1. Hubungan Jarak Jauh

4.1K 90 0
                                    

Selamat membaca! 🧡

_________________



Sudah dua minggu lamanya Ciara menjalani kehidupannya tanpa Galen. Sulit untuk terbiasa, tetapi ia berusaha. Sebenarnya tinggal bersama ayahnya dan July tidaklah seburuk yang ia kira sebelumnya. July beberapa kali mengajaknya keluar bersama sang ayah saat kondisinya memungkinkan. Dua minggu ini, ayahnya sudah tiga kali ke rumah sakit untuk check up. Sebenarnya ia khawatir, tetapi ayahnya selalu mengatakan tidak apa-apa.

Ciara merapikan buku pelajarannya dan duduk di tepi ranjang kamar. Ia selesai mengerjakan tugas dari guru dan sudah mengumpulkannya melalui email. Sejauh ini kegiatan belajarnya berjalan lancar. Karena ia sekolah di rumah, waktunya tidak terlalu panjang seperti ketika belajar di sekolah. Ia mulai pukul satu siang dan selesai pukul empat sore. Terkadang lebih sore lagi, menyesuaikan waktu dengan sang guru. Mengingat di tempatnya lebih cepat empat jam dibandingkan di tempat sang guru.

Ciara merentangkan kedua tangannya dan menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya. Ia memeriksa ponselnya, menunggu balasan pesan dari Galen, tetapi belum juga ada balasan. Seharusnya Galen sudah istirahat sekarang, tetapi ia tidak ingin mengganggunya. Ia memilih menunggu dibandingkan mengirim pesan lagi. Biasanya Galen akan menghubunginya jika sudah tidak ada urusan.

Ciara berdiri dan menghadap cermin besar di kamarnya. Ia merasa tubuhnya semakin kurus, kemungkinan Galen tidak akan suka melihatnya seperti sekarang. Sebenarnya ia makan dengan teratur, tetapi kurang istirahat. Ada kalanya ayahnya tidak bisa tidur semalaman, ia bergantian menjaga dan July istirahat. Bahkan sekarang July memperkerjakan asisten rumah tangga yang bekerja pagi hingga sore hari untuk mengurus rumah dan memasak. July memfokuskan dirinya untuk mengurus Clinton.

Ia tiba-tiba sangat ingin makanan ringan. Persediannya sudah habis dan ia belum sempat membeli.

"Beli aja apa, ya? Sekalian jalan-jalan," gumamnya pada diri sendiri.

Ia pun mengambil tas selempang kecilnya yang berwarna putih dan keluar dari kamar. Tiba di lantai bawah, ia bertemu dengan asisten rumah tangganya yang hendak pulang juga. Ciara tersenyum kecil dan menyapanya.

"Sudah mau pulang, Jen?" tanya Ciara pada asistennya yang bernama Jennifer.

"Iya, Nona. Apakah Nona akan pergi?" tanya Jennifer karena melihat Ciara membawa tas.

"Aku ingin membeli camilan. Apakah kau melihat July?" tanya Ciara sopan.

"Nyonya dan Tuan ada di teras samping, Nona," sahut Jennifer.

"Ah, terima kasih, Jen. Ngomong-ngomong, hati-hati di jalan, ya!" pesan Ciara.

"Terima kasih, Nona. Saya permisi dulu," ucap Jennifer dan pergi dari hadapan Ciara.

Ciara pun melangkah gontai ke teras samping. Ia melihat Clinton duduk bersebelahan dengan July. Sepertinya mereka sedang menikmati pemandangan sore hari sembari berbincang santai. Ciara tersenyum kecil, suka dengan keharmonisan kedua orang tuanya.

"Papi, July!" panggil Ciara yang membuat keduanya menoleh.

"Ada apa, Sayang?" tanya Clinton.

"Aku mau beli camilan ke toko. Boleh?" tanya Ciara.

"Sebaiknya kamu pergi sama July," sahut Clinton.

"July jagain Papi, biar aku berangkat sendiri aja," balas Ciara.

"Papi bisa sendiri di rumah, Sayang," ucap Clinton.

Ciara cemberut, tidak setuju. July menyadari hal itu.

"Biarkan saja dia pergi sendiri, Clint. Dia sudah besar," sahut July.

"Bagaimana jika dia hilang?" tanya Clinton khawatir.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang