Note:1. Vote sebelum baca.
2. Early Access ada di karyakarsa (udah tamat di sana).
3. Semoga kalian selalu happy. ^^Selamat membaca! 🧡
________________
Galen merasa cukup dengan sikap frustrasi dan sedihnya. Setelah selesai membersihkan badan, ia berjalan ke ruang ganti untuk berpakaian. Ia menggunakan celana jeans berwarna putih dengan aksen sobekan di kedua lututnya. Ia juga mengambil kemeja hitam sebagai pelengkap penampilannya.
Saat kembali ke kamar, ia masih melihat Ciara yang duduk dengan memainkan ponselnya. Gadis itu masih tampak murung dan enggan melihat ke arahnya. Galen pun melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang di depan Ciara. Ia perhatikan Ciara hingga Ciara menatap ke arahnya.
"Enggak marah karena aku ganti bajunya, 'kan?" tanya Galen lembut.
Ia tersenyum geli menyadari pertanyaan konyolnya. Hanya saja, ia berusaha untuk tidak terpuruk. Ia harus menghibur Ciara dan kembali mengambil hatinya. Ia paham suasana hati Ciara sangat cepat berubah. Hal yang harus dilakukannya adalah tidak balik mendiamkan Ciara.
"Enggak, Kak," balas Ciara singkat.
Galen tersenyum kecil. "Aku mau ke balkon, kamu mau ikut?" tanyanya sabar.
Ciara menggeleng. "Pengin tiduran aja," sahutnya.
"Oke. Kalau ada apa-apa susul aku ke balkon, ya!" ucap Galen. Ia kemudian beranjak dan mengambil ponselnya yang ada di tempat tidur.
Ciara memperhatikan Galen yang tengah mengambil ponsel dengan tatapan kurang suka. Ia tidak rela jika Galen akan berkirim pesan dengan Jana lagi.
Bukannya di sini bujuk aku, malah masih sibuk sendiri, batinnya.
"Kenapa lihat aku kayak gitu?" tanya Galen saat melihat tatapan jengkel Ciara.
"Enggak, kok." Ciara menggeleng cepat dan pura-pura biasa saja.
"Ah, gitu." Galen mengangguk paham. "Aku ke balkon dulu," pamitnya kemudian.
"Kak!" Ciara memanggil Galen saat Galen sudah berbalik.
"Hm?" Galen kembali menghadap Ciara.
"Mau teleponan sama siapa?" tanya Ciara penasaran.
Galen tersenyum kecil. "Mau nelfon El sama Gerald. Kalau kamu enggak percaya, ayo ikut!" ajaknya.
Ciara menggeleng cepat. Ia masih tidak ingin bersama Galen. Ia masih marah.
"Ya udah," ucapnya.
Galen mengangguk dan kembali berbalik. Ia berjalan ke arah pintu kamar terlebih dahulu dan mengunci pintunya. Ia bahkan mengambil kuncinya dan memasukkannya ke dalam saku celana. Setelah itu ia berbalik untuk berjalan ke arah balkon.
"Ciara enggak akan ke mana-mana kali," seloroh Ciara yang mengetahui maksud Galen.
"Aku paham sifatmu," sahut Galen dengan senyum simpul di bibirnya.
"Apa-apaan," cibir Ciara.
Galen tidak menjawab. Ia pun keluar menuju balkon.
Galen berdiri di belakang pembatas balkon dan menatap pemandangan di depan. Ia teringat kata-kata El beberapa waktu lalu. Kata-kata itu juga yang membuatnya cepat berubah. Ada kalanya ia bersedih, tetapi berikutnya ia akan kembali seperti biasa.
"Urusan perasaan itu sulit, apa lagi kalau sudah dicampur sama urusan pekerjaan atau lainnya. Satu hal yang mau gue omongin ke lo. Lo harus tetap pada prinsip lo. Jangan goyah karena Ciara kalau itu demi keselamatan kalian berdua. Percayalah, Gal, Ciara enggak lebih tahu dari pada lo. Kalau lo ragu sama keputusan lo, itu hanya akan menghancurkan kalian berdua. Terkadang dia enggak perlu tahu, yang penting lo bisa mengatasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...