7. Sakit dan Rindu

1K 63 1
                                    

Selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan...

Selamat membaca! 🧡

Note: baca duluan di karyakarsa udah sampai bab 38 dan ada hidden chapternya. 🧡

___________


Ciara bergerak gelisah dalam tidurnya. Ia pun membuka kedua matanya dengan napas terengah. Ia kembali bermimpi buruk tentang Galen. Sebenarnya ia suka memimpikan Galen, tetapi tidak suka bagian buruknya. Ia mengucek kedua matanya dan mengubah posisi menjadi duduk.

Ciara merasa tubuhnya dipenuhi keringat. Tenggorokannya juga kering. Ia belum terlalu lama tidur karena tadi menjaga ayahnya. Mungkin satu jam yang lalu ia masih membalas pesan Galen. Sekarang badannya terasa lelah dan lesu. Ia bahkan sekarang tidur di kamar tamu yang dulu digunakan Galen. Ia malas untuk naik ke kamarnya sendiri karena cukup letih.

Ia kesal karena terus saja memimpikan hal buruk tentang Galen. Ia menyadari bahwa ia sangat merindukan pria itu. Namun, keadaan sekarang justru menyiksa. Ciara bahkan sengaja memakai kemeja Galen malam ini untuk mengobati rasa rindu, tetapi ia justru mendapatkan mimpi buruk lagi. Ia menghela napas dan turun dari atas ranjang. Tubuhnya terasa limbung saat ia hendak keluar kamar, tetapi ia paksa.

Ciara merambat di dinding untuk menuju dapur, mengambil minum. Namun, karena tubuhnya terhuyung, ia menyenggol vas bunga hingga terjatuh ke lantai. Ciara berhenti dan menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia memejamkan kedua matanya, merasakan pusing luar biasa di kepala.

Tak berapa lama sebuah tangan merengkuh tubuhnya dan menuntunnya untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Ayo duduk dulu, Ciara!" ajak July, orang yang menuntunnya.

"Maaf, Jul, aku enggak sengaja nyenggol," ucap Ciara lirih.

"Tidak apa-apa, Sweety. Aku tidak mempermasalahkan itu. Kamu mau pergi ke mana?" tanya July.

"Aku ingin ke dapur mengambil minum. Tenggorokanku rasanya kering," jawab Ciara.

July melihat wajah Ciara yang berkeringat. Ia pun menyentuh leher Ciara, panas. Ia menyadari bahwa Ciara demam.

"Kamu demam, Ciara," ucapnya pelan.

Ciara tidak menjawab. Ia memejamkan kedua matanya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia merasa tidak kuat lagi untuk menyangga tubuhnya.

"Aku ambilkan kamu minum dan obat dulu. Tunggu di sini," ucap July dan pergi ke dapur untuk mengambil minum dan obat.

July kembali ke ruang tengah dan memberikan obat pada Ciara.

"Diminum, Sayang!" pintanya.

Ciara menurut dan meminum obat dari July. Setelah itu ia kembali menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Ayo balik ke kamar lagi!" July membantu Ciara berdiri. Mereka berdua kembali ke kamar dan Ciara kembali berbaring di atas ranjang.

"Aku mecahin vas kamu, Jul. Itu vas kesayangan kamu," ucap Ciara parau dengan mata terpejam.

"Bukan masalah, Sayang. Kamu tidak sengaja. Aku masih punya vas yang lain. Tenang saja!" July mengusap puncak kepala Ciara dengan sayang.

"Terima kasih sudah baik sama aku, Jul," ucap Ciara lagi.

"Kamu tidak perlu berterima kasih, sudah seharusnya kita begitu, 'kan? Kamu adalah putrinya Clinton. Dan aku senang menjadi ibu sambungmu," balas July.

Ciara tersenyum kecil dan mengangguk. Ia merasa diperhatikan oleh July. Sudah sangat lama ia tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. July mungkin tidak bisa menggantikan posisi ibunya, tetapi July adalah orang yang baik.

"Aku keluar dulu buat ambil minum kamu dan meriksa Clinton. Kamu tunggu sebentar, aku nanti balik lagi," ucap July dan berjalan keluar kamar.

Ciara membuka kedua matanya yang terasa berat. Ia meraih ponselnya yang ada di sisi bantal. Ia melihat pesan dari Galen. Hanya pesan singkat ucapan selamat tidur dan Galen bilang akan menjalankan misi. Ciara menjawabnya supaya Galen juga beristirahat cukup. Setelah itu ia meletakkan ponselnya kembali.

Ciara kembali memejamkan kedua matanya. Ia sangat merindukan Galen. Dalam kondisinya yang sakit seperti sekarang, ia ingin didekap oleh Galen. Biasanya Galen sangat teliti saat merawatnya. Ia rindu saat terbangun di pagi hari dengan Galen yang ada di sebelahnya. Namun, ia bahkan tidak berani menelepon Galen malam ini. Ia hanya akan menunggu Galen longgar dan meneleponnya terlebih dahulu.

Tak berapa lama July kembali dengan membawa segelas air mineral. Diletakkannya gelas itu di atas meja. Kemudian July naik ke atas tempat tidur Ciara. Ia berbaring di sebelah Ciara dan mengusap-usap puncak kepala Ciara.

"Kamu belum tidur, Ra?" tanya July yang melihat kedua mata Ciara mengeluarkan air mata dalam posisi terpejam.

Ciara menggeleng. "Aku rindu sama Kak Galen," bisiknya.

"Apa aku perlu meneleponnya?" tanya July.

Ciara menggeleng pelan. "Jangan, dia mungkin sedang sibuk. Aku enggak mau bikin dia khawatir. Dia tahunya aku sudah tidur. Jangan bilang sama dia kalau aku sakit, Jul!" pintanya.

July mengangguk paham. "Yang penting kamu segera sembuh. Kamu harus istirahat dan kembali tidur. Ini sudah pukul satu lebih, Sweety. Aku akan tidur di sini menemanimu," ucapnya menenangkan.

"Gimana Papi?" tanya Ciara dan membuka matanya yang sayu.

"Dia mau aku menjagamu malam ini. Dia baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," jawab July.

"Baiklah. Terima kasih sekali lagi karena sudah merawatku," ucap Ciara.

"Sudah seharusnya, Sweety. Ah, kamu bisa cerita padaku kalau kamu memang mau cerita. Aku di sini mendengarkan," ujar July.

"Aku hanya lelah, Jul. Cuaca di sini juga sedang tidak baik. Aku tidak apa-apa," sahut Ciara.

"Tapi sepertinya Galen tidak senang kalau kamu tidak bicara padanya soal kondisimu," balas July.

"Enggak apa-apa, Jul. Dia sibuk banget di sana, aku enggak mau gangguin dia. Aku enggak mau bikin dia kepikiran sama kondisiku. Bebannya udah berat banget. Lagian aku bakal cepet sembuh, kok. Ini cuma demam biasa, besok aku akan membaik," ucap Ciara meyakinkan.

July mengangguk lagi. Ia berbaring miring dan mengusap-usap puncak kepala Ciara dengan sayang.

"Kalau begitu kamu harus tidur biar segera sembuh. Kalau besok belum membaik, kita ke dokter," ucap July lembut tetapi tegas.

Ciara mengangguk kecil dan ia meraih ponselnya dan membuka galeri. Ia sandarkan ponselnya di guling yang ada di sisi tubuhnya. Kemudian ia pandangi foto Galen hingga kedua matanya terpejam.

Beberapa saat kemudian July menghentikan gerakan tangannya yang mengusap kepala Ciara. Ia melirik layar ponsel Ciara yang masih menyala, ada gambar Ciara dan Galen di sini.

"Kamu punya wanita luar biasa yang mencintaimu, Gal. Semoga kamu tidak berbuat aneh-aneh di sana dan segera berkunjung ke sini. Ciara bahkan masih memikirkanmu saat sakit seperti ini. Bukankah dia wanita yang hebat?" gumam July pelan sembari menatap layar ponsel Ciara.

July menutup layar ponsel Ciara dan tersenyum kecil. Kemudian memeluk tubuh Ciara dari samping. Mungkin Ciara memang bukanlah putri kandungnya, tetapi ia mencintai Ciara seperti ia mencintai Clinton. Terlebih saat ia tahu betapa besar cinta Ciara terhadap Galen, ia bisa merasakannya sebagai sesama wanita.

_______________

To be continue...

____

July baik banget, ya 😍
Semoga Ciara segera sembuh. 🧡
Terima kasih bagi kalian yang udah baca cerita ini dan dukung aku terus.

Kalau suka cerita ini jangan lupa klik bintang, komen, juga share, yaaaaa....



Sampai jumpa! 😘



MeloPearl

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang