Note: Bisa baca lebih banyak chapter duluan di karyakarsa, yaaa...Selamat membaca! 🧡
_______________
Galen meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali naik ke tempat tidur. Sekarang masih cukup pagi, pukul enam. Ia memandangi wajah Ciara yang tertidur pulas. Dengkuran halus menyertai mimpi indahnya. Galen tersenyum kecil dan membelai lembut wajah Ciara dengan jemarinya. Setelah itu, ia tarik kembali tangannya dan beralih bersandar pada kepala ranjang.
Semalam Ciara benar-benar tidur larut. Baru pukul dua Ciara mau memejamkan kedua matanya. Itu pun banyak drama untuk menuju alam mimpi. Galen merasa seperti sedang membantu Gavin tidur waktu masih kecil dulu. Hal yang dilakukan Ciara semalam sebelum tidur adalah mengikat tangan mereka menggunakan dasi. Ciara takut jika ia pergi tanpa pamit. Jadi Galen menurut saja agar membuat Ciara lega. Padahal meskipun Ciara mengikat tangan mereka, saat Galen melepasnya tadi, Ciara tidak terbangun.
Setelah Ciara tidur, ia juga ikut tidur. Tubuhnya terasa lelah dan agak kurang enak badan. Kemudian setengah jam lalu, ia terbangun dengan kepala yang berat. Ia mengambil vitamin dari tas ranselnya dan meminumnya. Setelah itu berlanjut mengecek email yang dikirim dari anggota geng lain. Selain itu, hal yang membuatnya frustrasi adalah tugas-tugas kuliahnya. Ia menyadari bahwa akhir-akhir ini kuliahnya sangat berantakan. Berjauhan dengan Ciara membuatnya kacau dan hidupnya justru semakin sulit.
Galen menyadari bahwa semakin dewasa, semakin banyak beban yang ia tanggung. Saat dewasa, ia tahu bahwa semuanya tidak seperti yang dipikirkannya dulu. Fakta bahwa kehidupan di masa dewasa membuatnya semakin tertekan dan serba salah. Ia pikir ia bisa menghadapi semuanya, semua keputusan yang dibuatnya, tetapi nyatanya ia salah. Semuanya tidak selalu dalam kontrolnya dan keputusan yang diambilnya tidak selalu tepat.
Sejak dulu Galen selalu hidup penuh masalah dan tekanan di geng. Tujuan hidupnya adalah menjalankan tugas dan melindungi adik-adiknya dan para anggota lain. Kemudian ia bertemu Ciara yang berhasil membuatnya merasa berharga. Hingga akhirnya ia memutuskan tidak hanya hidup untuk orang lain, tetapi untuk dirinya sendiri. Baru setelah itu ia menyadari bahwa kedua hal itu terkadang tidak sejalan. Ia tidak bisa melakukan keduanya dengan sempurna.
Galen sering dilanda rasa bimbang. Terkadang ia berpikir untuk hidup normal saja bersama Ciara. Namun, ia tidak bisa meninggalkan kehidupan gelapnya yang ia jalani sejak kecil, bahkan saat ia bayi. Di sisi lain, ia juga tidak bisa membiarkan Ciara sendiri. Mungkin tepatnya ia tidak bisa ditinggalkan oleh Ciara. Ia ingin hidup bahagia bersama Ciara.
Galen menghela napas kasar. Ia lelah karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia pun memilih untuk kembali berbaring di sebelah Ciara. Dikecupnya kening Ciara lembut, kemudian memeluk tubuh Ciara.
Saat Galen hendak memejamkan kedua matanya, Ciara menggeliat. Galen kembali membuka matanya dan memeriksa kondisi Ciara. Ciara juga membuka kedua matanya, tersenyum simpul melihatnya.
"Kakak enggak tidur?" tanya Ciara parau.
"Tadi kebangun karena haus, Sayang. Sekarang mau balik tidur lagi," jawab Galen lembut.
Ciara mengangguk. "Ini masih pagi," ucapnya. Ia benamkan wajahnya pada dada Galen.
"Iya, ayo tidur beberapa jam lagi!" sahut Galen dan mendekap tubuh Ciara.
Ciara kembali tidur, sementara Galen masih terjaga. Sepertinya ia memang tidak ingin kembali tidur, hanya ingin berbaring saja di dekat Ciara.
Beberapa saat mereka dalam posisi seperti itu, hingga Galen mendengar suara pintu diketuk dari luar. Ia bangun dan berjalan ke arah pintu. Begitu pintu berhasil dibuka, ia mendapati July berdiri di sana.
"Ah, ada apa, Jul?" tanya Galen pelan.
July sedikit ragu untuk mengatakan. Ia memainkan jemari tangannya sembari tersenyum canggung.
"Yuzuru datang lagi. Dia di bawah," ucapnya pelan.
Rahang Galen mengeras, tetapi ia mengangguk kecil.
"Aku tidak tahu ada urusan apa, tapi dia mau aku memanggilmu atau Ciara buat ke bawah. Seharusnya dia hanya ingin menjenguk Ciara," imbuh July.
Galen kembali mengangguk. "Nanti aku ke bawah buat nemuin dia. Katakan padanya buat tidak berharap," ucapnya tenang, berlawanan dengan emosinya saat ini.
"Oke, aku turun dulu," ucap July pamit.
Galen menutup pintu kamarnya dan berbalik. Ia menghela napas, kemudian berjalan ke kamar mandi. Persetan dengan Yuzuru yang menunggu, ia akan mandi terlebih dahulu. Air dingin biasanya mampu meredakan emosinya yang menggebu.
Seharusnya ia menemui Yuzuru dan mengajaknya bicara. Hanya saja, tidak dengan di rumah Ciara saat ini. Ia sangat ingin menghajar temannya yang kurang ajar itu. Sekarang ini ia tidak sedang ingin berdiskusi secara baik-baik. Belum lagi nanti jika Ciara bangun dan datang ke tengah-tengah obrolan mereka.
Galen kesal karena merasa diejek oleh Yuzuru. Bagaimana bisa Yuzuru datang ke rumah Ciara pagi-pagi sementara laki-laki itu tahu bahwa ia berada di rumah Ciara? Jelas-jelas semalam ia mengirim pesan pada Yuzuru bahwa ia batalkan pertemuan dan akan membuat janji lagi.
Galen menghela napas kasar. Ia nyalakan shower dan mengguyur tubuhnya di bawah air dingin.
__________
Galen selesai mandi dan mendapati Ciara masih tidur nyenyak. Ia mengacak rambutnya dan memeriksa tampilannya di cermin. Setelah itu, ia berjalan keluar kamar untuk ke lantai bawah. Berharap Yuzuru tidak menunggu dan enyah.
Namun, dugaan Galen salah. Begitu ia tiba di ruang keluarga, Yuzuru masih duduk tenang di sana. Ia menatapnya malas saat Yuzuru menoleh ke arahnya. Tanpa basa-basi, ia langsung mendatangi Yuzuru.
"Tidak etis saat kau bertamu pagi-pagi di rumah orang," ucap Galen langsung.
Yuzuru tersenyum kecil. "Aku hanya ingin membawakan buah pada Ciara. Sebaiknya dimakan sebelum sarapan juga. Jadi aku membawanya pagi-pagi," balasnya.
"Aku bisa membelikannya buah. Jadi, bawa pulang saja buah yang kau bawa dan kau makan sendiri. Dengan begitu, mungkin otakmu akan bekerja setelah mendapat nutrisi yang cukup!" ucap Galen sarkas.
Yuzuru tertawa pelan melihat Galen yang terang-terangan berkata sarkasme padanya. Ia berdiri menghadap Galen.
"Kau juga sedikit kurangi garam biar tidak hipertensi lalu marah-marah seperti ini. Santai saja!" Yuzuru menepuk pundak Galen.
Rahang Galen mengeras dan ia menepis kasar lengan Yuzuru. Perkataan Yuzuru mengingatkan perkataan Ciara yang sama persis seperti dulu.
"Kau semakin membuatku jengkel." Galen mendorong tubuh Yuzuru dan melayangkan tinjuan ke arah laki-laki itu.
Bugh!
Tubuh Yuzuru terjungkal dan menabrak sofa karena pukulan Galen yang spontan mengenai rahangnya. Ia pun kembali berdiri tegak dan menatap Galen.
"Lo lebih baik pergi dari sini dan tunggu waktu yang tepat buat bicara. Gue bakal bikin lo menyesal karena bermain-main sama gue!" teriak Galen dengan bahasa tidak formal yang menandakan ia marah besar.
"Kakak!"
Seru sebuah suara yang membuat Galen dan Yuzuru beralih menoleh ke arah tangga. Tampak di sana Ciara berdiri dengan masih mengenakan piama dan rambut yang berantakan. Ciara ternyata sudah bangun dan melihat pertengkaran mereka.
__________
To be continue...
Perang enggak, nih? 🤣
Jangan lupa vote dan komen yaaa...Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa lagi! 🧡
MeloPearl
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomantizmGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...