Selamat malam Senin, everyone!!! Sekarang up-nya kok jadi hari Minggu, ya wkwk. Gapapa deh ya. 🤣
Baca di karyakarsa untuk early access, guys. Di sana udah banyak chapter yang aku post.
Jangan lupa vote dan komen di cerita ini juga. 😊
Selamat membaca! 🧡
________________
Suara guyuran hujan di luar mengiringi langkah Galen dan Ciara melewati sebuah lorong. Mansion keluarga Galen sangat besar dan megah. Ia harus berjalan melewati lorong menuju rumah utama yang akan mereka tuju. Bagian depan rumah Galen ada bangunan besar yang entah difungsikan untuk apa. Pada intinya, mereka harus melewati bangunan itu. Kemudian berjalan pada lorong yang menghubungkan bangunan itu dengan rumah Galen.
Galen sempat berkata pada Ciara bahwa mereka sebenarnya bisa lewat halaman. Akan tetapi, cuaca yang buruk tidak mendukung. Lebih cepat melewati lorong itu dibandingkan lewat luar jika hanya berjalan kaki. Ciara sendiri tidak begitu memusingkan. Ia hanya ingin tiba di tempat tujuan secepatnya. Lagi pula, hari sudah mulai petang. Suasana semakin mencekam karena adanya hujan yang turun deras.
Ciara mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Galen. Ia memasuki rumah utama, ruangan yang sangat besar. Ruangan itu bernuansa klasik dan mewah. Ciara takut hilang jika tidak berpegangan dengan Galen.
Di ruangan itu beberapa orang menyambut kedatangannya dengan Galen. Ia mengangguk kecil dan tersenyum ramah membalas sambutan mereka. Berbeda dengan Galen yang hanya mengangguk dengan ekspresi datar. Ciara merasa aura Galen sangat berbeda dari saat di rumahnya beberapa saat lalu. Galen lebih dingin dan hampir tidak berekspresi.
"Berikan keranjang buahnya pada pelayan saja, Mark," ucap Galen pada Mark. Ia berhenti sesaat dan memeriksa Ciara yang ada di sebelahnya.
"Baik, Tuan Muda," balas Mark dan memberikan dua keranjang buah yang dibawanya pada salah satu pelayan yang tadi menyambutnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Galen pada Ciara.
Ciara mengernyit, cukup bingung dengan pertanyaan Galen.
"Kamu nyaman?" ucap Galen mengubah pertanyaannya.
Ciara yang paham pun mengangguk. "Aku baik-baik saja, Kak," ucapnya riang.
Galen mengangguk. Ia memperhatikan sekitar dan kembali fokus pada Mark yang masih setia mengawal mereka.
"Apa keperluan Ciara sudah disiapkan semua?" tanya Galen.
"Sudah, Tuan Muda," balas Mark.
"Baiklah, aku dan Ciara akan langsung menjenguk Yuzuru. Tolong bilang pada pelayan untuk menyiapkan makan malamku bersama Ciara. Di ruanganku," ucap Galen.
"Baik, Tuan Muda." Mark menunduk sopan.
"Aku ke ruangan Yuzuru dulu," ucap Galen.
"Apakah saya perlu mengantar Anda?" tanya Mark.
"Tidak perlu. Aku akan pergi bersama Ciara. Bukankah Anthony ada di sana?" balas Galen.
"Baik, Tuan Muda," balas Mark lagi.
Galen mengangguk dan membawa Ciara pergi meninggalkan ruangan itu.
Ciara tidak tahu lagi akan dibawa ke mana oleh Galen. Mereka kembali berjalan ke sisi ruangan. Lagi-lagi sebuah lorong, tetapi kali ini lorong tersebut menyatu dengan rumah itu. Ciara merasa benar-benar akan hilang atau tersesat jika tidak bersama Galen. Ia akan lupa jalan yang dilalui sebelumnya.
"Kayaknya Ciara bakal tersesat kalau jalan sendiri," celetuk Ciara.
Galen tertawa pelan. "Aku akan menemukanmu, Sayang," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
Roman d'amourGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...