15. Usaha Menahan Galen

1.1K 70 5
                                    


Note: Bisa baca terlebih dahulu hingga bab 59 di karyakarsa 🧡


Selamat membaca! 🧡

____________


Galen menyebut sakit yang dialami oleh Ciara adalah sakit rindu. Bagaimana tidak, Ciara sudah terlihat sangat membaik sekarang. Kekasihnya itu sangat aktif dan tidak lesu layaknya kemarin seperti yang dikatakan July. Galen juga menganggap sakit yang diderita Ciara itu adalah karena kesepian. Jika mengingat masa kecil, biasanya anak kecil mendadak sembuh jika ada teman-temannya dan mereka bermain bersama. Namun, setelah teman-temannya pergi, sakitnya datang lagi. Meskipun begitu, ia harap Ciara tidak sakit lagi setelah ia kembali ke Indonesia nanti.

Galen menunggu Ciara yang sedang buang air kecil di kamar mandi sembari mengecek ponselnya. Sekarang sudah pukul sebelas malam, dan Ciara belum juga tidur. Satu jam lagi ia seharusnya bertemu Yuzuru di area balap. Namun, Ciara seolah tidak ingin ditinggal. Siang tadi Ciara tidur hingga sore. Kemudian mandi, dan sampai sekarang masih terjaga. Mereka bercerita banyak hal. Galen memahami situasi ini karena mereka lama tidak jumpa dan bercengkrama. Ciara bercerita banyak hal mengenai sekolah dan kondisi ayahnya.

Galen menekan nomor Yuzuru, ada pesan sebelumnya darinya yang tidak dibalas. Ia pertimbangkan untuk mengiriminya pesan lagi atau tidak. Sebenarnya ia masih sakit hati dan kesal karena Yuzuru tidak membalas pesannya, pun tidak menjawab teleponnya. Semenjak ia tahu Ciara pernah bertemu dengan Yuzuru, ia sudah berusaha menanyai motif Yuzuru. Kemudian untuk pertemuan yang dijanjikannya nanti, ia akan melampiaskan semuanya.

Galen mendengar pintu kamar mandi ditutup. Kemudian Ciara keluar dengan senyum ceria di wajahnya. Ia balas tersenyum, kemudian membenarkan posisi duduknya. Galen pun mengetikkan pesan pada Yuzuru.

Galen

Malam ini batal. Kita atur ulang lagi jadwalnya.

"Kakak sedang apa?" tanya Ciara pada Galen.

"Cuma membalas pesan dari teman aja." Galen tersenyum simpul dan meletakkan ponselnya ke atas meja.

"Kamu harus segera tidur, Sayang," ucapnya kemudian.

Ciara naik ke atas ranjang dan menidurkan tubuhnya di sebelah Galen. Satu tangannya terangkat memeluk paha Galen yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Sementara satu tangan Galen mengusap-usap lembut puncak kepalanya.

"Belum ngantuk, Kak. Tadi siang kan aku tidur lama," balas Ciara. Suaranya sangat jernih, terdengar jelas bahwa Ciara memang belum mengantuk dan bukannya menahan kantuk. Terkadang perasaan euforia membuat orang menjadi susah tidur.

Galen menghela napas. Ia tidak bisa memaksa Ciara untuk tidur juga.

"Badanmu udah enakan beneran?" tanya Galen.

"Udah, ini udah dua hari. Aku merasa bahwa aku sakit udah tiga hari. Obat dari dokter bekerja dengan baik. Disempurnakan oleh kehadiran Kakak," ucap Ciara jujur.

Galen tersenyum kecil. Ia sadar kemungkinan Ciara tidak akan tidur hingga dini hari. Belum lagi, Ciara masih memiliki segudang cerita yang belum dibicarakan. Seperti biasa, Ciara memang bisa banyak bicara. Ia lebih banyak berperan sebagai pendengar karena ia tidak terlalu suka bicara. Kemudian ia sadar bahwa Ciara sebenarnya bermaksud mencegahnya pergi. Selain memang karena beberapa hari mereka berpisah dan masih belum puas menghabiskan waktu bersama.

Galen ingat tadi July juga mendengar ucapannya pada Yuzuru. Dilihat dari sisi July, wanita itu tidak ingin ada pertengkaran antara dirinya dan Yuzuru. Ia semakin yakin bahwa July memang memberitahu Ciara mengenai rencananya bertemu dengan Yuzuru jam dua belas malam nanti.

"Ya udah, kamu mau ngobrol apa lagi?" tanya Galen lembut.

Ciara menengadah ke arah Galen. "Ciara udah banyak bercerita, gantian Kakak," ucapnya.

"Kamu akan bosan denger ceritaku, Sayang. Semuanya hanya tentang geng," sahut Galen seraya mengusap lembut pipi Ciara.

"Aku mau dengar," ucap Ciara lagi.

Galen menghela napas. Ia memikirkan apa yang harus dikatakan pada Ciara. Sementara ia tidak mau Ciara banyak pikiran. Ia takut salah bicara dan membuat keributan antara dirinya dan Ciara.

"Kemarin aku habis dari rumah yang di hutan," ucap Galen membuka topik.

"Oh, iya? Kakak ke sana sama siapa?" tanya Ciara penasaran.

Galen tertawa pelan. "Aku enggak pernah bawa siapa pun ke sana selain kamu, Ciara. Kecuali Gavin atau Gerald yang memang tahu tempat itu. Selebihnya, cuma kamu yang pernah ke sana. Aku ke sana buat ngobatin rindu aku padamu. Berharap supaya aku bisa tenang saat mengenang kebersamaan kita di sana," ucapnya menjelaskan.

Ciara mengangguk paham. "Aku jadi kangen ke sana juga," gumamnya.

"Lain kali kita akan ke sana lagi, Ciara," sahut Galen.

"Ngomong-ngomong, kenapa Kakak kemarin malam nelepon aku? Itu pas aku mulai sakit, jadi aku enggak tahu. Giliran Kakak ditelepon balik malah enggak bisa," ucap Ciara.

Galen terdiam. Itu adalah kebodohannya tidak mengaktifkan ponselnya.

"Aku minta maaf membuatmu khawatir, Ciara. Aku nelepon kamu karena rindu, dan ingin mendengar suaramu aja. Lalu, aku matiin ponselku buat menenangkan diri di rumah yang di hutan itu. Aku benar-benar minta maaf," sahut Galen.

"Ah, begitu." Ciara menghela napas lega.

"Dan sekarang aku ganti ponsel karena punyaku hilang, jatuh di sungai," ucap Galen.

"Kenapa?" Ciara bertanya penasaran.

Galen terkekeh pelan. "Ceritanya agak panjang dan konyol," sahutnya.

"Kakak baik-baik saja, 'kan?" Ciara mulai khawatir.

"Enggak apa-apa, Sayang." Galen menggenggam tangan Ciara. "Gavin kesal karena aku enggak bisa dihubungi. Dia khawatir sama kamu dan nyalahin aku karena enggak jawab telepon kamu. Kamu sakit, aku enggak tahu. Dia kesal, lalu nyusul aku ke rumah yang ada di hutan. Kemudian dia nendang aku, dan aku kaget, langsung jatuh ke sungai. Tapi aku enggak apa-apa," jelas Galen.

"Seharusnya Gavin enggak bersikap begitu sama Kakak. Aku akan bicara sama dia nanti," balas Ciara.

Galen menggeleng cepat. "Jangan! Aku tahu maksud dia baik. Dia sangat menyayangimu sebagai kakaknya. Kalian sangat dekat, jadi aku paham kalau dia kecewa sama aku," sahut Galen.

"Tapi dia enggak boleh gitu sama Kakak. Bagaimanapun juga, Kakak punya urusan di sana. Ini bukan salahnya Kakak," ucap Ciara bersikukuh.

"Enggak apa-apa, Ciara. Dia bakal lebih benci sama aku kalau kamu terus-terusan belain aku. Dan yang paling penting, aku enggak mau hubungan kamu dan Gavin retak. Enggak apa-apa. Ini urusan cowok, aku biasa saja." Galen berusaha meyakinkan Ciara agar urusannya tidak melebar.

"Baiklah kalau begitu, Kak. Tapi aku jadi sebel sama Gavin," ucap Ciara.

"Enggak boleh gitu, Sayang. Dia sayang banget sama kamu. Seharusnya kamu berterima kasih sama dia yang mati-matian belain kamu," sahut Galen.

Ciara mengerucutkan bibirnya dan mengangguk, menurut. Dalam hati masih tidak suka Gavin bersikap kasar pada Galen.

Lain kali aku akan bilangin dia diam-diam, batin Ciara.

______________


To be continue...

Ciara enggak tahu ya, Guys. Harap maklum, eh 🤣

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa! 🧡




MeloPearl

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang