34. Sarapan

583 36 0
                                    


Selamat membaca! 🧡

_________________



Galen selesai berganti baju dan duduk di tepi ranjang. Satu tangannya bergerak merapikan rambutnya yang jatuh ke dahi. Setelah itu mengambil secarik kertas yang ditinggalkan oleh Ciara di atas meja tadi. Ia tersenyum kecil membaca tulisan tangan itu. Sepertinya meninggalkan pesan di pagi hari adalah kegemaran Ciara sekarang.

Kak Galen ❤️

Aku turun ke bawah dulu, mau lihat-lihat sama mau ngobrol sama orang-orang yang di sini. Aku belum bangunin Kakak karena aku tahu Kakak tidurnya pagi. Jangan khawatir, aku bawa ponsel jadi enggak akan tersesat di rumah besar ini. ^•^

Senyum Galen masih terbesit di bibirnya. Kemudian ia kembali meletakkan kertas itu ke atas meja. Ia tidak khawatir saat Ciara bilang akan melihat-lihat di rumahnya. Selama itu masih di area mansionnya, Ciara akan aman. Hal itu bisa menjadi hiburan bagi Ciara juga agar tidak selalu bergelut dengan pikiran negatifnya.

Galen menoleh ke arah meja karena mendengar bunyi getaran yang berasal dari ponselnya. Satu tangannya terulur mengambil ponsel itu. Setelah melihat nama sang penelepon di pagi hari itu, ia segera mengangkatnya.

"Iya, Gerald. Ada apa?" tanya Galen langsung.

Galen terdiam mendengarkan perkataan Gerald dari seberang.

"Tapi gue baru tiga hari, mau empat hari. Ciara baru sembuh, Yuzuru justru kecelakaan. Sekarang ada di mansion semua," balas Galen.

Hening lagi, Galen masih mendengarkan ucapan Gerald di seberang.

"Gue usahain cepet pulang. Lo baik-baik di sana, ya! Pergi sama Dehan, jangan sendirian! Gue bakal bilang sama El nanti," ucap Galen lagi.

"Oke. Gue tutup dulu."

Galen menghela napas panjang. Tangannya semakin erat menggenggam benda pipih itu. Seketika ia merasa bersalah karena membiarkan sang adik bekerja dan melaksanakan tugasnya sendiri. Padahal Gerald juga masih harus sekolah. Ia melihat Gerald seperti dirinya sendiri yang dulu. Tidak ada waktu bersenang-senang.

Galen memijit alisnya yang terasa pusing. Ia mungkin masih kurang tidur, tetapi mustahil untuk mau tidur kembali sekarang. Pikirannya penuh, seolah mencegahnya untuk memejamkan mata dan merilekskan diri. Ia tidak ingin Gerald bernasib sepertinya. Gerald juga harus memiliki waktu untuk bersenang-senang seperti remaja seusianya.

Galen pun memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Gerald.

Galen

Gerald, lo enggak harus ngurus semuanya sendirian. Kakak mau lo lebih fokus ke sekolah dulu. Pulang sekolah bermain sama temen-temen lo, menghabiskan waktu di kafe atau bermain futsal. Jaga diri baik-baik, Kakak akan segera balik.

Setelah mengirimkan pesan untuk Gerald, Galen juga mengirim pesan untuk El. Ia juga meminta El untuk lebih memperhatikan adik-adiknya.

Galen kembali melamun dan menatap jauh ke arah depan. Otaknya berpikir keras menyusun rencana. Ia juga mempertimbangkan waktunya di sana, kapan ia akan kembali, menyusun ulang semua yang sudah direncanakan sebelumnya.

Galen merasa perutnya lapar. Ia pun bangkit dan berjalan keluar kamar menuju lantai bawah, hendak mencari Ciara.

__________________


Ciara menyusun sarapan di atas meja bersama salah seorang pelayan di sana. Sebenarnya orang itu adalah anak juru masak di mansion Galen. Namanya Mara, seumuran dengan Galen. Mara dan keluarganya sebenarnya asli Indonesia, tetapi mereka sudah lama bekerja untuk keluarga Galen. Bahkan Mara juga lahir di Australia.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang