan keluar kamar sembari mengucek kedua matanya. Ia mendengar suara-suara dari bawah dan berjalan menuruni tangga. Begitu tiba di ujung anak tangga, ia mendapati Galen dan Yuzuru tengah beradu mulut.

Ciara melihat Yuzuru yang mengusap rahangnya. Sepertinya Galen memukulnya. Mengingat Galen yang biasanya tenang berubah bar-bar, itu artinya ada hal yang serius. Ia tidak bisa berdiam diri saja dan membuat semuanya berlanjut. Mengingat baik Galen dan Yuzuru belum menyadari kehadirannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka suara.

"Kakak!" panggilnya.

Baik Galen maupun Yuzuru menoleh ke arahnya. Galen tampak khawatir menatapnya. Sementara itu Yuzuru terlihat lebih tenang. Ia pun berjalan mendekat, Galen juga melangkah ke arahnya.

"Kamu sudah bangun, Sayang?" Galen merengkuh tubuh Ciara dan mengecup keningnya.

Ciara memegang sisi kemeja Galen dan mengangguk. Ia menengadah menatap Galen yang terlihat agak khawatir.

"Aku kira Kakak pergi tadi," ucapnya jujur.

Galen menghela napas. Ia menarik tubuh Ciara semakin dekat dan mendekapnya. Lagi-lagi ia mendapati Ciara yang panik karena takut ditinggal pergi.

"Aku enggak pergi, Sayang," balasnya sembari mengecup puncak kepala Ciara berkali-kali.

Galen tidak tahu kenapa Ciara tidak marah padanya. Biasanya Ciara tidak akan suka ia berbuat kasar pada orang lain.

Apa mungkin Ciara belum sadar kalau aku abis mukul Yuzuru? batinnya.

"Kakak jangan pergi ke mana-mana," ucap Ciara lagi.

"Iya, Sayang. Kamu tenang, ya!" Galen berusaha menenangkan. Ia dapat melihat penampilan Ciara yang lumayan berantakan. Dari situ ia yakini bahwa Ciara langsung mencarinya setelah bangun tidur.

Ciara melepaskan pelukannya dan menatap Galen dengan wajah Ciara.

"Yang penting Kakak masih di sini," ucapnya senang.

Galen tersenyum kecil. Selalu begitu, suasana hati dan emosi Ciara bisa langsung berubah dengan cepat. Namun, ia bersyukur Ciara tidak marah padanya. Ia tidak ingin bertengkar dengan Ciara di hadapan Yuzuru. Seperti ini saja, seperti saat sekarang Ciara khawatir akan kepergiannya.

"Aku enggak akan pergi tanpa pamit, Sayang." Galen mengusap rambut Ciara dan merapikannya.

"Ahem." Yuzuru berdeham karena sejak tadi merasa dicueki. Ia menatap ke arah Ciara dan Galen yang ada di hadapannya.

"Lo sebaiknya pergi!" usir Galen langsung.

"Ah, begitu caramu memperlakukan tamu?" tanya Yuzuru dengan nada meledek.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang