Selamat membaca! 🧡
_______________
Sore harinya Clinton sudah boleh dibawa pulang dengan syarat minggu depan harus kembali melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Keterangan dari dokter itu membuat Ciara dan yang lain merasa lega. Setidaknya Clinton sudah membaik setelah ditangani oleh dokter. Sakit di bagian perutnya sudah reda. Clinton sudah bisa makan dan minum seperti biasanya.
Galen mengendarai mobilnya memasuki kompleks rumah keluarga Ciara. Begitu tiba di halaman, ia menghentikan laju mobilnya. Galen turun diikuti oleh Ciara. Kemudian mereka mengambil kursi roda dan membantu Clinton turun dari dalam mobil. Setelah itu July mendorong kursi roda Clinton, membawanya ke kamar.
Ciara dan Galen mengikuti di belakang. Saat July membawa Clinton masuk, Ciara berhenti di depan pintu. Ia menarik lengan Galen dan membawanya sedikit minggir.
"Ada apa, Sayang?" tanya Galen lembut.
Ciara menggigit bibir bawahnya, menimbang apakah akan jadi bertanya pada Galen atau tidak.
"Katakan!" pinta Galen.
"Bingung harus bagaimana sama July," ucap Ciara jujur.
Galen tersenyum kecil. Ia mengusap puncak kepala Ciara.
"Dia bersikap biasa saja sama kamu. Jadi, kamu sebaiknya juga maafin dia. Kalian berdua harus bekerja sama untuk merawat Papi. Lagi pula, enggak baik menyimpan marah begini," ucap Galen menasihati.
"Kakak nanti bilangin ke dia, ya?!" Ciara mengerucutkan bibirnya.
"Iya, tenang aja!" Galen mengusap pelan pipi Ciara. "Apa lagi?" tanyanya kemudian.
"Mm, apa nanti malam aku boleh tidur sama Papi? Aku mau nemenin Papi," ucap Ciara ragu.
Galen tersenyum lagi dan mengangguk kecil. "Kamu boleh tidur sama Papi," balasnya lembut.
Galen sebenarnya sangat ingin menghabiskan waktu dengan Ciara. Ia ingin tidur bersama Ciara, bercerita sebelum memejamkan mata, saling memeluk tubuh satu sama lain. Hanya saja, kondisi ayah Ciara sedang sakit. Ia tidak mungkin egois dan melarang Ciara yang ingin menunggui sang ayah.
Bukan masalah besar, Gal. Lagi pula, mungkin lo masih memiliki lebih banyak waktu bersama Ciara dibandingkan papinya, ucap Galen dalam hati.
Ciara tersenyum lebar dan memeluk tubuh Galen.
"Makasih banyak, Kak. Nanti Kakak tidur di kamar lantai satu aja," ucap Ciara.
"Aku gampang, Sayang. Enggak usah terlalu khawatir akan tidurku!" Galen membalas pelukan Ciara dan mengusap puncak kepalanya.
"Ya sudah, kalau gitu ayo lihat Papi dulu!" ucap Ciara mengajak.
Galen bergantian menahan lengan Ciara. "Tunggu!" ucapnya.
"Apa, Kak?" Ciara menatap Galen dengan heran.
"Sebagai gantinya, kamu harus kabulin lima permintaanku nanti," ucap Galen.
Dahi Ciara mengerut. "Apa itu?" tanyanya langsung.
"Rahasia, pokoknya nanti aja," balas Galen.
"Satu aja," ucap Ciara.
"Lima," balas Galen lagi.
"Kak!" Ciara menatap Galen serius.
"Ya sudah, empat," ucap Galen.
"Tiga," balas Ciara bernegosiasi.
Galen berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Oke, tiga. Kamu enggak boleh nolak pokoknya," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...