Selamat membaca! 🧡
Vote sebelum membaca dan early access bisa dibaca di karyakarsa ya, link di bio 🧡
___________________
Ciara memastikan kembali bahwa gaun yang dikenakannya tidak berlebihan. Saat ia memilih baju ganti, ia menemukan gaun santai berwarna putih dengan pundak terbuka. Ia langsung jatuh hati, tetapi takut jika berlebihan. Ia hanya akan pergi berkencan di siang hari, jalan-jalan biasa, mungkin untuk membeli bunga saja. Namun, ia tetap ingin tampil cantik di hadapan Galen.
Ciara merasa perlu mengganti pakaiannya, tetapi otaknya menolak. Ia pun mengumpulkan seluruh kepercayaan dirinya untuk memakai gaun itu.
"Aku harus tampil cantik biar Kak Galen terpesona, 'kan?" Ciara berkata tengil seraya menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Benar, biasanya kamu juga selalu percaya diri," ucapnya lagi.
Setelah puas berkaca, Ciara pun berjalan keluar. Ia memasuki lift untuk turun ke lantai satu. Sejujurnya, mansion megah Galen ini cukup menakutkan terkadang. Seperti sekarang, Ciara berada di dalam lift seorang diri. Ia berusaha membayangkan sesuatu yang menyenangkan agar tidak merasa ngeri.
Setelah keluar dari lift, Ciara berjalan ke ruang tengah. Di mana Galen sudah duduk di sebuah sofa menunggunya. Ia tersenyum kecil dan berjalan ke arah laki-laki itu. Seharusnya ia tiba lebih dulu, tetapi Galen lebih cepat dari perkiraannya. Atau mungkin dirinya yang terlalu lama berganti baju?
Galen bangkit begitu jarak Ciara sudah dekat. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ciara dan mengecup pipinya singkat.
"Kamu cantik," komentarnya.
"Benarkah?" Ciara tersenyum malu. "Ciara takut kalau kelihatan berlebihan," imbuhnya.
"Enggak, Sayang. Kamu cantik banget," balas Galen.
"Terima kasih," ucap Ciara senang.
"Sama-sama. Kita pergi sekarang?" tanya Galen.
"Urusan Kakak udah selesai? Secepat itu?" tanya Ciara balik.
"Urusanku enggak akan ada selesainya, Ciara. Bisa nanti lagi, yang mendesak udah aku bahas dengan Paman. Sekarang ini kamu lebih penting," jawab Galen.
Ciara tersenyum lebar, merasa senang karena dinomorsatukan. Ia memegang pundak Galen dan berjinjit. Setelah itu ia layangkan kecupan di jakun Galen dengan cepat. Sebenarnya, ia selalu gemas dengan leher Galen.
"Astaga, kamu jangan mesum!" Galen terkekeh setelah terkejut dengan tindakan Ciara yang tiba-tiba.
"Yak, mana ada mesum." Ciara mencubit pinggang Galen.
"Aduh."
Galen berjengit, sementara Ciara nyengir saja.
"Paman Kakak masih di sini?" tanya Ciara kemudian.
"Dia sudah pergi, biasa orang sibuk," sahut Galen.
"Ah, ya sudah. Kalau gitu ayo berangkat!" ucap Ciara mengajak.
Galen mengangguk. Ia memeriksa kunci mobilnya di saku celana dan berjalan beriringan dengan Ciara.
"Dia pengin ketemu kamu juga. Mungkin nanti malam kita bisa makan malam bersama. Aku belum bilang, sih, mau nanya kamu dulu. Kamu mau?" tanya Galen.
"Boleh, Kak." Ciara mengangguk.
"Oke, nanti bakal aku infoin ke pelayan."
Galen meraih tangan Ciara dan menggandengnya. Mereka berdua berjalan ke arah garasi yang ada di ruang bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...